Sebuah laporan terbaru PBB yang diterbitkan Rabu (26/4) menyatakan sekitar 90% perempuan muda dan gadis remaja di negara-negara termiskin di dunia tidak memiliki akses ke internet.
Kurangnya akses, dan perbedaan antara jumlah anak perempuan dan laki-laki, menimbulkan risiko serius bahwa perempuan akan tertinggal secara ekonomi di dunia yang semakin terhubung secara digital, kata laporan dari UNICEF tersebut. “Gadis remaja dan perempuan muda semakin tertutup dalam hal keterampilan digital," kata laporan itu.
Dalam laporannya UNICEF memeriksa penggunaan data di 54 negara yang sebagian besar berpenghasilan rendah. Laporan itu menyatakan sekitar 65 juta remaja putri dan wanita muda berusia 15-24 tahun tidak memiliki akses ke internet, dibandingkan dengan sekitar 57 juta rekan pria mereka.
"Menutup kesenjangan digital antara anak perempuan dan laki-laki lebih dari sekadar memiliki akses ke internet dan teknologi. Ini tentang memberdayakan anak perempuan untuk menjadi inovator, pencipta, dan pemimpin," kata Robert Jenkins, direktur pendidikan UNICEF, dalam sebuah pernyataan.
"Jika ingin mengatasi kesenjangan gender di pasar tenaga kerja, terutama di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika, kita harus mulai sekarang dengan membantu kaum muda, terutama perempuan, memperoleh keterampilan digital," tegasnya.
Kesenjangan dalam akses ke teknologi tetap ada, bahkan di dalam rumah yang sama. Dalam sebuah penelitian di 41 negara, UNICEF menemukan bahwa orang tua lebih cenderung menyediakan ponsel untuk anak laki-laki daripada anak perempuan mereka."
Remaja perempuan 13% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki ponsel, kata UNICEF. "Hal itu membatasi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam dunia digital." (AFP/M-3)