RAKSASA teknologi yang berbasis di Singapura, Grab akan memberhentikan lebih dari 1.000 karyawan, kata CEO-nya Selasa (20/6), sebuah langkah yang akan memengaruhi sekitar 11% tenaga kerjanya.
"Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak melakukan ini sebagai jalan pintas menuju profitabilitas," tulis CEO Anthony Tan dalam sebuah pesan kepada karyawannya.
Grab diluncurkan pada 2012 sebagai aplikasi pemesanan taksi di Malaysia sebelum menjadi perusahaan transportasi online terbesar di Asia Tenggara dan berekspansi ke layanan keuangan seperti pembayaran digital.
Baca juga : Tupperware Bangkrut, Sahamnya Anjlok 90% dan Bakal PHK Karyawan
Menurutnya, perusahaan telah mempersempit kerugiannya dan bertujuan untuk mencapai titik impas pada akhir tahun ini. Restrukturisasi, kata CEO Grab itu, dianggapnya sebagai langkah yang menyakitkan tetapi amat diperlukan.
Hal itu karena teknologi seperti Generative AI berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi dan berdampak pada meningkatnya kompetisi. "Biaya modal telah naik, secara langsung berdampak pada persaingan," kata surat itu, menurut kutipan yang diposting di situs web Grab.
Baca juga : Meta Kembali Pangkas 10 Ribu Pekerjaan
"Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk mengatur ulang diri kita secara strategis, sehingga kita dapat bergerak lebih cepat, bekerja lebih cerdas, dan menyeimbangkan kembali sumber daya kita di seluruh portofolio kita sejalan dengan strategi jangka panjang kita."
Tan mengatakan, perusahaan berada di jalur untuk mencapai titik impas tahun ini, bahkan tanpa PHK.
Grab mengokohkan posisinya sebagai perusahaan transportasi online terbesar di Asia Tenggara pada 2018 ketika membeli operasi Uber di wilayah tersebut, mengakhiri pertempuran sengit dengan saingannya yang berbasis di AS.
Pada 2020, Grab memberhentikan 360 karyawannya atau sekitar lima persen dari tenaga kerja penuh waktu yang dimilikinya saat itu karena pandemi menghantam permintaan akan layanannya.
Perusahaan go public di Wall Street pada 2021 dengan bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus, atau SPAC.
Transaksi tersebut merupakan debut pasar publik AS terbesar yang pernah ada oleh perusahaan Asia Tenggara, kata Grab pada saat itu, dan menilai perusahaan tersebut sebesar $39,6 miliar.
Tapi sahamnya anjlok sejak debut di US$13. Mereka menjual sekitar US$3,40 pada 20 Juni 2023.
Bukan hanya Grab. Sejumlah perusahaan teknologi Asia Tenggara telah memangkas tenaga kerja mereka karena fokus pada profitabilitas, termasuk Sea Ltd yang berbasis di Singapura yang memangkas lebih dari 7.000 pekerjaan tahun lalu, membekukan gaji, dan memangkas pengeluaran.
Demikian juga dengan saingan Grab Indonesia, GoTo yang memberhentikan 600 pekerja tahun ini selain 1.300 pekerjaan tahun lalu. (AFP/Z-4)