10 August 2023, 17:00 WIB

Puisi-puisi Aqil Jazuli


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Walter Van Oel
 Ilustrasi: Walter Van Oel
Between Heaven and Earth, 200 x 835 cm

Angin Bawa Luka 

Angin berembus kencang 
menyeret serpihan debu 
dari bantaran bibir sungai 
di samping rumah. Meluruhkan 
kilauan kaca yang terpaksa 
lusuh. Bagai waktu tak pernah 
pahami perihal sepenggal rasa 
yang enggan kembali ada. 

Bukan seperti kisah 
gugur sekuntum kemboja 
di pelataran halaman kita. 
Seakan berbisik melafalkan 
irama rindu di sela-sela air 
yang mengarus di sepanjang 
sungai. Menjelma rintihan tawa 
di semusim kemarau panjang
yang tak kunjung reda. 

2023 


Di Batas Kota 

Tak ada yang tersisa selain kilauan senja 
memancar redup di haribaan batas kota 
burung-burung berlalu-lalang di angkasa 
turut merasakan sisa kehangatan. 

Mataku berpejam menyisakan 
pelik lalu menghantarkan luka 
senyummu mengalunkan gemericik air 
dan gema puji-pujian untuk-Nya 
terketuk hatiku seakan menebas duka 
menyatakan rindu; adakah harapan 
di pertemuan terakhir? 

Kau terpencil di selembar hatiku. 

2023 


Antara Sendu dan Rindu 

Duduk aku di teras rumah 
malam panjang penuh temaram 
alunan angin sepoi membelai. 

Suaramu turut mengiring rintikan sendu 
yang tersusun rapi di alam bawah sadarku 
menyiratkan rindu di setiap embusan napas 
keluar dan masuk menembus labirin berliku. 

Mataku terpejam membayangkan 
aroma hujan berlatar jalanan basah 
tanganmu melambai dari seberang sana. 

Kau menjelma bulir-bulir rintikan menghujam 
sedang aku masih menunggu terang hujanmu. 

2023 


Senja di Sudut Kota 

Daun-daun saling bersenggolan 
pergolakan belum terpecahkan 
angin pun berembus tak terarah 
lalu berbisik beri isyarat 
merancang suatu siasat 
menguak sisi-sisi syarat 
dan makna yang tersirat. 

Perasaan dan jalan pikiranku 
mendadak menjadi semu; 
seribu kapal berlayar di kepalaku 
berlalu-lalang tanpa arah 
sementara satu hanyut dan karam 
tenggelam ke alam bawah sadarku, 
tak terbatas merelakannya lepas. 

2021 


Kau menjelma bulir-bulir rintikan menghujam, sedang aku masih menunggu terang hujanmu. 


Sepeda 

Dengan sepeda 
kususuri lorong resah 
sepanjang jalanan basah 
melintasi setiap rumah 
yang berurai masalah 
dan kenangan tak ramah. 

Dengan sepeda 
kujalan perlahan di antara senja 
selintas senyummu merekah 
tak ada kata terwakili selain indah
kau tampak begitu menawan: 
bisakah kau menjadi angan 
yang akan menjelma nyata? 

2022 


Hujan dan Pohon 

Di bawah langit memutih
rintik hujan basahi tanah 
kudengar angin ringkih
pada teras maha sepi. 

Kupandang pohon berbunga 
menikmati sebait puisi Sapardi 
menjelma aroma yang basah; 
mampukah rintik Hujan Bulan Juni 
merekahkan Pohon Berbunga itu? 

Di bawah langit memutih
masih saja aku berandai-andai 
beralas secarik tisu kutulis 
pertanyaan dan hanyut sendiri. 

2021 


Baca juga: Puisi-puisi Didik Wahyudi
Baca juga: Puisi-puisi Maria Petrovykh
Baca juga: Puisi-puisi Iwan Jaconiah

 

 

 

 


Muhammad Aqil Siroj Jazuli, biasa disapa Aqil Jazuli, pemuisi, lahir di Mojokerto, Jawa Timur, 5 Juli 2004. Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Kini, sedang merasakan geliat bangku perkuliahan Ilmu Kedokteran sembari menyalurkan bakat dan minatnya melalui puisi. Ilustrasi header: Walter Van Oel, Between Heaven and Earth, 200 x 835 cm, Koleksi Museum Agung Rai, Ubud, Bali. (SK-1) 

BERITA TERKAIT