14 September 2023, 14:00 WIB

Puisi-puisi Milto Seran


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Theresa Mackintosh
 Ilustrasi: Theresa Mackintosh
   

Ilustrasi: Theresa Mackintosh

Rumah Doa

setelah berdoa
dan kulihat sunyi
di dinding-dindingmu
yang setia menyimpan
rahasia firman dan debu
sejarah serta segala dukanya;

kutanggalkan semua tanya
di kepala, sebab iman akan
hadir-Mu hanguskan raguku

St. Petersburg, 2017


Gadis Lain di Sungai Neva
: untuk Liza dari Karelia

anak-anak Adam dan Eva
melihat godaan datang perlahan
menghapus jejak senja di jalan-jalan
di kafe-kafe sepanjang sungai Neva

gadis harum seribu wangi
merindu saat-saat bahagia
saban senja wajahnya bertabur
bayang-bayang musim gugur

di sudut mata terbentang lautan tanya; 
mengapa senja yang damai 
selalu diikuti malam sepi?

di sisi sungai tiada usai ia berserah
di matanya ada yang tak terkatakan, 
firman dan iman ‘kan menopangnya 
memberi arti pada tiap duka dan luka

sebab ia telah lama percaya; 
kesetiaan ialah usaha merawat laku
dengan terus rindu pada kebahagiaan

ia tak kalah 
dalam pasrah
ia pun tak luluh

dalam iman 
penuh seluruh
sekali lagi ia pulang 
ke rumah tak ramah

St. Petersburg, 2017


Gadis-gadis Saleh dari Ulan-Ude

di Ulan-Ude dan jalan-jalannya 
dingin memelukku begitu erat
kumasuki gereja tua penuh ikon
di sana perempuan-perempuan saleh
sujud menyembah, tak pernah menoleh
dalam hening yang dalam

harum dupa dan doa-doa dari musim
yang belum berlalu, serta kehangatan 
memberi arti pada tubuh dan imanku
yang dingin. di depan ikon-ikon kudus
kulihat hidupku cuma setetes embun
di jalan-jalan raya di samudera maya

di pintu rumah Tuhan, 
kubiarkan diri hanyut dalam hening
kurenungi puisi bersama serumpun lilin
yang membiarkan diri dijilat api, meleleh
di hadapan perempuan-perempuan saleh
dari sudut Buryatia, negeri bertabur salju

Meninggalkan gereja itu
kujalani lorong-lorong dingin
di Ulan-Ude langit masih biru
di tahun yang sudah baru
doa perempuan-perempuan saleh
mengalir dari biara-biara 
ke dunia yang luas, tanpa batas

Ulan-Ude, Januari 2018

 

Di depan ikon-ikon kudus, kulihat hidupku cuma setetes embun di samudera maya.


Jalan Sunyi

di Yaroslavl 
dan jalan-jalannya
di tepi sungai Volga

gadis itu belum berlalu
bersama anjing mungil
yang setia di sisinya 

di jalan-jalan sunyi
di lorong-lorong hening
di sisi biara-biara orthodoks

anjing mungil dari Yaroslavl
kian hangat di pelukan gadis itu 
di bawah malam musim dingin

jalan-jalan sunyi
di sisi biara-biara 
saat malam larut

gadis itu
belum berlalu
dari sisi gereja 

jalan-jalan 
sunyi

Yaroslavl, Maret 2018


Di Ambang Saratov

di Saratov, 
pagi jatuh di atap-atap apartemen, 
merayap masuk ke ruang dan lorong
ke bilik dan beranda

sebersit mentari pagi
melumat salib Tuhan 
di bubungan katedral 

dari bibir sungai Volga
tanya runtuh begitu saja: 
“adakah iman di kota ini?”

di luar sana,
dingin mengalir
di wajah gadis-gadis belia

dingin memadamkan senyum
dan canda di ambang pagi yang ceria
saat lonceng gereja cuma sebuah tanda

Tambov, April 2015


Baca juga: Puisi-puisi Baltasar Lukem
Baca juga: Puisi-puisi Natalya Gorbanevskaya
Baca juga: Feminitas Abadi dalam Puisi Alexander Blok

 

 

 

 


Milto Seran, rohaniawan, lahir di Timor, Nusa Tenggara Timur, 1983. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere. Menulis buku catatan perjalanan selama menjalankan tugasnya sebagai misionaris Katolik di Rusia dengan judul Musim-Musim Berlalu (Nusa Indah, Ende, 2018). Kini bertugas dan berkarya di Kota Kaliningrad, Rusia. (SK-1)

BERITA TERKAIT