Kanal
Menjadi host dalam web series bertajuk Paras Cantik Indonesia, Tompi bertemu dengan para perempuan dengan kisah ‘cantik’ mereka. Selama lebih dari setahun, Tompi berkunjung ke Yogyakarta, Flores, hingga Makassar.
Paras Cantik Indonesia merupakan program terbaru Galeri Indonesia Kaya yang diproduksi Visinema Content. Mengangkat kisah para perempuan dari berbagai latar belakang dan profesi di masing-masing daerah di Indonesia. Untuk episode perdana, ada sosok Nurlina, nelayan asal Pangkep, Makassar yang juga aktif dalam menggalang aktivitas masyarakat. Episode perdana akan ditayangkan di kanal Youtube Indonesia Kaya pada Selasa, (8/9) pukul 19:00 WIB. Nantinya, tiap episodenya akan dirilis tiap dua pekan sekali.
“Project ini buat saya jadi belajar lebih ngerti tentang hidup. Bagaimana selama ini sudah sibuk, banyak hal yang dilakukan untuk diri sendiri, tetapi enggak ada apa-apanya dibandingkan dengan perempuan yang ada di web series ini. Memberi tamparan keras buat saya, udah ngapain aja dalam hidup lo?” Cerita Tompi dalam konferensi pers virtual Senin, (7/9).
Proyek ini menurut direktur program www.indonesiakaya.com, Renitasari, Adrian sudah disiapkan sejak dua tahun silam. Jika pada program-program sebelumnya biasanya Indonesia Kaya menampilkan sosok yang sudah lebih familiar dikenal publik, pada web series ini sosok yang diangkat ialah kebanyakan mereka yang bukan merupakan selebritas.
“Riset dan pemilihannya dilihat dari kegiatan dan keunikan mereka. Ada 9 dari beragam bidang.Kami ingin mencari yang selama ini belum banyak diliput sama media, from nobody become somebody. Sutradara dari proyek ini pun adalah mereka para perempuan. Jadi untuk melihat dari kacamata perempuan juga,” kata Renitasari.
Webseries pada musim pertama berjumlah sembilan episode, yang tadinya diproyeksikan ada 12 episode. Renita pun menyebutkan, program ini akan diproyeksikan menjadi program yang berkelanjutan, untuk terus mengangkat sosok perempuan-perempuan Indonesia.
Nurlina yang sudah menjadi nelayan sejak 2009 dan menggantikan peran almarhum ayahnya sebagai pencari nafkah mengatakan ia menemukan banyak tantangan dalam menjalankan profesinya. Tidak jarang, stereotip dan perisakan mampir di telinganya, karena nelayan dianggap bukan pekerjaan yang lazim untuk perempuan di wilayahnya.
“Apa yang saya lakukan itu ya menurut saya biasa-biasa saja. Namun ternyata ada orang yang menganggap apa yang saya lakukan luar biasa. Menurut saya, perempuan itu harus mandiri, dan diberikan kebebasan untuk pilih pekerjaan yang dia mau. Perempuan harus saling dukung, bukannya saling menghina. Semoga ini menjadi inspirasi. Tidak ada pekerjaan yang tidak layak bagi perempuan, meskipun itu adalah yang banyak dikerjakan laki-laki.”
Selain menggali cerita dari para perempuan di webseries Paras Cantik Indonesia, Tompi juga melakukan sesi pemotretan ke masing-masing sosok. Ia menggunakan kamera analog. Tipe kamera jenis ini diangapnya mampu mengeluarkan karakter yang lebih kentara jika dibandingkan dengan kamera digital dalam memotret sosok.
“Saya dihadapkan dengan tempat yang belum pernah saya datangi. Dengan pencahayaan yang ada di situ, akan sulit untuk saya kontrol. Dengan analog, saya punya peluang bermain-main dengan leluasa dengan keadaan yang ada. Untuk portrait, skin tone dari kamera analog masih belum bisa dikalahin sama digital. Gambarnya bisa lebih dekat, personal, kedalaman emosionalnya, dan jujur. Foto yang saya tangkap (di proyek ini) tidak ada yang diolah.” (M-2)