17 September 2023, 07:00 WIB

Puisi-puisi Faris Al Faisal


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Nikita Parechin
 Ilustrasi: Nikita Parechin
   

Ilustrasi: Nikita Parechin

Ekskavasi

Perut ini membalon. Kutahu bukan mengandung. Sejumlah benda padat belapis-lapis di sana. Kurasa sejak tahun pertama liana tumbuh dan merambat menjadi usus. Aku bercermin, melihat sebuah gundukan besar. Mungkin bukit dengan pohon-pohon kayu melintang. Jalan yang tertutupi. Gegas kumasuki dapur. Aku yakin pada kerja pisau kecil yang sering dipakai ibu memotong wortel. Pembedahan berlangsung sepi.

merogoh, mencari-cari
temuan kesatu sampai ketujuh
itu tak lebih akar
dari rasa sakit
penggalian diteruskan ke dalam
menyingkirkan serbuk pasir
abu dan batu
menemukan tali tambang
menariknya keluar
tangan perlihatkan
isi busung
itulah kesabaran

2023 


Rahmat Tuhan

Jam tua. Bumi tua. Abad-abad tua. Bodohnya kami membuat lebih banyak kerut di wajahnya. Kulit jeruk di kisi-kisi jendela yang dimakan tropis. Demi sebuah capaian yang miris. Keterlanjuran, keteledoran, kecongkakan—meluncur sia-sia. Kami tak menyadari. Kehilangan waktu di bawah payung internet. Punggung bungkuk, rebah terkulai di lantai.

masih telentang
ditonton TV
di mana/ke mana membangun mimpi?
pisau bedah
kami butuh
membuka kesadaran
di sekeliling
taklah hilang
rahmat Tuhan

2023


Putri

Toko-toko kue, toko-toko kue. Aneka terlezat dipajang. Kaleng-kaleng dengan bentuk yang (c)antik. Aku hampir tak tertarik. Kecuali setelah sang putri pemilik toko menawarkan lesung pipinya. Ada biskuit kecil di situ. Lingkar manis dan gurih. Menggelinding dan jatuh di dadaku yang gemetar. Kukatakan padanya ingin membawanya pulang untuk ibu. Ibu yang kesepian bila kutinggal pergi.

sebelum etalase dikunci
dua hati
direnggut jadi satu
toko boleh tutup
tapi tak hari-hari selanjutnya
alasan-alasan 
dan/atau
komunikasi kecil
yang menyenangkan

2023


Sebuah sungai surgawi mengalir murni dan mulia sampai ke lembah hati yang bahagia. 


Dada Kiri

Lupakan brioche yang lembut itu. Dia tak punya, kecuali dada kirinya yang telah lenyap digerogoti anak-anaknya. Kepada suaminya, hanya dada kanan yang bantat. Dia persembahkan pesta. Lagu-lagu cinta dan bakti. Tapi itu taklah terukur bahagianya.

bahagia, di cantik hatinya
murni dan mulia
sebuah sungai surga 
mengalir 
sampai ke lembah 
ketahuilah
itulah ketabahan
sederhana
kaya makna

2023


Rantai

Aku melihat rantai besar di tubuh. Ketika itu kaki seperti lumpuh. Lilitan piton menguasai. Tangan-tangan gurita mencengkeram. Ujian demikian berat. Lepas? Itu masalahnya. Matahari lumer. Sebatang pohon itu menawarkan teduh naungan. Sebelum terbakar aku mencari kancing-kancing. Satu jalan keluar.

keyakinan
kemampuan
kekuatan:
lahir berterusan
dan mengubah
banyak hal

2023


Baca juga: Puisi-puisi Nur Sutriyah
Baca juga: Puisi-puisi Agniya Barto
Baca juga: Puisi-puisi Yesmil Anwar

 

 

 


Faris Al Faisal, penyair, lahir di Indramayu, Jawa Barat, 18 Juli 1981. Buku kumpulan puisinya, yaitu Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian, Rumah Pustaka, Indramayu (2018). Kini, beraktivitas sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu dan Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu. Ilustrasi header: Nikita Parechin, Waltz, Silkscreen print, 50 х 50 cm. (SK-1)

BERITA TERKAIT