TREN anak-anak muda yang tertarik untuk menjadi petani semakin meningkat. Pergeseran paradigma ini pula yang diangkat dalam Kick Andy yang tayang malam ini di Metro TV.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang hadir melalui konferensi video Zoom dalam episode bertajuk Muda, Berkarya, di Desa itu pun mengakui paradigma baru ini. "Paradigma sudah bergeser, yang lalu petani itu miskin, orang kecil, sekarang tidak. Kalau cari uang harus ke kota, sekarang tidak. Menjamin diri kamu enggak miskin, jadilah petani. Kalau bertani, makananmu pasti siap. Kalau lebih dari yang kamu makan, dijual. Kenapa para anak muda tidak mau jadi petani karena paradigmanya," katanya.
Salah satu pemuda memilih menjadi petani ialah Rayndra Syahdan Mahmudin. Pemuda berusia 27 tahun yang telah sukses menjadi peternak berkonsep modern, dan didaulat sebagai Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI.
Berawal dari 2016, Rayndra mendapat bantuan program Pertumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian dari Kementerian Pertanian senilai Rp30 juta. Bantuan tersebut berbentuk permodalan untuk bisnis peternakan kambing dan domba.
Rayndra ialah petani milenial dari lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Klenteng, Losari, Pakis, yang kini tinggal di Semen, Trenten, Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia seorang yang gigih mengembangkan kewirausahaan pertanian sejak di SMKN Ngablak Magelang.
Setelah dirinya lulus dari SMK, ia pun melanjutkan kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtanyoma). Sembari kuliah, ia menjalankan usaha ternak ayam. "Saya memulai bisnis enggak pakai model sendiri. Hanya modal kemauan. Saya dibantu guru SMK saya. Jadi beliau melihat potensi saya dan meminjamkan uang ke saya untuk memulai bisnis. Ketika rugi, akhirnya ke ibu guru saya bilang kalau uangnya belum bisa dikembalikan," katanya, saat hadir sebagai bintang tamu dalam kesempatan yang sama.
Begitu mengalami kebangkrutan dalam usaha ayamnya, ia beralih menjual aneka sayur-mayur hasil panen gurunya di SMK. Tanpa sungkan dan malu dengan teman-teman yang dijumpainya, dia memilih berniaga di kegiatan car free day.
"Akhirnya saya cari ide buat jualan sayur di car free day. Itu salah satu proses tahapan mulai membentuk jiwa kewirausahaan saya. Menghilangkan jiwa malu itu. Hampir sekitar satu tahun jualan sayur," tuturnya.
Dari perjalanannya jatuh bangun berwirausaha, kebiasaan Rayndra ternyata diperhatikan seorang pejabat Kementan, yang menginspirasi lahirnya program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) pada 2016. Dia pun mendapat modal Rp15 juta dari PWMP, bersama dua rekannya. Kemudian, Rayndra membuka usaha pertanian di bawah bendera Cipta Visi Group.
Peternakan berteknologi
Bisnisnya pun terus berkembang, sehingga pada 2018 diraihnya modal PWMP sebesar Rp30 juta. Rayndra pun menarik investor dengan konsep beternak kambing, domba, dan sapi meski minim modal, dia kembangkan pertanian terpadu didukung inovasi dan teknologi. Pria berusia 25 tahun ini terjun menjadi petani dengan menerapkan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah.
Rayndra mendirikan Cipta Visi Group bersama empat petani yang merupakan teman pendidikannya, beserta dua dokter hewan pada 2016. Awalnya ini ialah komunitas yang terdiri dari beberapa pengusaha bidang peternakan dan pertanian.
Dari keseriusannya itu, peternakan kambing dan domba miliknya berkembang pesat. Saat ini sudah ada tujuh kandang berkapasitas total 1.100 ekor, yang tersebar di Kecamatan Pakis dua tempat, Tegalrejo satu tempat, Candimulyo satu tempat, Kajoran satu tempat, Grabag satu tempat, dan Borobudur satu tempat.
Di peternakannya juga Rayndra sudah menerapkan internet of things (IoT) yang fungsinya untuk mencatat dan memudahkan peternak untuk mencari silsilah ternak. Menariknya, peternakan miliknya diintegritaskan dengan potensi lokal lainnya, seperti perkebunan. Jadi, limbah kotoran kambing dan domba dijadikan pupuk pohon kelapa sehingga di desanya dikenal sebagai perkebunan kelapa organik, yang menghasilkan produk unggulan bernama Gula Semut (brown sugar), Vega Nektar, dan VCO (minyak kelapa).
Dalam produksi tersebut, Rayndra menggandeng ibu-ibu di sekitar rumahnya. Total karyawan yang digandeng 90 orang. Dari produk Gula Semut tersebut, Rayndra berhasil mengekspor produknya tersebut hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Belanda, dan Korea Selatan.
Rayndra juga melibatkan warga sekitar rumahnya dengan memanfaatkan limbah kotoran kambing dan domba yang dikelola di tempat penampungan limbah, yang digiling untuk dibuat pupuk kandang pertanian organik. Pupuk kandang ini kemudian digunakan untuk memupuki pohon kelapa, pisang, pepaya, salak, dan hijauan pakan ternak.
Menurutnya, pakan kering untuk ternak sudah teruji di laboratorium UGM dengan hasil lebih bergizi, protein tinggi, palatabilitas (tingkat kesukaan ternak), dan efisien sehingga kenaikan bobot ternak tinggi. Selain itu, ia juga bermitra dengan 37 mitra pembeli, dengan tujuan pembeli nantinya dapat merawat dan dijual lagi ke Rayndra.
Dalam perkembangannya, Rayndra dan rekan-rekanya mendirikan Sekolah Tani Milenial pada 2018. Pria yang juga Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI ini ingin membantu petani dan peternak untuk bertani dan beternak dengan baik. Ilmu pertanian mulai pakan, kesehatan, pemasaran, hingga akses permodalan diajarkan di Sekolah Tani Milenial.
Muatan dalam Sekolah Tani Milenial lebih banyak praktik, yaitu apa yang harus diterapkan dalam kondisi yang dialami petani tersebut, dengan metode modern. Komoditas yang diajarkan untuk pertanian meliputi jagung dan kedelai, peternakan meliputi sapi dan domba, sedangkan perkebunan meliputi pengolahan kelapa terpadu dan kopi.
Ia mengatakan bahwa mengajak anak muda untuk masuk ke lingkungan pertanian harus memberikan bukti nyata agar anak muda lebih tergerak untuk mencoba.
"Anak muda itu realistis, jadi kalau kita ajak anak muda untuk bertani, harus ada bukti, harus ada untungnya sehingga kita munculkan bisnis-bisnis yang lebih modern dan efisien," kata Rayndra.
Diharapkan, generasi milenial bisa mulai menerjuni dunia pertanian dan peternakan. Karena mayoritas petani saat ini berusia di atas 45 tahun, peran generasi milenial sangat dibutuhkan untuk membangun manajemen dengan baik.
"Kalau saya boleh mengusulkan, istilahnya petani itu diubah menjadi pengusaha pertanian, pengusaha peternakan, dan pengusaha gula, ini salah satu kami untuk meningkatkan rasa percaya diri," pungkasnya. (M-1)