05 September 2023, 09:20 WIB

Para Ilmuwan Ingatkan Potensi Ancaman Spesies Invasif


adiyanto | Weekend

Julia Han JANICKI and Paz PIZARRO / AFP
 Julia Han JANICKI and Paz PIZARRO / AFP
Grafik yang menunjukkan langkah-langkah spesies menjadi invasif

Sebuah laporan penting yang dirilis Senin (4/9) oleh panel penasehat sains untuk Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati yang didukung PBB (IPBES), menyatakan spesies invasif telah merusak ekosistem baik di darat maupun laut, menyebarkan penyakit, dan menimbukan kerusakan senilai ratusan miliar dolar setiap tahunnya.

Untuk diketahui, spesies invasif adalah spesies yang hidup di luar daerah asalnya. Mereka  bisa sampai ke daerah baru tersebut karena aktivitas manusia, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Spesies pendatang dapat menimbulkan berbagai efek pada ekosistem lokal. Beberapa di antaranya berdampak negatif dan merusak ekosistem setempat, sedangkan beberapa spesies pendatang lain tidak berpengaruh atau hanya menimbulkan perubahan kecil.

Sehari sebelum laporan itu dirilis dan disetujui di Berlin pada pekan lalu, Tim AFP mewawancarai  tiga pakar yang mengetuai tim penyusun laporan tersebut. Mereka adalah ahli ekologi Helen Roy, seorang profesor di Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris; Peter Stoett, dekan Ilmu Sosial dan Humaniora di Ontario Tech University; dan Anibal Pauchard, seorang profesor di Universitas Concepcion di Cile.

Berikut nukilannya.

Anda menyimpulkan bahwa jumlah spesies invasif meningkat pada "kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya". Bisakah Anda merincinya?

Roy: Dengan banyaknya faktor pemicu yang diperkirakan akan memburuk – jumlah populasi, penggunaan lahan, perdagangan global, perubahan iklim -- peningkatan spesies asing yang invasif dan dampaknya kemungkinan akan jauh lebih besar. Namun, ada begitu banyak faktor sehingga sulit untuk memprediksi berapa banyak faktornya.

Masalahnya akan menjadi jauh lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.  Dengan tren “bisnis seperti biasa” saat ini, kami mengantisipasi peningkatan sebesar 36% pada tahun 2050. Namun hal ini dengan asumsi kondisi saat ini tetap konstan, dan hal tersebut tidak akan terjadi.

Laporan tersebut menyebutkan kerugian yang disebabkan oleh spesies invasif mencapai $423 miliar pada tahun 2019, namun menyebutnya sebagai "perkiraan yang terlalu rendah". Mengapa Anda tidak memiliki angka yang lebih akurat?

Stoett: Kita harus melihat angka ini sebagai puncak gunung es -- angka ini adalah apa yang dapat kita lihat dan ukur. Ada banyak dampak tersembunyi lainnya, seperti kesehatan, seperti meluasnya penyebaran penyakit malaria.

Selain itu banyak juga yang tidak berwujud. Jika suatu spesies punah, bagaimana kita dapat menghitung spesies tersebut?

Lalu ada pula upaya yang dilakukan untuk menangani spesies invasif. Di beberapa komunitas, perempuan sepanjang hari mencabut/mencari spesies invasif dari dalam tanah. Mereka tidak dibayar atau dikenai pajak, jadi tidak ada catatan mengenai hal itu.

Sebagian besar spesies invasif menyebar melalui perdagangan, namun apakah konsumen individu juga berperan?

Pauchard: Ya, memang demikian. Ambil tanaman hias. Dengan beberapa klik di internet Anda bisa mendapatkan paket benih dari mana saja. Ini mungkin spesies non-asli, atau mengandung kontaminan (telah terkontaminasi). Saat Anda menanamnya di kebun Anda, ia mungkin tidak akan menetap di sana.

Dan kemudian ada perdagangan hewan peliharaan dan satwa liar. Orang-orang bahkan memelihara siput tanpa mengetahui apakah mereka  invasif. Jika mereka bosan dengan hewan peliharaannya, mereka akan membuangnya begitu saja ke taman atau kolam, tetapi kemungkinan besar hewan tersebut tidak akan tinggal di sana.

Pencegahan, pemberantasan, dan pembendungan, mana yang paling penting menurut Anda?

Stoett: Tidak ada keraguan: pencegahan, pencegahan, pencegahan. Jika ada satu kata untuk menyaring apa yang perlu dilakukan, itu saja. Sejauh ini, ini adalah langkah yang paling hemat biaya. Anda berinvestasi lebih sedikit, dan Anda mendapatkan lebih banyak.

Bisa Anda sebutkan contoh bagaimana pencegahan dapat dilakukan secara efektif?

Roy: Selandia Baru dan Australia memiliki biosekuriti yang luar biasa, seperti halnya Hawai. Pulau-pulau kecil sangat waspada. Jika Anda pergi ke Georgia Selatan (di Samudra Atlantik Selatan) mereka akan memeriksa bagian bawah sepatu bot Anda dan semua perlengkapan Anda.

Stoett: Transportasi manusia tentu saja penting, namun masalah terbesarnya ada di tempat lain -- kapal pengangkut yang membawa produk yang terkontaminasi, atau spesies yang menempel di lambung kapal atau di air pemberatnya.

Lalu ada pula penggunaan spesies invasif (yang disengaja) di bidang pertanian dan kehutanan. Rumput yang diimpor ke Maui (hawai) untuk menggembalakan ternak dikaitkan dengan kebakaran hutan di sana.

Laporan ini memperingatkan bahaya “homogenisasi” ekosistem. Bisakah Anda menjelaskannya apa yang dimaksud dengan hal ini?

Pauchard: Kita hidup di perkotaan, dengan ekosistem yang paling homogen di dunia. Kita kehilangan komunitas lokal, ekosistem lokal kita.

Rerumputan asli yang saya lihat saat pertama kali datang ke Eropa adalah spesies invasif di Cile, tempat asal saya, dan di California.

Homogenisasi juga menyebabkan hilangnya spesies dan mengurangi keunikan. Hal ini mengancam ketahanan ekosistem. Kawasan alam yang lebih beragam akan lebih tahan terhadap perubahan iklim. (M-3)

BERITA TERKAIT