Awal September ini, publik bisa menikmati rangkaian pertunjukan seni dan budaya dalam rangkaian Indonesia Bertutur 2022 yang berlangsung di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Indonesia Bertutur merupakan festival seni budaya yang digagas kementerian pendidikan kebudayaan dan ristek RI dalam upaya ajakan menginterpretasikan situs dan cagar budaya.
Dalam festival yang berlangsung selama 7-11 September ini, akan dibagi ke dalam beberapa program. Pertama, program Kiranamaya menampilkan beragam video mapping dan tatanan instalasi seni cahaya dari karya-karya seniman dalam dan luar negeri yang menggunakan teknologi pencahayaan, interaktif dan arsitektural.
Program kedua adalah Layarambha, menghadirkan tontonan film peran dan film pendek dari berbagai jenis film tari dari berbagai negara termasuk dari Indonesia.
Selain dua program tersebut, juga ada Anarta. Di program ini pengunjung dapat menyaksikan seni pertunjukan kontemporer dari beragam pertunjukan kontemporer di bidang musik, tari dan teater khususnya yang melakukan proses eksperimen panjang dan menggunakan teknologi modern dalam karyanya. Selanjutnya ada program Visaraloka. Di program ini Indonesia Bertutur menyediakan ekosistem bagi seniman multimedia dan interdisipliner yang menggunakan berbagai macam teknologi. Dan program terakhir adalah Virama. Ketika menanti pertunjukan di panggung utama, pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan musik, tari, dongeng, dan menikmati aneka hidangan yang dijual pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kami membawa tema Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan. Artinya kami ingin mengajak kita semua bisa menelaah dan menelisik serta menginterpretasikan lagi narasi lama. Bagaimana kita yang hidup di masa kini bisa melihat kembali apa yang ditulis sejarah, dan bagaimana kita bisa menciptakan daya kreatif, agar masa lampau itu berhubungan dengan masa kini. Dengan begitu, kita bisa menyusun masa depan dengan baik,” kata Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022 pada konferensi pers di ruang Graha Utama gedung A Kemendikbud, Jakarta, Rabu, (31/8).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengungkapkan, dengan hadirnya Indonesia Bertutur 2022 juga bisa menjangkau para siswa. Rencananya, Indonesia Bertutur juga bakal berlangsung dua tahunan (biennale).
“Indonesia Bertutur adalah undangan bagi anak muda untuk melestarikan budaya dengan cara kreatif,” kata Hilmar.
Selain menggali narasi dari Candi Borobudur, festival ini juga menghadirkan narasi dari 20 cagar budaya lain di Indonesia yang diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk medium seni. Cagar budaya tersebut adalah Sangiran, Liang Bua, Leang- Leang, Gugus Misool (Raja Ampat), Sangkulirang, Lore Lindu, Kutai, Tarumanegara, Kompleks Candi Dieng, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Candi Gunung Kawi, Muara Takus, Muaro Jambi, Candi Jago, Candi Singosari, Trowulan, dan Candi Bahal.
“Dijamin tidak akan rugi selama lima hari datang ke Indonesia Bertutur. Ini pertama kalinya situs cagar budaya yang diakui dunia dinarasikan dengan berbagai interpretasi, tetapi juga ditampilkan dari 20 situs lain. Tentu target kami adalah festival ini bisa menjadi sumber literasi serta inspirasi. Dan berjalan pula proses apresiasi,” tambah Direktur Perfilman, Musik, dan Media (PMM), Ahmad Mahendra.
Indonesia Bertutur akan ditutup dengan rangkaian Ruwatan Bumi yang mengundang 121-an komunitas penutur bahasa lokal dari berbagai daerah di Indonesia dengan ragam ekspresi mereka. Namun, Ruwatan Bumi merupakan agenda tertutup dan akan disaksikan oleh para delegasi Kementerian Kebudayaan negara-negara anggota G-20.(M-4)