03 August 2023, 06:14 WIB

Sejumlah Jurnal Medis Desak Penghapusan Senjata Nuklir


adiyanto | Weekend

AFP/SOPHIE RAMIS
 AFP/SOPHIE RAMIS
Perincian perkiraan persediaan hulu ledak nuklir pada tahun 2023, menurut Sipri, lembaga independen pemantau konflik

Lebih dari 100 jurnal medis di seluruh dunia mengeluarkan seruan bersama mendesak penghapusan senjata nuklir. Mereka juga memperingatkan ancaman bencana nuklir dahsyat yang kian mengkhawatirkan.

Seruan itu datang setelah Rusia berulang kali mengeluarkan peringatan terselubung bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir di Ukraina, serta uji coba rudal Korea Utara berulang kali dan menghentikan upaya non-proliferasi.

Sebuah tajuk rencana yang diterbitkan dalam berbagai jurnal medis meminta para profesional kesehatan di seluruh dunia untuk memperingatkan warga dan pemimpin dunia tentang bahaya utama bagi kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh senjata nuklir.

"Bahayanya besar dan terus berkembang," kata editorial tersebut, yang ditulis bersama oleh editor dari 11 jurnal medis terkemuka termasuk BMJ, Lancet, JAMA dan New England Journal of Medicine.

"Negara-negara yang punya senjata nuklir harus melenyapkan persenjataan nuklir mereka sebelum mereka melenyapkan kita."

Chris Zielinski dari World Association of Medical Editors mengatakan seruan dari para ahli medis ini adalah hal yang luar biasa karena biasanya jurnal-jurnal ini bersaing membuat konten eksklusif.

"Bahwa semua jurnal terkemuka ini telah setuju untuk menerbitkan editorial yang sama menggarisbawahi betapa mendesaknya krisis nuklir saat ini," katanya dalam sebuah pernyataan.

Editorial tersebut memperingatkan bahwa setiap penggunaan senjata nuklir akan menjadi bencana besar bagi umat manusia.

"Bahkan perang nuklir 'terbatas' yang melibatkan hanya 250 dari 13 ribu senjata nuklir di dunia dapat membunuh 120 juta orang secara langsung dan menyebabkan gangguan iklim global yang menyebabkan kelaparan, dan menempatkan dua miliar orang dalam risiko," demikian peringatan itu, mengutip penelitian sebelumnya. (AFP/M-3)

BERITA TERKAIT