LAYANAN pesan Telegram sukses meraup dana sebesar US$1 miliar (sekitar Rp14,5 triliun) dengan menjual obligasi kepada investor asing. Hal itu dikatakan pendiri aplikasi itu Pavel Durov, Selasa (23/3).
Durov, 36, lewat kanal Telegram, mengatakan obligasi itu dijual kepada sejumlah investor besar dari berbagai penjuru dunia.
Dia menambahkan suntikan dana itu akan membuat Telegram berkembang sembari tetap mempertahankan nilai-nilai mereka dan independen.
Baca juga: Cicitan Pertama di Dunia Terjual Seharga Rp41,7 Miliar
Durov mengatakan dana itu akan membiayai strategi monetisasi Telegram yang telah direncanakan sejak Desember, salah satunya dengan meluncurkan layanan berbayar pada tahun ini.
Telegram merupakan layanan media sosial yang populer di sejumlah negara, terutama di negara-negara pecahan Uni Soviet dan Iran. Telegram digunakan untuk komunikasi pribadi dan berbagai informasi dan berita.
Telegram didirikan pada 2013 oleh kakak beradik Pavel dan Nikolai Durov, yang jugva merupakan pendiri jaringan media sosial Rusoa VKontakte.
Menurut Durov, aplikasi itu memiliki pengguna aktif sebanyak 500 juta per bulan pada awal Januari ketika mereka mendapatkan limpahan pengguna WhatsApp yang marah karena aplikasi itu mengubah kebijakan privasi mereka.
Telegram menolak bekerja sama dengan otoritas dan menyerahkan kunci enkripsi mereka. Hal itu menyebabkan aplikasi itu dilarang di sejumlah negara, termasuk Rusia.
Namun, Moskow akhirnya menyerah dan mengizinkan Telegram beroperasi pada tahun lalu karena selama dua tahun gagal memblokir aplikasi tersebut. (AFP/OL-1)