22 December 2022, 10:39 WIB

Peraih Nobel Kazuo Ishiguro Garap Ulang Mahakarya Akira Kurosawa


adiyanto | Weekend

VALERIE MACON / AFP
 VALERIE MACON / AFP
 Kazuo Ishiguro (kiri) bersama aktor Bill Nighy, dan sutradara Oliver Hermanus

Ikiru, sebuah film klasik Jepang besutan Akira Kurosawa, telah lama menjadi obsesi Kazuo Ishiguro. Peraih nobel sastra kelahiran Inggris itu pun membuat remake film tersebut dengan latar belakang Kota London.

Ikiru berkisah tentang seorang birokrat tua yang setelah didiagnosa menderita kanker berupaya untuk menemukan makna dalam sisa hidupnya yang monoton. Film mahakarya Akira Kurosawa yang memilukan itu berlatar era 1950-an.

"Saya adalah salah satu dari orang-orang jahat yang mendatangi pembuat film dan berkata 'Lihat, ini ide bagus untuk sebuah film, silakan pergi dan buat, dan beri tahu saya jika Anda sudah melakukannya," canda Ishiguro.

Tetapi, ketika dia mengajukan ide untuk membuat ulang dengan menggabungkan materi film Kurosawa lama dengan studi tertentu tentang bahasa Inggris dan jenis pria Inggris tertentu, produser Hollywood Stephen Woolley dengan cepat membujuk Isahiguro untuk menulis skenario sendiri.

Hasilnya adalah sebuah drama yang sangat dikagumi dan telah mendapatkan nominasi Golden Globes dan Critics Choice Awards, untuk aktor utamanya Bill Nighy, dan merupakan pelopor untuk skenario film adaptasi terbaik Oscar.

“Film ini memiliki banyak kesamaan antara budaya Jepang dan Inggris, terutama pada 1950-an ketika kedua negara sedang berupaya bangkit dari reruntuhan akibat Perang Dunia II,” kata Ishiguro, yang memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2017, kepada AFP.

Film Ikiru yang dalam versi Inggrisnya diganti menjadi Living, mengisahkan tentang Williams yang bersiap menghadapi kematian setelah divonis kanker. Pria yang bekerja sebagai pegawai negeri di London itu, akhirnya memutuskan untuk membantu sekelompok ibu rumah tangga yang telah memohon padanya selama bertahun-tahun untuk membantu membangun taman bermain sederhana untuk anak-anak mereka.

“Film ini tentang bagaimana, dengan usaha, bahkan jika Anda memiliki kehidupan yang pahit dan sulit sekalipun, dapat menemukan sesuatu... serta mengubahnya menjadi hal luar biasa yang dapat Anda banggakan," kata Ishiguro.

Tapi Ishiguro mengatakan Living  juga merupakan metafora untuk kehidupan modern, khususnya, peringatan tentang perasaan terasing yang dirasakan banyak orang dalam pekerjaan mereka saat ini.

"Orang kini tidak bisa lagi menghubungkan kontribusi yang dibuat di tempat kerja dengan apa pun di luar sana di dunia nyata... Anda bahkan tidak tahu bagaimana hubungannya dengan seorang pria di koridor di kantor Anda," kata Ishiguro.

"Saya pikir dunia kita menjadi lebih seperti itu sekarang dengan dunia virtual, setelah pandemi,” imbuhnya.

Sebelumnya Ishiguro telah menggarap tema serupa dalam The Remains of the Day, sebuah novel peraih Booker Prize yang berkisah tentang seorang kepala pelayan yang terlalu tabah dan rela berkorban di sebuah rumah megah di Inggris, dengan sedih merenungkan kehidupan sebelumnya.

Novel itu menjadi inspirasi  film nominasi Academy Award yang dibintangi oleh Anthony Hopkins dan Emma Thompson. Bagi Ishiguro, sudah saatnya Nighy disejajarkan dengan para pemenang Oscar itu.

"Dia adalah salah satu aktor kami yang hebat dan brilian, tapi saya selalu merasa dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendominasi sebuah film," kata Ishiguro.

"Saya selalu merasa, jika Anda memberinya bagian sentral yang besar dan bagian yang benar, kita akan benar-benar tahu secara pasti bahwa dia adalah salah satu aktor hebat dari generasi kita."

Ishiguro menulis skenario dengan memikirkan Nighy, bahkan menamai tokoh utama dengan nama aktor impiannya. "Aku pasti sangat baik di kehidupan sebelumnya," canda Nighy.

Living bakal dirilis di bioskop AS pada Jumat (23/12) besok. (AFP/M-3)

BERITA TERKAIT