Ilustrasi: Ilya Volykhine
Bunga Duri
Melihat bunga duri, tak ada yang
tidur.
Ia berdiri, akarnya menancap ke spons ulu hati.
Di mana huruf-huruf mencari,
ke mana semak pembuluh yang terbakar.
Tengkorak kengerian
di bawah bulan, tengkorak biru dalam teater.
Malam menyalin pakaianku,
baju berkantong bintang-bintang.
Aku bisa tidur mendengkur di gugusannya… lelap, lelap, lelap.
Cabang-cabang itu,
menuju sungai dan muara yang hening
… seekor ratu jangkrik
menyanyikan luka.
Tapi aku merasa merdeka,
bebas,
dari segala.
2022
Koin Perak
Tik tok jam dinding
ditelanjangi malam
satu tumpukan kecil, koin perak
bunga-bunga dengan bunyi gemerencing
penuhi ubin keramik kuno
memendam keinginan
dan banyak hal
maka hati dimainkan
meneguk perasan lemon dan jeruk limau… tanpa gula, dasar samudra
yang keruh
mengelilingi aku
keluasan yang dipertanyakan
pundi-pundi
pecah
terisak pilu
2022
Silika
Kilau pasir, kilau silika
seseorang berdiri menyanyikan dukacita
angin laut dalam soprano yang naik
di balik punggungnya, kota kecil dengan jutaan lampu
tak ada yang terdekap
tak ada suara lain
lalu sunyi
klimaks memantik malam dan tenggelam
—menelan lekuk semenanjung
melucuti bintang
tubuh yang menghadang maut
seandainya dapat menghindar
dari kebasan sayap hitam
dan seterusnya,
gelombang baru
tangkapan suara di telinga
potongan sajak
hidupmu, bahagiamu, instingmu, intuisimu
membasahi kaki
air itu mengalir di sela jari
membuat pijakan, membuka pikiran
Indramayu, 2021
Kipas Zamrud
Angin asia memutar kipas zamrud
bermil-mil laut dalam lembar pagina yang biru
anak-anak lelap di surga
yang diciptakan
dongeng dan mitos
esok akan mereka temukan bumi yang hijau
udara yang melambungkan tubuh
di ketiak tumbuh sayap
mengantarkan mimpi
dalam pesawat
membawa telur-telur
dan buah tropis
mengelilingi dunia
terbanglah… sesulit apapun yang dibayangkan
permata menyukariakan jiwa
respon kecil
bagi hari yang indah
membangun rumah
cangkang besar cinta
yang sebentar lagi terisi embrio-embrio
mula dari hidup
Indramayu, 2021
Seekor ratu jangkrik menyanyikan luka. Tapi aku merasa merdeka, bebas dari segala.
Di Bodega
Di tempat kerja, di bodega
kutemukan seorang tua—yang penyayang
di antara jejeran kotak obat, peralatan mandi,
barang pecah belah, rokok, dan lain-lain
ia mengambil pembalut
(seperti biasa, saban bulan, semacam ritual)
kutahu, itu untuk cucu perempuannya
yang beranjak gadis
manis
dan pemalu
beberapa kali ia menunjukkan kesetiannya
kasih sayang
yang sulit kupercaya
teruji demikian konsisten
satu peristiwa langka,
suasana keluarga
diunggulkan
dalam ingatanku yang tak banyak ini
Indramayu, 2021
Rumah Kayu
Rumah kayu di depanku
mengayunkan lentera yang damai
melawan hutan yang gelap
bunyi malam
dan berbagai suara yang jauh
menimbulkan kecemasan
pemanduku tersesat
ke dalam belantara, lembah berbintang
di mana kesunyian dilemparkan ke tepian… meluncur cepat
dan sekarat
kini kuketuk-ketuk pintu, hilang lagi di kedap daun
sebelum kuulangi
seseorang menariknya ke dalam, tampak isinya
sebuah prosesi bertamu dimulai
dia menunjukkan kelembutan
aku mencintai keramahan
selamanya akan begitu
aku bermalam
tak kurasakan panjangnya
hingga pagi tiba
kutahu aku telah berutang padanya
Indramayu, 2021
Teater Pagi
Lelaki berkemeja itu setengah berlari mengejar pagi
kereta komuter mengajaknya berteater
menyisihkan banyak hal
kelahi kecil kakinya dengan sepatu-sepatu bot
tangannya meraih sesuatu
—handgrip
bermain peran primata
ranting melipatnya
kelu menghampiri sejak pekik peluit pertama
mengganti siul burung yang mati di kabel-kabel listrik
Indramayu, 2021
Baca juga: Sajak-sajak Frans Purba
Baca juga: Sajak-sajak Uhan Subhan
Baca juga: Sajak-sajak Vladimir Mayakovsky
Faris Al Faisal, penyair, lahir di Indramayu, Jawa Barat, 18 Juli 1981. Buku kumpulan puisinya, yaitu Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian, Rumah Pustaka, Indramayu (2018). Kini, beraktivitas sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu. (SK-1)