Kehidupan Berbangsa
Kita tak akan saling menyusahkan
jika hidup dalam kerukunan bernegara
tak perlu hura-hura berpesta pora
apalagi sampai berputus asa
Kita berkaca pada cermin sejarah dunia
dekatkan diri dalam ikatan suku bangsa
agar tak sia-sia hidup di masa depan
Jakarta, Agustus 2023
Dua Hari Lalu
Aku mengingat gairah masa silam
saat hujan memanjakan pikiran
mengoyak renungan yang tertanam
Wahai pencipta awan hujan,
turunkan rintik-rintik pembaharuan
biar kudapatkan seutas perubahan
saat butir rindu basahi perjalanan
Kutunggu kembali zat di esok pagi
menguji seberapa erat daya kunci
yang kutanam di jejak jumat pagi
Jakarta, 2023
Musik
Musik bisa memperkeras hati
jika tidak diimbangi dengan spiritual
mendengar lantunan ayat-ayat suci
meski pahit tajam menusuk telinga
namun ada ketenangan di sukma
Kudengar detak napas di hilir
dalam setiap embusan angin;
ada syukur perlahan mengalir
melewati mulut dan hidungku
Tak kucari jati diri melainkan takdir
orang-orang memiliki keluhan
begitu pula sejuta kemauan
masing-masing selalu hadir
Jakarta, 2023
Kita tak akan saling menyusahkan jika hidup dalam sebuah kerukunan berbangsa.
Peka dan Rasa
Rasa penasaranku hilang
dalam kesadaran yang rapuh
kau selalu meminta sebuah keinginan
namun tak pernah menerima kehadiran
Kurasakan kepekaan yang tak biasa
terbelenggu dan terbeban kehidupan
kian banyak kuketahui, semakin pula
kebosanan bertamu di depan jendela
Jiwa terbawa kenikmatan dunia
melupakan raga yang berperan
sebagai mahluk tak berdaya
memuaskan nafsu sekejap mata
Jakarta, 2023
Sarapan Pagi
Matahari pagi memapah
langkahku, membeli sarapan
di pinggir trotoar pangkalan
orang-orang lalu-lalang di jalanan
bergegas oleh satu keharusan
Kuperhatikan para pengendara
enggan memikirkan pejalan kaki
lantaran keterlambatan telah
jadi kebiasaan sehari-hari
Emosi bikin orang-orang garang
perkelahian bisa saja timbul jika
amarah tak dibendung, sayang!
Jakarta, 2023
Baca juga: Puisi-puisi Rifdal Annafis
Baca juga: Puisi-puisi Syukron Shobah
Baca juga: Puisi-puisi Anam Mushthofa
Hasbi Yallah, pemuisi, menekuni puisi sebagai sebuah proses untuk memahami kehidupan, lahir di Bekasi, 28 April 2002. Sehari-hari tergabung bersama beberapa komunitas puisi independent di Jakarta. Ilustrasi header: Syahnagra Ismaill, Perahu-perahu (2023), akrilik pada kanvas, 188 x 149 cm. (SK-1)