03 August 2023, 11:00 WIB

Ensign Bagikan Laporan Tren Ancaman Siber 2022 dan Prediksi 2023 untuk Indonesia


Joan Imanuella Hanna Pangemanan | Teknologi

Freepik
 Freepik
Ilustrasi

PENYEDIA layanan keamanan siber Ensign InfoSecurity merilis laporan Lanskap Ancaman Siber tahunan keempat di Indonesia. Laporan tersebut memberikan analisis lengkap tentang tren ancaman tertinggi selama 2022 dan proyeksi tentang ancaman siber pada 2023. 

Laporan tersebut juga membahas ancaman dan kerentanan terbesar yang dihadapi oleh negara-negara dengan ekonomi terbesar di Asia, termasuk Singapura, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Hong Kong.

Laporan ini dihasilkan melalui riset mendalam yang fokus pada lanskap keamanan siber di Asia dan bertujuan membantu organisasi-organisasi dalam mengadopsi pendekatan pertahanan siber berbasis informasi untuk mengantisipasi potensi serangan siber. Selain itu, laporan ini juga menyajikan informasi mengenai pelaku penyerangan siber.

Baca juga: Kebocoran Data Makin Marak, Keamanan Ruang Siber Indonesia Dipertanyakan

Dalam media gathering, Rabu (2/8) di Jakarta Selatan, Vice President of Advisory, Consulting, Ensign InfoSecurity Teo Xiang Zheng mengungkapkan, “Sektor pemerintah, layanan keuangan, industri asuransi, dan industri komersial adalah kelompok industry yang paling sering diserang oleh pelaku ancaman siber.”

Laporan tersebut juga memberikan tinjauan strategis yang dapat diimplementasikan untuk membuat pemimpin dan manajemen organisasi lebih waspada dan tangguh dalam menghadapi ancaman siber. 

Dalam penyusunan laporan ini, Ensign InfoSecurity menggunakan pendekatan pertahanan berbasis informasi dengan memanfaatkan data terkait ancaman siber dari pihak tertentu dan informasi terbuka dari sumber publik.

Baca juga: Tipu Korban Rp42 Juta, Polda Metro Jaya Telusuri Kantor Aplikasi Jombingo

“Kami sangat senang dapat menyajikan tinjauan komprehensif dalam Laporan Lanskap Ancaman Siber tahunan ini. Dengan adanya laporan ini, kami berharap dapat membantu memberikan informasi penting seputar keamanan siber bagi organisasi atau institusi yang ada demi memperkuat pertahanan siber mereka,” jelas Head of International Business Ensign InfoSecurity Charles Ng. 

Ensign InfoSecurity berkomitmen untuk meningkatkan lanskap keamanan siber di Indonesia dan mendorong penciptaan ekosistem digital yang tangguh.

Selain itu, laporan ini menyoroti sektor-sektor yang paling rentan terhadap ancaman siber di Indonesia, termasuk sektor publik, finansial, asuransi, dan komersil. 

Penyebaran dan jual beli data pribadi milik warga Indonesia di pasar gelap juga menjadi perhatian, yang membutuhkan solusi keamanan siber yang kuat untuk melindungi informasi sensitif dan integritas data.

Laporan ini juga memaparkan evaluasi mengenai kelompok pelaku penyerangan siber seperti Dark Pink, Desorden, dan Naikon, yang perlu diwaspadai. 

Peningkatan penggunaan Ransomware dan Wiperware sebagai senjata siber juga menjadi catatan, serta eksploitasi kerentanan rantai pasok siber dalam skala besar.

Di samping itu, pelaku ancaman siber terus memanfaatkan eksploitasi IoT, perangkat seluler, aplikasi, dan Teknologi Operasional untuk memperluas pengaruh atau sasaran. 

Laporan ini juga membahas peran Generative AI sebagai kecerdasan buatan yang dapat dimanfaatkan untuk serangan siber, namun juga dapat membantu meningkatkan efisiensi dalam mengatasi serangan siber tingkat rendah.

Charles menyimpulkan kurangnya kesadaran akan keamanan siber secara keseluruhan di seluruh organisasi di Asia menjadi salah satu tantangan. 

“Meskipun hal ini sangat mengkhawatirkan, kami memprediksi bahwa teknologi baru yang didukung AI akan memiliki peranan penting dalam revolusi teknologi di masa mendatang. Kebijakan dan aturan, serta kerangka etika yang kuat dalam pemanfaatan kecerdasan buatan akan sangat membantu dalam menjaga keamanan siber sebuah negara secara umum dan organisasi secara khusus,” tutup Charles. (Z-1)

BERITA TERKAIT