Nama Sweta Kartika barangkali sudah tidak asing bagi pemerhati komik Indonesia. Beberapa karya komiknya bahkan telah diangkat ke wahana lain. Seperti Jagat Rimba yang bakal dialih wahanakan ke film. Diary Kemala, juga tengah dipersiapkan menjadi film animasi horor. Ada pula Journal of Terror yang berkembang menjadi novel, web series, dan serial audio.
Menurut Sweta, salah satu kunci keberhasilannya mengembangkan kekayaan intelektualnya (intellectual property/IP) adalah dengan membangun relasi yang kuat dengan pembaca lewat karakter utama.
“Saya target dulu calon pembaca, pendengar, atau audiensnya. Makanya saya selalu mengambil karakter utama itu berada di rentang kelas 3 SMA sampai kuliah. Sehingga saya juga menargetkan pembaca di usia tersebut. Masa itu sedang rentan pencarian jatidiri, sehingga membangun ikatan dengan pembaca itu mudah. Bisa dibawa ke mana saja,” kata Sweta dalam konferensi pers tentang serial audionya, Journal of Terror di XXI Premiere Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (10/11).
Setelah itu, Sweta akan menaruh formulasi yang punya kelekatan dengan pembaca. Seperti keresahan yang dilalui, tantangan yang dihadapi. Dengan begitu, pembaca pun akan ikut merasakan dinamika yang ada di dalam cerita. Jika audiensnya sudah memiliki ikatan dengan karakter utama, menurutnya, kelak mereka juga bakal ikut ke manapun cerita berpindah format.
“Itu jadi sesuatu yang mengikat secara primal,” lanjutnya.
“Padahal di Journal of Terror itu saya kurang pede dengan premisnya. Karakternya bisa melihat hal gaib karena kembarannya meninggal, dan kayaknya banyak yang punya sudut pandang ini. Tapi yang bikin berbeda adalah penggalian karakternya, dan keterikatannya dengan keluarga, misal.” (M-2)