29 October 2022, 07:40 WIB

Kesepian yang tidak Sederhana


Putri Rosmalia | Weekend

Dok. Penerbit Baca
 Dok. Penerbit Baca
Cover buku Psikologi Kesepian.

KESEPIAN menjadi hal yang makin lazim dirasakan di era kemajuan teknologi dan mobilitas yang sangat cepat. Tak jarang seseorang dapat merasa kesepian meski setiap hari dikelilingi dan berinteraksi dengan banyak orang, sahabat, dan keluarga.

Meski terkesan sederhana, konsep kesepian yang sesungguhnya tak banyak dipahami manusia. Kesepian ialah sebuah kata yang rumit dan mungkin akan berbeda pengertiannya bagi setiap individu. Kesepian tak melulu muncul akibat tak adanya orang lain yang hadir menemani setiap hari, kesepian ialah sebuah perasaan berada jauh di pikiran dan hati terdalam seseorang.

Psikolog asal Turki, Zahra Erol, menghabiskan hampir sepanjang kariernya untuk menyelami lebih dalam konsep kesepian pada manusia. Buku berjudul Psikologi Kesepian merupakan buah dari penelusuran, studi, dan pemikirannya tentang berbagai unsur terkait dengan kesepian.

Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Turki dengan judul Yalnizlik Psikolojisi pada 2018. Versi bahasa Indonesia-nya diterbitkan pertama kali pada Juli 2022 oleh Penerbit Baca.

Ketertarikan penulis pada konsep kesepian dimulai ketika secara tidak sengaja mendengar curahan hati seorang teman lama bernama Ayse. Ayse mengaku mengalami kesepian kronis. Hal itu mengejutkan penulis karena Ayse dikenalnya sebagai sosok yang selalu ceria, memiliki banyak teman, karier yang cemerlang, dan selalu disukai banyak orang.

Dari pengalaman hidup temannya tersebut, penulis menyadari bahwa kesepian bermakna lebih rumit dan berada jauh lebih dalam pada hati dan pikiran seseorang. Sebuah perasaan yang kerap diabaikan dengan melakukan berbagai hal yang menyenangkan, tetapi akan dengan mudah kembali ketika semua aktivitas tersebut berakhir.

Kisah sahabatnya itu dihadirkan penulis sebagai pembuka buku Psikologi Kesepian. Sejak awal pembaca akan disuguhkan dengan sebuah kasus nyata kehidupan seseorang yang sangat kesepian akibat luka masa kecil yang tak pernah ia coba sembuhkan.

“Ayse juga tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak aman, tindakannya diabaikan, sering dikritik, dan tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Karena itu, sulit merasakan kedamaian yang tercipta oleh lingkungan yang aman.” (Halaman xxii)

Kisah Ayse menjadi pembuka yang menyentuh sekaligus memberikan gambaran lebih jauh tentang konsep kesepian yang akan dibahas penulis pada bagian-bagian dalam buku. Memberikan sebuah bayangan jelas tentang kompleksitas kesepian yang kerap tak disadari.

Pembahasan lebih lanjut dibuka penulis dengan menjabarkan pengertian dari kesepian di bab pertama buku. Penulis menjelaskan kesepian memiliki arti yang sangat variatif. Sangat ditentukan kondisi dan situasi pada setiap manusia.

“Arti kesepian berbeda-beda, tetapi prosesnya sama: sangat sulit untuk dilalui.” (Halaman 3)

Penulis menyertakan beberapa pendapat dari psikolog lain dan studi-studi tentang kesepian yang telah lebih dulu dibuat untuk menambah penjelasan tentang kesepian. Menurut pendapatnya yang juga dirangkum berdasarkan referensi para ahli lain, kesepian tak hanya ditekankan pada efek emosional. Kesepian memiliki efek yang lebih luas pada dimensi intelektual dan relasional.

“Ketika Anda mulai mengalami kesepian, ketika itu pula Anda akan merasakan marah, cemas, dan sakit yang menimbulkan kebingungan mental. Setelah beberapa saat, rasanya seolah-olah Anda terisolasi dari dunia luar; hanya diri Anda sendiri di bumi.” (Halaman 3)

Pada bab pertama tersebut, penulis juga memaparkan dengan lebih detail berbagai gejala dan perasaan yang mungkin muncul akibat kesepian. Terdapat juga pembahasan tentang kesepian dari berbagai sudut pandang, seperti waktu, stigma, skala keparahan, hingga hubungan antara kesepian dan kreativitas.

Penulis menghadirkan beberapa contoh nyata dari kehidupan para seniman ternama dunia. Para seniman legendaris tersebut membuktikan bahwa kesepian tak melulu menghasilkan impak negatif. Beberapa orang bahkan membutuhkan rasa kesepian untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang diinginkannya.

Namun, tak jarang kesepian yang sengaja diciptakan itu juga membuat para seniman akhirnya merasa sendirian. Kebutuhan akan kesunyian itu membuat mereka akhirnya benar-benar merasa terasing dari lingkungan sekitarnya.

“Untuk menghasilkan sebuah karya, Anda perlu memisahkan diri dari yang ada dan memandang kehidupan secara berbeda dan berpikir. Situasi ini menyebabkan perubahan emosi dan perilaku serta diferensiasi intelektual. Di sisi lain, keluar dari kenyamanan, berpetualang, dan menghabiskan waktu dapat menyebabkan orang kreatif melihat dirinya berbeda dari masyarakat dan merasa sendirian.” (Halaman 26)

 

Pencetus kesepian

Pada bagian-bagian selanjutnya, penulis membahas berbagai hal terkait dengan penyebab kesepian, pengabaian emosional, kesepian kronis, pengaruh pengalaman emosional pada hubungan dengan sesama manusia ketika dewasa, hingga ketakutan-ketakutan yang muncul dari seseorang yang menyangkal rasa kesepian dalam dirinya.

Penulis menjelaskan mengenai penyebab kesepian yang dapat berakar dari berbagai hal dalam kehidupan manusia, sejak ia kecil hingga dewasa. Ia juga menyertakan beberapa contoh dari kasus yang pernah ia temui.

Penulis menjabarkan beberapa hal yang paling umum menjadi penyebab kesepian pada orang dewasa. Di antaranya akibat jarak, situasi yang menyulitkan sebuah hubungan, perpisahan, hingga isolasi emosional akibat sebuah trauma.

Beberapa sifat menusia juga disebut sebagai pencetus kesepian pada seseorang. Orang yang memiliki harga diri tinggi, pemalu, hingga tak mudah bergaul memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesepian dalam kehidupannya ketika dewasa dan memasuki usia senja.

Sementara itu, kesepian kronis dijabarkan lebih rentan muncul pada mereka yang telah merasakan pengabaian emosional sejak masa anak-anak. Dapat disebut juga sebagai efek jangka panjang dari luka hati di masa kecil.

"Kesepian merupakan hasil dari tumbuh dengan orangtua yang tidak berkembang secara emosional dalam hubungan orangtua-anak. Anak yang tidak membentuk ikatan emosional yang kuat dengan orangtuanya mengalami kesenjangan besar dalam membangun hubungan yang aman." (Halaman 79)

Kesepian kronis yang terjadi akibat hubungan masa lalu dengan orangtua yang tak harmonis sangat berisiko membuat seseorang menjadi orangtua yang juga mengabaikan faktor emosional dengan anaknya kelak. Jika itu terjadi, kesepian kronis akan terus berpotensi hadir dan berputar dalam kehidupan sebuah keluarga secara turun-temurun.

Karena itu, sangat penting menyadari, menerima, dan berupaya menyembuhkan diri dari luka masa lalu. Dengan begitu, pengabaian emosional dapat dihindari dan hubungan yang baik dapat tercipta dalam setiap fase kehidupan.

Pada bagian akhir buku, penulis membahas mengenai hal apa saja yang bisa dilakukan sebagai upaya mengatasi masalah kesepian dan berbagai dampaknya yang sudah telanjur hadir dalam kehidupan seseorang. Hal yang sesungguhnya sama sekali tak mudah mengingat kompleksitas yang ada dalam sebuah situasi kesepian, terutama kesepian yang bersumber dari luka masa kecil.

"Luka terdalam kita ialah luka yang berasal dari masa kecil kita." (Halaman 161)

Meski tak mudah dan mungkin berbeda bagi setiap orang, penulis memberikan beberapa tahapan yang dapat dilakukan sebagai upaya mengatasi masalah kesepian secara umum. Salah satu yang paling utama ialah pemahaman dan penerimaan pada kisah hidup masing-masing.

 

Memutus rantai

Meski tak mudah, menerima dan memaafkan kesalahan orang-orang di masa lalu sangat berpengaruh pada penyembuhan luka hati yang menyebabkan kesepian berkepanjangan. Setelahnya, penerimaan pada emosi-emosi dan perasaan yang muncul harus dilakukan dengan panuh kesadaran.

Pengabaian terhadap emosi-emosi terpendam harus secara bertahap dihilangkan dengan proses memaafkan dan keikhlasan. Salah satu hal yang terbukti sangat membantu proses penyembuhan kesepian ialah dengan membuka diri serta membangun hubungan berkualitas dengan sesama manusia. Membangun sebuah hubungan dengan ikatan emosional yang kuat dan sehat dapat membantu memperbaiki kondisi hati dan pikiran manusia.

Lebih lanjut, menyembuhkan diri dari luka masa lalu dan kesepian kronis akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di generasi-generasi selanjutnya. Upaya itu akan dapat memutus rantai kesepian yang menggerogoti kesehatan tubuh dan mental manusia.

Sementara itu, meski tak terlalu tebal, hanya 187 halaman, buku ini memberikan pembahasan lengkap tentang konsep kesepian yang kompleks bagi pembaca awam. Penjelasan diberikan dalam berbagai model tulisan, narasi yang rasional, poin-poin panduan, referensi ilmiah, hingga contoh kasus dari kisah nyata.

Pada beberapa bagian buku, penulis juga menyertakan kuesioner yang dapat diisi untuk membantu pembaca menganalisis skala kesepian yang mereka alami. Selain itu, juga terdapat beberapa pertanyaan yang dapat membantu pembaca menyadari ada atau tidaknya pengabaian emosional di masa kecil yang berpotensi menyebabkan trauma.

Dengan gaya penjelasannya yang sederhana dan diperkaya banyak contoh kasus terkait dengan kesepian. Buku ini menjadi sebuah media penting yang dapat membawa peluang bagi pembacanya untuk menyembuhkan diri dari kesepian. Menyimak buku Erol ini dapat membuat pembaca merasa lebih dipahami dengan baik dan merasa tak sendirian menghadapi masalah kesepian kronis yang mungkin mereka hadapi. (M-2)

_____________________________________________________

Judul: Psikologi Kesepian

Penulis: Zehra Erol

Penerjemah: Abdul Aziz dan A Suryadi

Penerbit: Penerbit Baca

Tahun: Cetakan pertama Juli 2022

ISBN: 978-602-6486-70-7

 

BERITA TERKAIT