15 December 2019, 06:45 WIB

Pantang Setengah-Setengah


Bagus Pradana | Weekend

MI/ADAM DWI
 MI/ADAM DWI
Kezia Agrarianti, atlet karate Indonesia

KARATE ialah salah satu cabang olahraga yang rutin menyumbang medali emas bagi Indonesia dalam berbagai turnamen internasional. Bahkan, banyak karateka Indonesia yang masuk peringkat World Karate-do Federation (WKF), seperti Srunita Sari dan Cok Istri Agung.

Kini, lima dekade lebih sejak kehadirannya di Indonesia, seni bela diri asal Jepang itu terus memikat generasi muda, termasuk sosok Kezia Agrarianti. Atlet berusia 15 tahun itu baru-baru ini mewakili Indonesia dalam ajang Shotokan Karate-Do International (SKIF) World Championship 2019, di Republik Ceko, di samping sederet prestasinya yang lain.

Rabu (4/12), di kediamannya di Jakarta, Kezia menyempatkan berbagi cerita tentang dunia karate kepada Media Indonesia. Berikut petikannya.

Bagaimana awal perkenalan kamu dengan karate?

Awalnya itu karena almarhum Opa saya, Arzan Mocodompis. Kebetulan Opa ialah pegiat karate. Setiap ketemu saya, pasti selalu bercerita tentang karate, tentang jurus-jurus yang beliau sukai, tempat Opa latihan.

Papa kemudian menawari saya ikut karate. Sensei (pelatih) saya sekarang, sensei Meity Johana Kaseger, kebetulan sekantor dengan Mama, juga teman baik Papa.

Setelah mulai berlatih, ternyata suka?

Saya memutuskan untuk mendalami karate secara serius setelah Opa meninggal. Sepeninggalan beliau, waktu saya ikut kejuaraan untuk pertama kalinya, saya yakin Opa pasti sangat senang, jadi saya persembahkan karate ini untuk mendiang Opa saya.

Seperti apa porsi latihan kamu?

Normalnya dua sampai tiga kali seminggu. Namun, buat para atlet karate usia di atas 13 tahun yang konsentrasi ke prestasi, ada latihan tambahan. Latihan saya itu setiap Senin, Selasa, Rabu, dan ada tambahan di Kamis. Lalu, biasanya Sabtu dan Minggu latihan sama Papa.

Ada pengalaman latihan yang berat?

Kalau seseorang telah menempuh jalur sebagai atlet di karate, dia wajib menjaga porsi latihannya. Latihan paling berat yang pernah saya dapat ialah latihan fisik. Saya selalu dikasih porsi cowok, bahkan dua kali lipatnya karena pelatih-pelatih percaya saya bisa menjadi seorang juara. Ada satu tahapan juga kita harus lari zig-zag dengan jarak sekitar 1 kilometer. Enggak boleh berhenti dan itu empat set.

Kalau ujian kenaikan tingkat, biasanya dibawa ke luar ruang. Kamu pernah?

Iya, di daerah Puncak, di sana enggak ada sinyal sama sekali, kita dicambuk-cambukin di atas sungai, lalu harus merayap di jalan yang penuh kotoran ayam, kemudian guling-guling di jalan yang banyak kerikilnya.

Awalnya, saya enggak terima. Kok harus kayak gini cuma buat naik sabuk. Namun, makin ke sini, makin saya paham bahwa semakin kita dewasa di karate atau semakin sabuk kita tinggi, ada tanggung jawab besar yang kita punya. Karate mengajari saya bahwa untuk mendapatkan sesuatu, kita butuh pengorbanan yang besar.

Kamu sudah ikut banyak turnamen. Mana yang paling berkesan?

Yang paling berkesan waktu SKIF World Championship 2019 di Ceko. Meski akhirnya kalah 2-1 dari atlet Norwegia, saya bersyukur bisa punya pengalaman ke luar negeri untuk pertama kalinya, tanpa orangtua. Saat itu, Indonesia hanya mengirimkan dua atlet perempuan, jadi saya juga harus belajar bagaimana caranya masak buat atlet-atlet lain waktu pemusatan latihan di sana, belajar beradaptasi dengan lingkungan di sana, dan latihan di suasana yang dingin.

Karate itu seni bela diri yang penuh filosofi. Maknanya apa buat kamu?

Bagi saya, karate telah menjadi falsafah, tidak sekadar olahraga. Dari karate saya belajar mengenal diri saya. Melalui disiplin karate, kepribadian dan sikap saya dibentuk.

Di perguruan saya, sebelum mulai latihan, ada upacara dan kita harus menyebut Sumpah Karateka Indonesia: sanggup memelihara kepribadian; sanggup patuh pada kejujuran; sanggup mempertinggi prestasi; sanggup menjaga sopan santun; dan sanggup menguasai diri. Kami selaku atlet karate wajib mengamalkan sumpah tersebut. Semakin tinggi sabuk kami, semakin besar tanggung jawab yang harus kami jaga.

Siapa yang paling menginspirasi kamu dalam karate?

Pertama, Opa Arzan Mocodompis yang telah mengenalkan saya, bahkan memacu saya untuk terus berusaha dan mendalami karate.

Kemudian, sensei Meity, pelatih sekaligus mentor yang mengajarkan makna kegigihan dan kedisiplinan. Meski sangat keras terhadap murid-muridnya, di balik semua disiplin itu, ada sentuhan kasih yang turut membentuk kepribadian kami. Beliau yang mengenalkan kepada saya tentang mental juara. 'Kalau ingin sesuatu, kejar itu sampai dapat!' begitu nasihatnya.

Saya terinspirasi dari sensei Meity, terutama karena komitmennya terhadap karate. Melalui karate, beliau membuktikan dapat berprestasi, bahkan melahirkan banyak generasi penerus yang juga berprestasi. Karate juga yang mengantarkan beliau keliling dunia. Beliau sering bercerita kepada kami murid-muridnya tentang pengalaman ketika bertanding ke negara-negara lain, tentang budaya masyarakat di sana. Itu juga menginspirasi saya untuk lebih giat berlatih.

Setelah Ceko, apa rencana kamu berikutnya?

Saat ini saya ingin mengejar masuk Pelatda DKI dulu, tahun depan. Lalu, ingin mengejar masuk ke Pelatnas, supaya bisa jadi orang pertama dari perguruan saya yang masuk Pelatnas Forki. Setelah itu, saya juga menargetkan untuk ikut WKF (World Karate Federation).

Ada pesan untuk teman-teman yang ingin menekuni karate seperti kamu?

Jangan pernah berhenti bermimpi. Jangan menyerah hanya karena kalah satu kali. Terus berlatih dan bertanding. Mungkin saat ini kita belum jadi apa-apa, saya pribadi belum jadi apa-apa, tapi saya selalu menanamkan impian dalam benak saya. Siapa yang tahu kalau kita terus berusaha, terus berdoa, besok kita jadi juara dunia.

Lalu, jika sudah memutuskan untuk menekuni sesuatu, apalagi karate, jangan pernah setengah-setengah. Kalau di karate kita setengah-setengah, ya karate kasih feedback ke kita setengah-setengah juga. (M-2)

Biodata

Nama: Kezia Agrarianti

Tempat, tanggal lahir: Manado, 11 Agustus 2004

Perguruan karate: Shokaido (Shotokan Kandaga Indonesia)

Sabuk: Hitam DAN 1

Prestasi

1. Medali perak, SKIF World Championship 2016 kategori kumite kadet perempuan 12-13 tahun, Jakarta.

2. Medali perunggu, SKIF World Championship 2016 kategori kata kadet perempuan 12-13 tahun, Jakarta.

3. Semifinalis, SKIF World Championship 2019 kategori kata kadet perempuan 14-15 tahun, Hradec Kralove, Republik Ceko.

4. Best of the Best kadet putri Kejurnas Kandaga Prana 2018, Jakarta.

5. Medali emas, kumite kadet putri -54 kg Kejurnas Kandaga Prana 2018, Jakarta.

6. Best of the Best kadet putri Kejurda Kandaga Prana 2018 DKI Jakarta, Jakarta.

7. Medali emas, kumite kadet putri -54 kg Kejurda Kandaga Prana 2018 DKI Jakarta, Jakarta.

8. Medali emas, kata perorangan kadet putri Kejurda Kandaga Prana 2018 DKI Jakarta, Jakarta.

9. Medali emas, kumite kadet putri O2SN Tingkat Jakarta Timur 2018.

10. Medali perak, kumite kadet putri Kejurnas Piala Pangkostrad 2018.

11. Semifinalis, kumite kadet putri Kejurnas Piala Panglima TNI 2019.

BERITA TERKAIT