-
Puisi-puisi Zahid Ilyas
Garudaku yang dulu gagah terpampang di dinding rumah, kini tampak terkulai dan nelangsa.
-
Sekuntum bunga bangkai mengira dirinya cantik selamanya, sebagaimana edelweis menganggap tubuhnya abadi.
-
Aku rindu menatap wajahMu, ya Kekasih. Prihatin kerana tuahMu nyaris terkikis.
-
Tujuh karya sastra Rusia yang tidak terkenal semasa penulisnya hidup, namun dibaca secara meluas kini.
-
Angkringan Mbak Sri sudah tak ada lagi. Hanya wajah pucat kursi taman dan tiang besi.
-
Lebih baik sekuntum mawar daripada gadis yang fana. Jangan kau menyiksaku dengan perjanjian.
-
Tangan tulusku menggerayangi lukisan sendu sedang matamu menyimpan seribu rindu.
-
Engkau bangunkan kami dengan butir-butir hujan, yang membekas di antara kaca jendela, dan berkarat lantaran debu kemarau.
-
Dari tanah aku berdiri, lonceng kematian meluncur melewati dahiku seperti percikan keringat.
-
Aku dan kamu berjalan dalam keramaian, menelusuri kota tua yang abadi diselimuti kabut beku.
-
Sepotong Desember yang kau cari ada di sakumu.
-
Aku mendengar lonceng pada Hari Natal dan lagu-lagu lawas yang akrab di telingaku.
-
Kita adalah anak-anak baik dan terang yang telah meraih kemenangan serta kebebasan!
-
Lewat udara kau berikan kehangatan dan lewat air kau suguhkan kehidupan.
-
Media Indonesia menerima naskah puisi pelajar, mahasiswa, dan umum.
-
Ini Tanah Airku, tempat kemarin aku lahir, dan besok mati disambut juruselamat.
-
Kata-kata senantiasa bergerak maju melampaui ribuan tahun jutaan hati.
-
Dosa yang mereka buat, aku yang menanggung sengsaranya.
-
Luka menganga sebagai bunga terakhir kehidupan.
-
Menemuimu aku jadi pembunuh dan gemetarlah tubuh penuh seluruh.