08 November 2021, 17:59 WIB

Dari K-Pop ke Filantropi


Nihaya Suratno | Weekend

Dok. YG Entertainment
 Dok. YG Entertainment
Boyband asal Korea Selatan, Treasure.

Hai Sobat Muda! Apa yang terpikir oleh kalian saat mendengar tentang fandom atau komunitas fan K-pop? Apakah anak-anak muda dengan fanatisme terhadap boygroup atau girlgroup musik dari Korea Selatan? Ya, itu mungkin ada benarnya, tetapi dewasa ini banyak penggemar K-pop yang mengekspresikan kekaguman mereka tidak sebatas menikmati musik atau membeli merchandise grup bersangkutan. Lebih dari itu, mereka turut melakukan berbagai kegiatan positif. Contohnya ialah komunitas TUI atau Treasure Union Indonesia.

Bermula Dari Fanbase Treasure

TUI adalah komunitas fan boygroup asal Korea, Treasure. Menurut Dian Azizah, sang pendiri TUI, awalnya TUI adalah fanbase ber-platform Twitter yang hadir sejak Februari 2020 untuk penggemar Treasure di dunia maya, @TREASUREunionID. Akun ini sekarang memiliki lebih dari 48 ribu pengikut.

Mahasiswi di suatu perguruan tinggi swasta itu menambahkan, pendirian fanbase ini diniatkan untuk mengunggah informasi terkait Treasure. Boygroup tersebut merupakan bentukan YG Entertainment, agensi musik Korea yang berdiri sejak 1996 dan telah melahirkan banyak idol terkenal seperti PSY, BigBang, maupun BlackPink.

Treasure beranggotakan 12 personel. Delapan dari Korea; Hyunsuk, Jihoon, Junkyu, Jaehyuk, Yedam, Doyoung, Jeongwoo, dan Junghwan. Kemudian empat personel asal Jepang, yakni Yoshi, Mashiho, Asahi, dan Haruto.

Sebagai penggemar yang mengikuti karier Treasure sejak awal terbentuk melalui ajang YG Treasure Box di 2018, Dian merasakan keinginan untuk berbagi informasi mengenai grup kesayangannya itu dengan membuat fanbase untuk para Treasure Maker, alias Teume –nama fandom Treasure—di Indonesia. Keinginan itu ditambah dengan rasa gemasnya menunggu debut sang idola.

“Sudah ada kabar kalau Treasure mau debut dan kebetulan itu pertama kalinya aku ngikutin suatu boygroup dari awal banget, jadi aku punya keinginan untuk bikin fanbase. Lewat TUI, aku mau share informasi seputar Treasure dan kegiatan mereka setelah debut,” ungkap Dian saat berbincang dengan Muda, via platform konferensi video, Rabu (13/10).

Ia ternyata tidak perlu menunggu terlalu lama lagi. Selang beberapa bulan dari kelahiran TUI, single album The First Step: Chapter One meluncur pada 7 Agustus 2020, menandai awal debut Treasure. Album ini langsung meledak di pasaran dan mendatangkan penghargaan Rookie of the Year dalam AAA (Asia Artist Award) 2020 untuk kategori musik bagi Treasure.

Hingga kini, Treasure telah merilis empat album dan terus menerima banyak penghargaan, seperti dalam ajang MAMA 2020, GDA 2021 dan terakhir dalam 30th Seoul Music Award.

Seiring meningkatnya popularitas Treasure, pengikut TUI pun makin bertambah. Dian lantas memutuskan untuk membentuk tim yang beranggotakan lima orang karena aktivitas TUI kemudian tidak sebatas di dunia maya, tapi sempat juga secara luring.

“Waktu itu pandemi covid-19 belum melanda, jadi kami bebas bikin event offline. Misalnya, birthday event untuk perayaan anggota Treasure yang berulang tahun, atau diskusi saat Treasure masuk nominasi award,” terang Nadia Krisna Mahayani, salah satu admin TUI, dalam kesempatan sama.

Bencana alam

Akhir tahun lalu dan awal tahun ini, bangsa Indonesia mengalami banyak bencana alam. Misalnya, banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Jawa Barat, dan tempat lainnya.

Di tengah keprihatinan karena suasana pandemi, Dian dan tim fanbase TUI mendiskusikan apa yang bisa mereka lakukan untuk turut membantu masyarakat korban bencana. Muncul ide penggalangan donasi online. Saat itu, untuk menjaga akuntabilitas proses dan hasil donasi, TUI menjalin kerja sama dengan platform Kitabisa.com yang dianggap sudah berpengalaman dalam penggalangan donasi online.

Rencana penggalangan donasi kemudian disebar melalui platform Twitter dan dalam waktu singkat, informasi tersebut di-retweet oleh pengikut TUI. Selain itu, mereka juga mendapatkan respons serta komen positif dari netizen. Ternyata antusiasme para Teume dan non-fans sangat tinggi sehingga dalam beberapa pekan, terkumpul dana hingga Rp19,6 juta melalui platform Kitabisa, per Februari 2021.

Menurut Dian, donasi yang terkumpul digunakan untuk membeli makanan, pakaian dan kebutuhan sehari-hari. Barang-barang tersebut kemudian disalurkan ke masyarakat korban bencana banjir dan tanah longsor di Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, dan Jawa Barat.

Berikutnya, saat terjadi banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT), para Teume kembali menghelat aksi solidaritas. Seperti donasi sebelumnya, donasi  online pada April silam tersebut menghimpun dana yang cukup besar dalam tempo singkat, Rp10,2 juta.

Di bulan serupa, yang kebetulan juga adalah bulan Ramadan, TUI pun melakukan kegiatan sosial dengan membagikan makanan berbuka kepada para pekerja yang mereka temui di jalan. Mulai dari pengemudi ojek daring, petugas parkir, sampai tukang becak, mendapat hidangan yang disiapkan dalam kotak styrofoam berhias stiker foto 12 personel Treasure dengan latar belakang warna ungu polos.

Nadia menambahkan, pihaknya sebagai pengurus TUI tidak pernah mendesak para Teume ataupun non-fan untuk beramal. Apa yang mereka sampaikan kepada para pengikut TUI hanya sebatas ajakan atau imbauan. “Kalaupun enggak bisa, at least pengikut TUI sudah bantu retweet sehingga informasi terkait donasi semakin tersebar luas. O, iya, bantu dengan doa juga bisa kok. Hehe,” tutur mahasiswi semester 2 Universitas Pendidikan Ganesha (UPG) itu.

Menularkan kedermawanan

Menurut pakar kajian kepemudaan (youth studies) yang juga Ketua The Lead Institute Universitas Paramadina, Jakarta, Dr. Phil Suratno, MA, apa yang dilakukan oleh para Teume tersebut secara sosiologis merefleksikan dua hal penting. Pertama, kaum muda memang dituntut untuk memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi pada masyarakat sekitarnya.

Pandemi covid-19 telah membuat kehidupan sosial dan ekonomi banyak orang semakin sulit. Kondisi itu tidak jarang diperberat oleh peristiwa bencana alam. Maka dari itu, ia melihat aksi sosial oleh para penggemar K-pop itu adalah salah satu bentuk kontribusi nyata kaum muda dalam penyelesaian masalah sosial.

“Mereka sebagai kaum muda penggemar K-pop tidak egois memikirkan kenikmatan diri sendiri dan komunitasnya. Mereka juga memiliki jiwa social philantrophy atau kedermawanan sosial yang ditularkan dengan mengajak sesama kaum muda untuk turut membantu masyarakat yang sedang kesusahan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/10).

Kedua, lanjutnya, penggalangan donasi via daring yang sukses mengumpulkan dana puluhan juta rupiah itu menjadi bukti the power of social media. “Aktivitas TUI membuktikan bahwa kaum muda bisa menggunakan internet untuk hal-hal positif, baik terkait musik (K-pop) maupun aktivitas sosial (donasi online)”.  

Dian dan Nadia mengamini bahwa TUI ke depannya akan selalu terus mencoba memberi sumbangsih bagi masyarakat. Di samping menjadi kewajiban sosial, aksi-aksi tersebut juga untuk menjaga citra baik penggemar K-pop. Pasalnya, kata Dian, masih ada orang-orang yang beranggapan fandom K-pop hanya ajang anak muda berkumpul tanpa mengindahkan lingkungan sekitar. Padahal, kenyataannya tidak selalu seperti itu. Fanbase TUI, tegasnya, ingin menjadi garda terdepan dalam menampik tuduhan negatif tentang fan K-pop.  (M-2)

Nihaya Suratno ialah salah satu peserta program Reporter Muda Media Indonesia 2021 dengan karya terbaik. Ia juga pernah menjadi Reporter Cilik Media Indonesia, dan saat ini bersekolah di SMAN 8 Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT