Ibu Kota
Tak ada yang lain dari ibu kota
kecuali tubuh alun-alun hampa
yang disiksa oleh banyak mata.
Gelanggang nasib tak berpeta
di mana rapuh, harap, dan pesta
menghadirkan gelombang air mata.
Tak ada! Tak ada kontraktor saga
yang dapat membangun surga
tak ada yang lain dari ibu kota.
Mimpi-mimpi berembus dari desa
membawa beribu-ribu gerbong asa
dan nasib yang terbalut serpihan doa
tak ada yang lain dari ibu kota.
2023
Roda Waktu
Bila sampai kepada waktu yang terus-menerus berjalan,
kau dan aku tak lagi saling sanggup melangkahkan kaki
di atas roda-roda waktu, melihat nasib yang tua;
sedih dan tangis terlantar.
Kau dan aku menikmati wisata roda-roda waktu
memandang rumput-rumput yang menguning
dan hutan-hutan yang perlahan rontok.
Kau dan aku tak sanggup lagi menikmati waktu
mata-mata cekung memeluk bumi
rasa getir menyulam di bibir, mengalir ke urat zaman.
Kau dan aku tak kuat lagi bermimpi
remuk di jantung pengharapan,
dunia semacam narasi yang memanjang
kesedihan dan kebahagiaan yang gemar bertukar.
Pada lintasan roda-roda waktu;
kebenaran menjelma suara yang sepi,
kau dan aku semakin samar saling mendengar.
2023
Pekat di Ingatan
Jika kau dan aku tak lagi menggenggam,
kuharap ada hati yang baru
menyulam kerunyaman hatimu.
Ketika aku tak lagi mendekatmu
semoga kau mampu berjalan di kepingan rindu
yang dibuat untuk menyambut pergiku.
Jika habis sudah semua rasa ibaku
kuharap kau terbiasa dengan luka.
Ketika aku tak lagi berada di sini
semoga kau bisa bergulat dengan air mata
yang pertama kali menetes saat awal kau melihatku.
2023
Pada lintasan roda-roda waktu, kebenaran menjelma suara yang sepi. Membuat kau dan aku semakin samar saling mendengar.
Akhir
Kalau pulang rasanya hanya derita yang kubawa
kini tak kulihat raut wajah indah dan binar bola mata
barangkali aku biang, tapi akan kubuktikan kau keliru.
Maret berlalu melibas pilu yang hampir menjadi debu
sedang April datang dan berlabuh memikul lara.
Rasanya aku ingin diam selamanya
mengakhiri kepergian meski membawa luka.
Kini aku pun berani bersaksi;
akulah biang dari semua yang kau bilang.
Perjalanan panjang menuju diam ialah doa
yang sudah kupersiapkan untukmu, sayang.
2023
Ujung
Pagi ini aku teringat akan dirimu
kisah panjang mengiring tangis tuk sampai padaku.
Lautan bak berenang dalam pikiran yang gamang.
Seluruhnya ada padamu;
“Ingatanmu kini apakah masih padaku?”
Jujur, aku terlena saat menjagamu
terluka, sampai-sampai kau tak lagi ingat padaku.
Kalau waktu bisa memberiku satu kesempatan
kujaga dan kuberi seribu kebahagiaan untukmu.
Sampai kelak yang akan kau timang
ialah bagian dariku dan dirimu.
2023
Baca juga: Puisi-puisi Ridho Kayambo
Baca juga: Puisi-puisi Valentina Senduk
Baca juga: Sajak Kofe, Ruang Puisi di Media Indonesia
Aditya Billy, mahasiswa, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 14 November 2002. Sedang menekuni dunia tulis-menulis dan membaca. Puisi dan esainya tersebar di sejumlah media daring. Kini, tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah. Ilustrasi header: Obed Luitnan, Kaki, kopi pada kertas, 30 x 40 cm, 2023. (SK-1)