DI tahun 2022, pasar kripto mengalami perbedaan kondisi yang signifikan dibanding tahun sebelumnya, 2021. Lihat saja, tahun 2021 dipenuhi dengan kejutan karena kripto sempat mengalami hype dengan naiknya popularitas NFT dan Metaverse hingga akhirnya Bitcoin menciptakan harga tertinggi baru.
Sementara tahun 2022 banyak diisi dengan berita yang bervariasi dan cenderung bad news terhadap kripto. Walaupun tidak begitu berpengaruh pada minat investor pasar Indonesia, namun kabar yang tidak menyenangkan sempat memicu keraguan.
Namun, faktanya semua keraguan yang ada selalu diimbangi dengan good news sekalipun tidak terlalu terdengar.
Memasuki awal tahun 2022 dunia kripto disambut dengan berita yang kurang berpihak dengan market kripto seperti Bank Sentral Amerika (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga, situasi geopolitik di Eropa Timur dan Asia Timur yang kurang baik, pembatasan aktivitas penambangan di Tiongkok sebagai negara penambang terbanyak di dunia.
Selain itu, ketegangan tiongkok dan Taiwan yang masih berlanjut, konflik politik di Kazakhstan yang berujung pada kerusuhan yang berakibat pembatasan listrik dan internet, serta keadaan situasi politik Rusia - Ukraina yang semakin memanas.
Fitur Staking Sang Penyelamat
TRIV (Triv.co.id) selaku platform jual beli Bitcoin yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memaparkan analisisnya bahwa banyak investor mengambil strategi selama kondisi bear market seperti saat ini dengan memilih koin berfundamental bagus yang punya fitur staking.
Jadi, hanya dengan melakukan hold aset yang dimiliki, investor tetap bisa memperoleh dividen bunga sehingga sangat menguntungkan bagi para investor di saat kondisi market yang kurang baik.
Baca juga: Pintu Academy: The Fed Tetap Pertahankan Kenaikan Suku Bunga
“Hal ini juga menjadi alternatif para investor untuk menambah jumlah aset tanpa perlu mengeluarkan dana lagi. Fitur staking sendiri saat ini sudah tersedia di platform resmi seperti triv.co.id," ujar Founder dan CEO TRIV (Triv.co.id) Gabriel Rey.
Kolapsnya FTX
Dengan adanya fitur staking ini nyatanya membuat investor tetap tenang walaupun di awal tahun 2022 harga kripto merosot dan sempat muncul keraguan karena jatuhnya harga koin Luna dan kebangkrutan yang terjadi terhadap Exchange FTX yang didirikan oleh Sam Bankman Fried.
Namun, kehancuran FTX terhadap pasar kripto tidak begitu dirasakan di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Jordan Simanjuntak selaku Chief Marketing Officer (CMO) TRIV (Triv.co.id).
Hal tersebut disampaikan bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan data yang TRIV miliki karena tidak ada penarikan dana besar-besaran dan nasabah tetap aktif melakukan aktivitas jual beli di platform TRIV.
“Tidak sampainya efek negatif masuk ke Indonesia karena sudah terbentuknya regulasi yang jelas melalui BAPPEBTI sehingga secara periodik pedagang wajib melaporkan keuangannya sebagai pengawasan terhadap pedagang komoditas supaya terpantau secara ekuitas, dana dan asetnya,” ungkap Jordan.
Perlu di garis bawahi, bahwa kejatuhan dan kebangkrutan FTX ini tidak terkait dengan kondisi fundamental kripto. Melainkan disebabkan masalah internal dari FTX itu sendiri dan tidak adanya regulator yang jelas untuk mengatur dan mengawasi perdagangan kripto di negara tersebut.
Walaupun efek negatif dari bad news di dunia tidak mempengaruhi pasar kripto indonesia, namun market bearish yang cukup panjang mempengaruhi stabilitas perusahaan investasi.
Tidak sedikit perusahaan investasi mulai melakukan efisiensi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran pada tahun 2022 ini.
Meski demikian seperti yang disampaikan Chief Marketing Officer Triv Jordan Simanjuntak bisnis Triv tetap sehat dan tidak terdampak badai PHK yang saat ini sedang terjadi di banyak perusahaan.
“Bisnis TRIV tetap berjalan dengan sangat baik karena perusahaan selalu berhati-hati dalam melakukan scale-up. Tidak berhenti disitu, TRIV malah menambah pegawai dalam kondisi seperti saat ini,” jelas Jordan dalam keterangan yang sama pada Rabu (4/1).
Pengguna Kripto di Indonesia Terus Bertumbuh
Kondisi market kripto yang kurang baik di 2022 ternyata berbanding terbalik dengan pertumbuhan penggunanya di Indonesia. Seperti yang disampaikan Bappebti bahwa investor kripto di Indonesia di tahun 2022 terus mengalami kenaikan hingga 16.1 juta pengguna mengalahkan investor saham.
Ditambah, Hash rate Bitcoin menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 258 ExaHash per detik (EH/s) pada Oktober 2022.
Artinya, Bitcoin mengalami pertumbuhan diatas 50% YoY dengan menunjukkan dorongan peningkatan keamanan ekosistem desentralisasi melalui pertumbuhan jaringan penambang Bitcoin global.
Hal ini membuktikan bahwa eksistensi Bitcoin tidak bisa dianggap remeh, artinya kemampuan Bitcoin untuk bertahan di masa-masa yang sulit selalu diakhiri dengan kabar baik.
Kendali Kripto di Bawah OJK dan Bank Indonesia
Pada penghujung akhir tahun, di bulan November 2022 pemerintah pun secara resmi memindahkan wewenang untuk pengawasan kripto di bawah naungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), dan ke depan kripto akan diatur sebagai aset komoditas digital bagian dari inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK).
Gabriel Rey menyebutkan bahwa perpindahan pengawasan ini semoga tidak menjadi over regulated yang bisa mematikan industri kripto.
“Jika kripto diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka peraturan undang-undang dan perpajakan juga harus mengikuti agar tidak terjadi tumpang tindih regulasi,” jelas Gabriel.
Rey, sapaannya, juga berharap masa transisi pengawasan dari Bappebti bisa berdampak baik untuk kelangsungan hidup industri.
Bahkan produk kripto bisa bertambah lebih luas lagi (tidak hanya jual beli) namun bisa ke futures, loan dan lain sebagainya. “Jadi jika produk kripto bertambah, TRIV (triv.co.id) juga siap untuk menjembatani investor untuk masuk ke produk-produk tersebut,” jelas Rey.
Kenaikan peminat komoditas digital aset kripto ini pun pastinya juga dipengaruhi oleh keyakinan investor terkait keberadaan bitcoin yang dipercaya membawa dampak yang besar kedalam pasar kripto.
“Walaupun market masih ada kemungkinan tertekan, namun potensi Bitcoin mengalami rebound ke US$30.000 sangat mungkin di tahun 2023 nanti,” ucap Rey memprediksi (RO/OL-09)