MOMEN bepergian ke luar rumah bagi kebanyakan anak kecil ialah hal menyenangkan dan sangat dinantikan. Bepergian dapat menghadirkan pengalaman baru dan membawa pada perjumpaan-perjumaan yang tak bisa mereka dapatkan ketika berada di sekitar rumahnya.
Pengalaman melakukan perjalanan atau pergi keluar dari rumahnya juga menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh Oscar, tokoh utama pada novel Oscar Belajar Pergi. Novel karya Indah Darmastuti tersebut menceritakan tentang perjalanan Oscar, anak berusia 10 tahun, setelah ayahnya meninggal.
Di hari kematian ayahnya, Oscar harus memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Ia akhirnya memutuskan melakukan perjalanan tanpa tujuan bersama seekor marmut yang ia panggil Teman Bicara. Mereka meninggalkan pondok di tepi hutan, bunga marigold yang sebatang kara, dan pohon tin yang meragukan.
Dengan berbekal sebuah buku dongeng kumal, Oscar bertemu beragam manusia. Perlahan pertemuan-pertemuan yang asing itu bermuara pada jawaban akan siapa dirinya sebenarnya. Sebuah misteri yang tak pernah sempat diungkapkan sang Ayah.
"Novel ini membahas soal kepergian dari sudut pandang anak kecil. Di mana ketika masih kecil bepergian itu sering kali dianggap sebagai hal yang mewah dan ditunggu-tunggu, begitu juga yang dirasakan Oscar," ujar Indah, dalam diskusi virtual di akun Instagram, @bukumojok, Minggu (6/11).
Diungkapkan Indah, dalam perjalanannya tersebut Oscar bertemu dengan berbagai jenis manusia. Mulai dari yang sangat biasa hingga yang memiliki profesi-profesi unik. Sosok-sosok manusia yang belum pernah sama sekali Oscar jumpai sebelumnya.
Oscar di antaranya bertemu dengan sosok penyair, peramal, komedian, hingga pemusik. Seluruhnya mengantarkan Oscar pada sebuah pengalaman baru, pertanyaan-pertanyaan tentang hidup, hingga jawaban akan berbagai hal yang selama ini pernah ada dalam benaknya sebagai seorang anak kecil.
Novel tersebut diceritakan Indah, mengangkat berbagai hal yang ada dalam kehidupan orang dewasa, tetapi dari sudut pandang anak kecil. Bagaimana seorang anak kecil melihat permasalahan yang dialami orang dewasa, bagaimana ia menampakkan diri, serta bagaimana ia menemukan berbagai jawaban lewat jalan pikirannya sendiri.
"Di dalamnya memiliki muatan-muatan peristiwa dan hal-hal yang dialami orang dewasa. Jadi, saya mengatakan buku ini bukan untuk dibaca oleh anak-anak. Hanya tokoh utamanya saja yang anak-anak," ujar Indah.
Sepanjang cerita, banyak terdapat pertanyaan dan celetukan-celetukan kritis yang dilontarkan Oscar tentang kehidupan dan dunia orang dewasa. Pertanyaan dan celetukan-celetukannya sangat khas anak kecil yang polos, sangat penasaran, mendetail, kritis, tetapi jenaka.
"Ada celetukan dan pertanyaan yang muncul dari sudut pandang orang dewasa. Pertanyaan yang banyak muncul ketika ia bertemu atau melihat hal-hal dan pengalaman baru," tutur Indah.
Di dalam cerita, juga terdapat tokoh-tokoh selain manusia yang menjadi teman perjalanan Oscar, seperti tupai dan marmut. Interaksi yang terjadi antara Oscar dengan hewan-hewan tersebut membuat novel ini juga memiliki nuansa dongeng.
Terinspirasi keponakan
Indah menceritakan, awalnya ia tidak berencana membuat novel dengan menghadirkan anak kecil sebagai tokoh utamanya. Namun, interaksinya dengan anak kecil yang intensif selama masa pandemi memunculkan ketertarikannya untuk membuat novel bertokoh anak-anak.
"Selama pandemi saya menghabiskan banyak waktu dengan keponakan saya, anak-anak laki-laki sekitar usia Oscar juga. Di sana saya menyadari betapa unik pertanyaan-pertanyaan yang sering keluar dari mereka," ujar Indah.
Kemudian ia semakin sering mengamati interaksi yang terjadi antara anak-anak. Baik dengan teman sebayanya maupun dengan orang dewasa. Ia menganggap celetukan-celetukan mereka yang polos justru terkadang sangat tajam dan kritis.
"Celetukan-celetukan mereka membuatku sebagai orang dewasa heran dan sadar bahwa pertanyaan anak-anak kecil menarik dan membuatku bertanya-tanya tentang apa yang mereka pikirkan," ujar Indah.
Ia juga mendapat banyak ilham dari interaksinya dengan anak-anak penyandang tunanetra. Anak-anak tunanetra umumnya memiliki lebih banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu tentang berbagai hal di sekitarnya.
"Ketika menulisnya saya benar-benar menghayati seakan-akan saya ialah sosok anak kecil yang serbaingin tahu," ujar Indah.
Seperti halnya anak-anak yang memiliki jalan pikiran unik, jenaka, kritis, dan kadang sulit ditebak, begitu juga keseluruhan cerita Oscar dalam novel ini. Berbagai pertanyaan dan misteri terus hadir tentang siapa dan dari mana Oscar sebenarnya berasal.
Membacanya sampai habis seperti ikut menyelesaikan teka-teki yang mendebarkan. Setiap pertemuan mengantarkan pada jawaban teka-teki yang berusaha dipecahkan.
"Banyak pertemuan yang benang merahnya akan terangkum dalam sejarah hidupnya Oscar, jadi ada cerita di dalam cerita," tutur Indah.
Ia pun sengaja tak membuat buku tersebut terlalu tebal, hanya 134 halaman. Itu karena ia tak ingin terlalu banyak menghadirkan kisah pertemuan Oscar sebelum akhirnya berhasil memecahkan misteri tentang identitasnya.
"Tadinya ada lebih banyak sosok yang ditemui Oscar, tapi kemudian saya takut pembaca jenuh, jadi banyak saya penggal. Saya benar-benar memikirkan psikologi pembaca ketika membacanya, yang penting siapa Oscar benar-benar terungkap di akhir cerita," ujar Indah.
Oscar Belajar Pergi menghadirkan suasana berbeda dari yang biasa didapatkan dari buku-buku terbitan Mojok. Jika biasanya buku Mojok lebih lugas mengangkat berbagai isu dalam kehidupan dengan cara jenaka dan sudut pandang berbeda dari orang dewasa, kali ini sudut pandang kritis tersebut hadir dalam kisah seorang anak kecil. Nuansanya jadi lebih ringan, tetapi tetap mendalam.
Buku ini akan membuka mata pembaca tentang sudut pandang, pikiran, hingga pendapat anak-anak yang kerap diabaikan. Keputusan penulis memilih berbagai isu yang relevan dengan masyarakat saat ini juga akan membuat pembaca lebih tersentuh sekaligus tertohok. (Pro/M-2)
Judul : Oscar Belajar Pergi
Penulis : Indah Darmastuti
Penerbit : Buku Mojok
ISBN : 978-623-7284-84-0