23 August 2023, 14:00 WIB

Puisi-puisi Defrida Lukuaka


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Oesman Effendi
 Ilustrasi: Oesman Effendi
   

Ilustrasi: Oesman Effendi

Induk

Cahaya surya melingsir
di antara anyaman lontar
terdengar tangis dan lapar
dari bibir kecil yang getir

Pelamun diarak ke pelaminan 
ibu enggan mau merugi
dan bapak yang takut bertaruh 
kiamat kecil masa depan nafsi 

Semangat muda kandas 
terbakar bersama kayu di tungku 
mimpi ditanak bersama butiran beras
disuapi ke mulut-mulut yang selalu lapar
malam kita akhiri dalam sesuap nasi hangus 

Kupang, 1 Mei 2023 


Lamun 

Bila nanti kita bertemu
di bahu jalan yang sama 
dengan langkah tak seirama
jangan menyapaku seperti tamu 

Kebersamaan jemu 
dalam kegembiraan semu 
keseharian kita mulai jenuh 
bahkan ruang dada penuh
dengan jemari; tak perlu menyentuh
jika rasa kita tak menentu 

Kupang, 23 Mei 2022 


Tertulang

Wong cilik... 
kenyataan pahit bagi yang benar
keuntungan bagi manipulator
siapa kecil dan siapa besar
begitu rancu maknanya
hingga perempuan bermandi emas
bisa duduk menunggu antrian 
komoditas yang dijajakan
oleh para pemulung suara
dulu miskin bercita-cita kaya
kini berjuang tuk diaku miskin 

Ketika negara berusaha merubah 
si empunya menipu seperti rubah
negara sedang berjalan mundur
karena kejujuran yang kendur
siapa lagi yang mau belajar
jika tak ada penghargaan
siapa mau berjuang demi masa depan
jika digagalkan karena belum miskin 

Pada akhirnya negara ini
merosot ekonomi dan minim moralitas
terbatas dalam setiap lipatan kertas 

Kupang, 8 September 2021


Manusia dibatasi usia dalam usaha yang sia-sia. Ada harapan tersisa meski selalu saja tersisihkan. 


Gadis Sawi 

Di dalam kantong kresek
kau menenteng hari esok
berpindah pintu ke pintu
berharap hasil yang tak tentu 

Jauh semakin jauh 
hingga kian menjauh
kerikil bebatuan jauh 
lebih baik dari bantuan 
kelaparan jadi tamparan 
bangun dan terus berjalan

Kupang, 18 Agustus 2022 


Kala Bercerita 

Kematian itu gamang
hidup bagai di ambang
kisah ini cepat selesai
cerita itu tak pernah usai
manusia dibatasi usia
dalam usaha yang sia-sia
ada harapan tersisa meski 
selalu saja tersisihkan 

Tanyakan Gie, siapa yang lebih beruntung? 
baru lahir dan mati 
muda dan mati 
atau tua dan mati? 

Sebelahku pemuda
semua harapan
banyak kesempatan
terhimpit kematian
di depanku tetua 
nihil harapan 
hidup bukan miliknya 
terpelihara kehidupan

Siapakah paling beruntung; 
mereka yang singkat ceritanya 
atau yang tak pernah bercerita? 

Ini hidup tak beda dari ironi
tak jauh dari keajekan takdir 
tak usah kita bermain angka 

Kupang, 3 Juli 2023 


Baca juga: Puisi-puisi Anam Mushthofa
Baca juga: Puisi-puisi Yustinus Jehamun
Baca juga: Puisi-puisi Dien Wijayatiningrum

 

 

 

 


Defrida Suzana Lukuaka, lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 2 Desember 1994. Menulis puisi, artikel, dan karya jurnalistik. Alumnus program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana (2018). Karya-karya, baik puisi maupun prosa tersiar di sejumlah media digital. Kini, bergiat dan bekerja sebagai penulis lepas di Kupang. Ilustrasi header: Oesman Effendi (1919-1985), Untitled, 92 x 126 cm, Koleksi Galeri Gajah. (SK-1) 

BERITA TERKAIT