Perahu Tanpa Layar
perahu yang kian berlumut
membelah-belah selat
tanpa layar
entah sampai kapan
berlabuh di hamparan pantai
pulau karang
: "o, perahumu nyaris penuh air mata
tiada kenangan untuk dicatat
selain rasa perih, o rasa perih!"
ombak dan gelombang
deru angin dan jerit camar
perahu kian berlumut
membentur-bentur tebing karang
entah sampai kapan
di bawah rahasia matahari
matahari yang menyepuh laut
sepanjang waktu
: "o, perahumu, bermandikan cahaya, juga cinta
walau tanpa layar, menuju pantai karang
abadilah, abadilah!"
laut dan langit
adalah keikhlasan dan kasih sayang!
Jaspinka, 9 Februari 2023
Tidak Dilarang Orang Miskin Berbahagia
seorang yang tidak kukenal – entah siapa, entah dari negeri mana
tiba-tiba ada di hadapanku, tubuhnya kurus dan ringkih
tetapi sorot matanya berbinar-binar dan dengan suara lirih
berkata: "tidak dilarang orang miskin untuk berbahagia!"
lagi katanya: "dan sungguh, tak ada kata-kata yang bisa mewakili
untuk sebuah cinta yang tulus-ikhlas, apa pun dan bagaimana pun;
sesederhana apa pun cinta harus selalu dirayakan!"
seseorang bertubuh kurus dan ringkih itu tersenyum, dan katanya lagi
: "engkau boleh berjalan sejauh-jauhnya dengan harapan dan khayalan
tetapi bisa jadi hanya akan menemukan fatamorgana –
hanya fatamorgana!" setelah itu, sesaat kemudian seseorang bertubuh
kurus ringkih membalikkan tubuh, berjalan melayang serupa terbang
ke langit, o, terbang ke langit dan menghilang ditelan awan...
Jaspinka, 6 Februari 2023
Berjalan di Lorong Labirin
setelah bertahun-tahun engkau berjalan di lorong labirin perih dan sunyi
keputusan engkau ambil juga akhirnya, dengan hati – jiwa yang kuat
berdiri di atas kaki sendiri, seterjal apa pun perjalanan: "hanya kepada
orang terkasih aku serahkan hati-jiwaku," bisikmu, sorot matamu
berlinang-berbinar: "aku berserah hanya pada seorang penyair!"
napasmu berat, dan bisikmu lagi, "biar aku mati dengan baris sajak-
sajaknya sepahit segetir apa pun!" – engkau pun keluar dari lorong labirin
dengan kepala tegak: "selain penyairku, menyingkirlah kalian semua
apalagi sang manusia berakal bulus, musang berbulu landak, tikus busuk,
anjing korep, buaya buntung!" teriakmu dengan suara bergetar-getar.
Jaspinka, 1 Februari 2023
Tidak dilarang orang miskin berbahagia sebab cinta harus selalu dirayakan!
Tubuhku, Hidupku Serupa Pohon Pinus
di tengah sisa gerimis, jalan kecil mendaki
bukit mbulu kuning, kabut tipis menguap
matahari jatuh memecah senyap
ranting dan daun pinus berzikir
darahku berdesir
: "tubuhku. hidupku, serupa pohon pinus, ikhlas,
berkorban sepanjang hayat!"
luka menganga
: "bagaimana pun atas nama cinta kasih, goreslah
tubuhku, takik getah sehabis-habisnya!"
matahari jatuh memecah senyap
ranting dan daun pinus berzikir
di tengah sisa gerimis, jalan kecil menurun
bukit berbatu-batu, sungguh ngilu
: "kuberikan seluruh hidupku, untukmu
yang maha kasih!"
Jaspinka, 28 Januari 2023
Malam Mengental dalam Secangkir Kopi
malam mengental dalam secangkir kopi, kayu unggun bergemeretak
letih pegal saling pagut dan selalu saja, dalam setiap pertemuan
di bukit, di pantai, di acara sastra, di dalam mobil, di jalan desa yang rusak
mata kasih meredup, tak ada cahaya di langit, kita nyalakan api
dari kedalaman hati jiwa o, cinta!
: "kita bernyanyi, kita berpuisi, sampai pagi!"
Jaspinka, 27 Januari 2023
Kalau Kemudian Engkau Pergi Berkemah ke Tepi Danau
bukan hanya jarak dan ruang
seluruh kenangan pun pecah
tak ada lagi yang harus diingat
tak ada lagi yang harus dicatat
dan tak ada lagi puisi
kalau kemudian engkau pergi
berkemah ke tepi danau
hanya untuk meneteskan air mata
hanya untuk membuang resah
hanya untuk menenggelamkan sejarah
tak akan bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan
tak akan bisa
menyempurnakan rasa benci menjadi kasih
tak akan bisa
memadamkan dendam luka silam
izinkan, o, aku menyeretmu
ke gelombang imaji
ke debur kata-kata
ke kedalaman puisi
walau kau tahu sayapku rapuh.
Jaspinka, 27 Januari 2023
Baca juga: Sajak-sajak Vito Prasetyo
Baca juga: Sajak-sajak Dody Kristianto
Baca juga: Sajak-sajak Osip Mandelstam
Eddy Pranata atawa Eddy Pranata PNP, penyair, lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 31 Agustus 1963. Pendiri Jaringan Sastra Pinggir Kali (Jaspinka) di Cirebah, Banyumas, Jawa Tengah. Pernah diundang mengikuti berbagai temu sastra, antara lain pertemuan daring Merayakan Puisi Antarbangsa bertajuk Interaksi 3.0 Pemuisi Sedunia (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia, 2023), Mimbar Penyair Abad 21 di Jakarta (1996), dan Pertemuan Sastrawan Nusantara di Johon Bahru, Malaysia (1999). Telah menulis tujuh buku kumpulan puisi. Buku antologi terbarunya Tembilang (SIP Publishing, Banyumas, 2021). Puisi-puisinya telah terpublis di sejumlah surat kabar nasional dan daerah. Sehari-hari berdomisili dan bergiat di Banyumas. (SK-1)