12 November 2022, 07:35 WIB

Perjalanan Kereta Semar Lembu


Putri Rosmalia | Weekend

Dok. Gramedia Pustaka Utama
 Dok. Gramedia Pustaka Utama
Cover buku Kereta Semar Lembu.

LEMBU tak pernah tahu kenapa dia dikutuk tak bisa jauh-jauh dari rel kereta api. Kutukan yang membuat dirinya berkelana menumpang kereta api, melewati seluruh jalur yang ada di Jawa, selama 100 tahun kehidupannya.

Tak juga pernah dia ketahui sejarah ibunya, atau tentang Mbok Min yang begitu mengasihinya tanpa syarat. Pun dia tak tahu dari mana datangnya makhluk-makhluk yang hanya terlihat olehnya.

Makhluk-makhluk gaib datang bergantian, menemani setiap fase kehidupannya. Lembu memang tak ingin tahu semua itu. Namun, dia tahu, dia lahir saat jalur kereta pertama di Jawa sedang dibangun.

Lembu juga mungkin tahu, sesungguhnya ada yang selalu mengawasinya. Setiap langkahnya sudah ditentukan sejak dia lahir untuk sebuah tujuan.

Bahkan bagaimana dia mati pun sudah ada yang mengatur. Kerincing yang terkalung di lehernya membuat dia harus berurusan dengan dewa-dewa yang kian tersingkir saat tanah Jawa semakin tenggelam ke abad modern.

Cerita singkat tentang kehidupan sosok bernama Lembu itu merupakan cuplikan kisah yang terdapat di sampul belakang novel Kereta Semar Lembu. Novel karya Zaky Yamani ini merupakan peraih juara pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2021. Zaky mengungguli nama-nama penulis muda lain, seperti Amalia Yunus, Hartari, dan Beri Hanna.

Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, novel ini memiliki cerita yang sangat padat. Penuh dengan kejutan-kejutan yang hadir dari kisah perjalanan hidup tokoh Lembu yang penuh tanda tanya, tapi di satu sisi sebenarnya juga sangat sederhana.

Novel dibuka dengan cerita sosok Lembu yang telah mati dan menjadi arwah penasaran. Ia terpaksa menjalani kehidupan sebagai arwah di dunia yang disebut sebagai tempat persinggahan para arwah gentayangan. Mereka adalah manusia yang mengalami kematian tragis dan tidak pernah mendapatkan penguburan dengan layak.

Bersama-sama para arwah itu menjalani hari dalam ketidakpastian dan penantian. Menunggu tiba waktunya jasad atau sisa kerangka mereka ditemukan oleh manusia hidup, dikenali, dikuburkan dengan layak, serta dilantunkan doa-doa pengiring.

Lembu merupakan salah satu sosok arwah yang beruntung karena setelah menunggu selama 50 tahun, akhirnya sisa kerangkanya ditemukan. Ajaibnya, masih ada manusia hidup yang berhasil menebak identitas kerangka tersebut sebagai milik Lembu.

Cerita kemudian berlanjut ketika para arwah di alam persinggahan berkumpul mengadakan pesta perpisahan untuk Lembu. Ribuan arwah datang dari berbagai penjuru negeri. Mereka berkumpul untuk berpesta dan mendengarkan kisah hidup Lembu sebelum akhirnya benar-benar pergi menuju keabadian di alam baka.

Terlahir sebagai anak dari seorang pelacur membuat Lembu harus terbiasa menghadapi dunia orang dewasa yang mengerikan sejak masih kecil. Pelacuran, kekerasan, hingga perbudakan tak pernah lepas dari kesehariannya. Lembu yang polos harus menjalani kehidupannya yang diramaikan tak hanya dengan kehidupan manusia, tetapi juga sosok gaib yang kerap muncul di sisinya.

Lembu kecil sering melihat arwah-arwah orang yang telah mati di sekitarnya. Mereka yang terbunuh akibat perkelahian, akibat kelelahan menjadi pekerja pembangunan rel kereta, hingga yang mati akibat berbagai bencana tetapi tak pernah mendapat prosesi penguburan yang layak.

Tak hanya itu, Lembu juga dapat melihat sosok-sosok lain yang kemudian ia ketahui sebagai Mbah Semar, Mbah Bagong, Mbah Petruk, dan Mbah Gareng. Keempat sosok Punakawan tersebut hadir secara bergiliran di setiap fase berbeda kehidupan Lembu. Mereka hadir sebagai sosok pendamping bagi Lembu yang penuh kepolosan.

Terlahir di tahun 1865 saat jalur kereta pertama di Jawa yang menghubungkan Desa Kemijen dan Tanggung di Semarang mulai di bangun, Lembu hidup hingga seratus tahun lamanya. Ia mati di tahun 1965 ketika situasi sosial dan politik di Indonesia tengah sangat memanas akibat isu PKI.

Sepanjang 100 tahun hidupnya, Lembu hanya bisa hidup di atas kereta api yang berputar berkeliling pulau Jawa atau di area sekitar rel. Tak ada yang tahu mengapa ia tak pernah bisa berhasil melangkah keluar dari area stasiun, begitupun Lembu sendiri.

Hari demi hari, tahun demi tahun berganti, dari stasiun di Jawa Tengah hingga Batavia. Begitulah seratus tahun kehidupan Lembu berjalan. Sepanjang hidupnya ia bertemu banyak sosok, baik yang hanya singgah hingga yang berperan besar dalam hidupnya. Dari Lembu yang bodoh dan polos, jadi Lembu yang lancar membaca, dianggap sebagai orang suci pembawa berkah, berkelana sebagai pendongeng, hingga berakhir sebagai sosok yang dituduh sebagai anggota komunis yang dibenci.

Sementara itu, meski hanya setebal 320 halaman, novel ini memiliki tema yang sangat beragam. Penulis berhasil membangun berbagai dimensi cerita dalam satu kisah perjalanan hidup Lembu. Fiksi sejarah, mitos, pewayangan, hingga surealis, semuanya menyatu harmonis dalam novel ini.

Memiliki latar kehidupan di sekitar Jawa pada era tahun 1980-an, penulis banyak menyertakan peristiwa sejarah pada masa tersebut. Di mana pada saat itu penduduk Indonesia tengah berjuang untuk menjalankan kebijakan kerja paksa membangun jalur kereta yang dibuat oleh pemerintah Kolonial. Para lelaki bekerja tiada henti dengan upah rendah, para perempuan menjajakan diri sebagai pelacur, anak-anak terlantar di lingkungan kumuh yang penuh dengan kekerasan.

Kelamnya kehidupan masyarakat Indonesia kelas ekonomi rendah saat itu telah membuat mereka seperti kehilangan akal sehat. Hingga kematian bukan lagi hal yang menakutkan untuk disaksikan.

"Saat malam para buruh cangkul itu akan main kartu, minum-minum arak, mengisap candu, meniduri para pelacur, atau menanggap ronggeng yang penarinya adalah perempuan-perempuan itu juga. Kadang-kadang ada yang berkelahi dan saling cangkul sampai mati." (Halaman 30)

Penggambaran kehidupan masyarakat Indonesia terus hadir dalam cerita bersamaan dengan bertambahnya umur Lembu. Mulai dari sistem kerja paksa membuat jalur kereta api yang akhirnya berhasil mengelilingi pulau Jawa, berakhirnya sistem kerja paksa, kalahnya Belanda di perang dunia ke-2 yang diikuti dengan masuknya Jepang ke nusantara, perang-perang pasca kemerdekaan, hingga pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di tahun 1960–1965.

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam novel ini dihadirkan dari sudut pandang Lembu, seorang rakyat miskin yang hidup layaknya seorang pengembara. Karena itu, penggambaran sejarah yang diangkat lebih banyak soal kehidupan masyarakat dan interaksinya dengan pemerintahan atau tentara penjajah, bukan tentang politik yang terjadi di dalam negeri.

Beberapa peristiwa besar di masa tersebut juga turut dimunculkan untuk memperkaya cerita. Di antaranya peristiwa-peristiwa letusan gunung berapi di Jawa, hingga letusan besar Gunung Krakatau di selat Sunda tahun 1883.

Penggambaran suasana dan narasi cerita pada setiap masa di novel diilustrasikan penulis dengan sangat detail. Itu membuat alur cerita terasa lebih nyata, pembaca akan ikut merasakan perubahan-perubahan suasana yang terjadi dari tahun ke tahun sejak era penjajahan hingga pasca kemerdekaan.

 

Mitos dan pewayangan

Mitos masyarakat Jawa dan pewayangan dapat dikatakan sebagai salah satu unsur yang paling menonjol dalam novel ini. Penggabungan berbagai mitos alam gaib yang kerap muncul dalam kepercayaan masyarakat Jawa, para tokoh Punakawan, dan cerita-cerita pewayangan membuat cerita hidup Lembu yang sederhana jadi lebih kompleks.

Unsur surealis tak sedikit muncul pada beberapa adegan di keseharian Lembu. Hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan logika manusia, tetapi justru membuat cerita jadi lebih kuat dan unik. Pembaca seakan dipaksa untuk bisa berimajinasi dengan lebih liar dan tanpa batas ketika membaca bagian-bagian tersebut.

Tak hanya pada pembaca, berbagai hal aneh berbau mistis dalam hidup Lembu juga kerap dianggap sebagai sebuah kegilaan oleh tokoh-tokoh lain dalam cerita. Khususnya mereka para bangsa Belanda yang sangat mengedepankan logika.

"Aku pikir kau orang gila Lembu, tapi orang gila yang sangat cerdas. Kisah-kisahmu merupakan ramuan imajinasi anak-anak yang sangat liar, bercampur dengan pengalaman orang dewasa yang juga sangat liar. Merambah ke segala hal, sampai ke dunia mistis orang-orang Jawa." (Halaman 130)

Keputusan penulis menghadirkan keempat tokoh Punakawan juga menjadi salah satu hal yang paling mengesankan untuk dilakukan. Masing-masing tokoh Punakawan memiliki peran krusial di setiap fase kehidupan Lembu.

Contohnya ialah Mbah Bagong yang muncul kala Lembu mulai mengenal kehidupan dewasa. Kala itu Lembu masih sangat polos meski telah beranjak dewasa. Momen-momen saat Lembu mulai merasakan kesenangan ketika melihat dan bersetubuh dengan wanita. Hingga ketika ia dipaksa menikahi sosok Mbok Min, sahabat sang ibu yang telah mengasuhnya sejak bayi.

Di momen-momen tersebut, kehadiran Mbah Bagong membuat cerita jadi lebih menyenangkan karena sosoknya yang senang berbicara apa adanya dengan cara jenaka, meski tak jarang sarkastis.

"Lihat saja dirimu. Kau jadi harapan ibumu, dan tiba-tiba saja kau dipaksa menghamili Mbok Min dan sekarang punya anak sepuluh ekor!" Mbah Bagong terbahak-bahak. (Halaman 104)

Selain peristiwa sejarah dan mitos, berbagai suara kritis penulis tentang kehidupan masyarakat Indonesia juga muncul di novel ini. Di antaranya soal kebodohan mengakar di antara mereka yang rela membayar mahal demi mengharap berkah dari mitos kehidupan gaib, hingga pandangannya soal harapan berlebihan banyak orang pada anak-anak yang mereka miliki.

Pertemuan berbagai tema dalam cerita pada novel ini membuat keseluruhan cerita menjadi sangat padat dan kaya. Meski akhir cerita utamanya telah dapat diketahui, pembaca akan tetap disuguhkan dengan hal-hal tak terduga sepanjang cerita. Membaca novel ini akan membuat pembaca seperti ikut berada di antara masyarakat Jawa pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Pembaca juga akan dapat mengetahui secara singkat tentang berbagai hal. Mulai dari sejarah, mitos, hingga sekelumit cerita Pewayangan yang digemari masyarakat Jawa, dalam cerita hidup seseorang yang menyebut dirinya sebagai Semar Lembu. (M-2)

 

 

Biobuku

Judul : Kereta Semar Lembu

Penulis : Zaky Yamani

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun : Cetakan pertama, 2022

ISBN : 9786020664637

 

 

BERITA TERKAIT