Suku Baduy selama ini memang dikenal sebagai kelompok adat yang berpegang pada pendirian menggunakan peralatan modern seperlu mereka. Bahkan, bagi kelompok suku Baduy dalam, hal-hal yang berbau modern, pantang masuk ke dalam kehidupan.
Di film dokumenter pendek Lima Pare, sutradara Fahmi Abdul Aziz dan Ilham Aulia menyoroti dinamika kehidupan keluarga Baduy muda di era teknologi dan media sosial lewat kacamata pasangan suami istri Sarka dan Ayu Dewi Lestari.
Di dalam hidup mereka, bukan saja urusan soal bertani. Tapi, bagaimana kegiatan bertani itu juga terdokumentasikan dalam cerita 24 jam Instagram (story). Eksistensi di media sosial juga menjadi bagian integral bagi keluarga Sarka dan Ayu. Berbeda dengan Jaro Saija, sesepuh dan tokoh adat dari generasi lebih tua.
Lima Pare juga menangkap bagaimana suku Baduy berlaku bijak dalam menyerap transformasi teknologi modern. Bagi Jaro Saija, apa yang masih berlaku baik dan memberi dampak positif tanpa membawa kemudaratan, masih bisa diterima. Selain misalnya unggahan media sosial, kehadiran kode batang (barcode) sistem pembayaran Qris di lingkungan Baduy luar juga menjadi pemandangan lazim.
Meski berbagai adopsi teknologi sudah berjalan, tetapi ada hal-hal yang menjadi pakem. Misalnya listrik memang belum masuk ke sana, sehingga untuk mengisi daya baterai ponsel, Sarka menumpang di kios kurir paket. Teknologi juga dimanfaatkan beberapa kalangan Baduy termasuk Sarka dan Ayu untuk berdagang. Di film ini juga diperlihatkan bagaimana mereka membawa paket suvenir ke kurir untuk dikirim ke pelanggan yang sudah memesan.
Cukup disayangkan dengan judul Lima Pare yang dipilih untuk dokumenter ini, sistem kedaulatan dan ketahanan pangan yang menjadi gagasan utama, kurang terwakilkan. Memang kreator memberikan beberapa gambar terkait kehidupan pertanian Baduy luar. Mulai dari kegiatan bertani dalam keseharian, ngaseuk (salah satu proses menanam padi Baduy) yang kerap muncul di beberapa dokumenter lain tentang Baduy, hingga penjelasan terkait konsep Lima Pare.
Tapi, waktu layar dan narasi sebenarnya lebih banyak berbicara terkait bagaimana teknologi dan media massa hadir di tengah keluarga Sarka dan Ayu.
Sebenarnya film juga bisa dieksplorasi bagaimana para warga Baduy cukup mudah mendapatkan sumber pangan bila dibandingkan warga di luar kelompok adat tersebut. Misalnya dengan cara mereka memperoleh lauk-pauk. Dengan demikian tema soal kedaulatan pangan juga menjadi lebih tersampaikan. Sehingga ini akan lebih melengkapi keping gambar cadangan gabah warga Baduy.
Film Lima Pare menjadi pemenang kedua dalam Eagle Awards Documentary Competition 2022 yang diumumkan akhir November lalu. (M-2)

Eagle Awards 2022Adegan film Lima Pare
BERITA TERKAIT