06 August 2023, 13:00 WIB

Puisi-puisi Nur Sutriyah


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Anas Boumahdi
 Ilustrasi: Anas Boumahdi
   

Ilustrasi: Anas Boumahdi 

Pelukan Pengantar Tidur 

Pelukan ibu ialah azimat
pengantar tidur saat nyala api menguliti tubuh
aku bersembunyi di dekapannya
sengaja mencari muara

Tak ada sambat dari bibirnya
betapa nyala api itu memanas lalu menyiumi kulitnya 
yang ada hanya setangkup doa
terlantun sebagai penentram jiwa

Pasuruan, 31 Juli 2023


Menjemput Kesembuhan

Sabtu kelabu
lagi dan lagi kau memanggilku
memijakkan kaki di teras gawat darurat

Tak pernah kusangka
ini hari kita bertemu
menjalin keakraban di ruang bisu

Kali ini kau menyambutku dengan hati
bukan sekeping harapan mengobral janji
berbeda seperti kemarin di bulan Januari

Di ruang bisu mata kita beradu dimakan kegetiran
diterkam kesunyian teramat mencekam
sebab kegelisahan mengundang hujan

Kau biarkan jarum kecil menjelajah nadi
tubuhku tegang menjerit kesakitan
namun kau berusaha menenangkan

Kupijakkan kaki di lantaimu bukanlah alasan merindu
tapi ragaku ringkih ingin segera pulih
sebab di rumah sakit ini keyakinan berbinar
ada harapan kesembuhan

Pasuruan, 30 Juli 2023 


Tentang Mimpi

Malam menjemput mimpi
membawaku berkecipak di air sungai
kususuri beningnya dengan kaki lirih
melewati lantai bebatuan bundar

Kudapati jubah batik terhanyut di bawa arus
lalu kutangkap cepat meski tubuh basah
sebab kutahu jubah itu milik putri mungilku

Pandangan kabur menatap awan
menangkap arti dari sebuah mimpi
pikiran berhambur semrawut
menguak aroma curiga

Rasa cemas terhidang panas di ubun ubun
ketika terangkai maksud mimpi membikin ngilu ulu hati
oh, Tuhan apalah arti semua ini; 
sebuah pertanda ataukah isyarat? 
sebab tak bisa dicerna akal sehat

Pasuruan, 31 Juli 2023


Pelukan ibu ialah azimat pengantar tidur saat nyala api menguliti tubuhku. 


Senja Tiba 

Senja tiba di Prima Husada
membawa mendung lalu menjatuhkan kesedihan
kutatap wajah mungil penuh ngilu
meraung-raung kesakitan
kala jarum menusuk selang infus dan menjejakkan perih
sepasang bola mata memerah
pecah mengalirkan riak tangis

Setiap senja tiba di Prima Husada
selalu merebahkan tubuhnya di atas nyala tungku
lalu menenggelamkannya di angka 38.8
sementara aroma obat menyeruak 
memenuhi ruang kemudian masuk melewati kerongkongan

Apakah akan berlanjut seperti ini?
jika senja tetiba datang di Prima Husada
misteri naik turun suhu panas tak teraba
oleh deteksi darah di laborat lantai pertama

Pasuruan, 30 Juli 2023


Ruang Cempaka 

Waktu mematung pada tengah malam
termangu memungut cemas
segumpal waswas menyelimuti hati
semak-semak belukar mengikat erat
di kedalaman tempurung kepala

Aku melihat sinar pucat dari gadis kecil berbaju merah
di atas bed Cempaka Prima Husada
bibirnya pecah serupa prongkalan tanah di musim kemarau
raga mungilnya melemah
sebab panas memaksa melucuti tubuhnya

Seketika ruang Cempaka mengabu
ayat-ayat panjang bermunajat 
dibacanya agar batas masa terus memanjang
hentikan segala kekhawatiran

Pasuruan, 30 Juli 2023 


Baca juga: Puisi-puisi Eka Sari
Baca juga: Puisi-puisi Renggi Putrima
Baca juga: Puisi-puisi Stevie Alexandra

 

 

 

 


Nur Indah Sutriyah, pemuisi dan pendidik, lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 November 1992. Alumnus Universitas PGRI Wiranegara. Karya-karyanya termuat di sejumlah media daring dan digital. Selain menulis sajak, dia juga gemar menulis prosa. Kini mengabdi di Yayasan Nurul Hidayah Asshonhaji sebagai tenaga pendidik. (SK-1)

BERITA TERKAIT