25 August 2022, 09:46 WIB

Betulkah Nenek Moyang Manusia dapat Berjalan dan Memanjat Pohon seperti Kera?


Adiyanto | Weekend

MI/PANCA SYURKANI
 MI/PANCA SYURKANI
 Ilustrasi: Homo Erectus

Penelitian tentang asal usul manusia dan bagaimana perkembangan tingkah laku mereka  selalu menarik untuk dipelajari. Belum lama ini, beberapa ilmuwan di Prancis menemukan bukti bahwa nenek moyang manusia tertua yang diketahui berjalan dengan dua kaki, ternyata juga masih bisa memanjat pohon seperti kera.  Penemuan ini pun menuai polemik di kalangan ilmuwan.

Bukti baru itu didasari penelitian terhadap beberapa tulang yang telah berusia 7 juta tahun. Para peneliti menganalisa sisa-sisa fosil Sahelanthropus tchadensis, yang ditemukan 21 tahun lalu di Gurun Chad, Afrika tengah. Para peneliti  kemudian memeriksa tulang paha dan dua tulang lengan bawah dari fosil yang ditemukan itu. Mereka menganalisis 23 fitur fosil yang mereka katakan mengarah ke bipedalisme dan menunjukkan hubungan yang lebih dekat dengan manusia daripada kera.

Pertanyaan apakah spesies itu berjalan tegak tetap tidak terjawab. Namun, kini tim peneliti dari Prancis itu cukup yakin bahwa Sahelanthropus memang bipedal (dapat berjalan dengan dua kaki dan memanjat pohon layaknya kera)

Selama ini Sahelanthropus tchadensis  dikenal sebagai fosil kera yang hidup sekitar 7 juta tahun yang lalu. Belum jelas apakah spesies ini termasuk dalam tribe Hominini atau bukan.

Para ahli lain yang tidak terlibat dalam penelitian menyatakan keraguan tentang studi yang telah diterbitkan  belum lama ini dalam jurnal Nature. Hal itu memicu perdebatan tentang gaya hidup Sahelanthropus. Mereka juga sangsi apakah itu termasuk dalam cabang evolusi manusia. Namun, para peneliti Prancis itu yakin dengan temuan mereka.

Fosil hominid yang lebih baru, termasuk kerangka Lucy (hominid tertua yang pernah ditemukan) berusia 3 juta tahun, menunjukkan bipedalisme adalah ciri yang menentukan dari garis keturunan manusia.

“Kami cukup percaya diri,” kata Franck Guy, juga salah satu penulis. “Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa pola morfologi tulang paha lebih mirip dengan apa yang kita ketahui pada manusia sekarang, daripada pada kera.”

Prof Bernard Wood, dari George Washington University, yang merupakan rekan penulis studi sebelumnya yang menyimpulkan Sahelanthropus tidak terbiasa bipedal, mengatakan: “Fosil yang sangat penting ini layak mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada yang diberikan makalah buruk ini. Studi ini mengambil bukti, mengabaikan studi terbaru yang menunjukkan kesimpulan berbeda dari yang penulis coba pertahankan, dan gagal untuk mengeksplorasi interpretasi fungsional lainnya yang setara, jika tidak lebih mungkin, dari fosil-fosil ini.

“Ketiga tulang itu lebih mirip simpanse daripada kera besar yang masih hidup, termasuk manusia modern. Itu tidak berarti Sahelanthropus adalah seekor simpanse. Tetapi kemungkinan gaya hidupnya terkait erat dengan simpanse. Itu bukan kera tegak yang hidup di tanah dari jenis yang mungkin merupakan nenek moyang kita yang paling awal,” tegasnya. (M-4)

 

BERITA TERKAIT