08 January 2023, 07:00 WIB

Sajak-sajak Hasrianti Silondae


Sajak Kofe | Sajak Kofe

Ilustrasi: Nashar
 Ilustrasi: Nashar
   

Ilustrasi: Nashar 

Apakah Cinta 

Cinta laksana air 
jika tak kau sadari 
akan terus mereguknya hingga luka 
ia bagaikan gelas dan sendok 
selalu berjumpa dalam suapan bibir kekasih 
dengan cinta hijauhlah serambi istana 
mengundang kagummu di sebalik jendela 
sembari syahdu menyeruput secangkir teh 
sudah melimpah kata dan simbol tentang cinta 
terlahir dari rahim para pujangga dan mereka 
di dalam hatinya nan dilipur cinta 
bagiku cinta adalah desiliun doa 
mendamba cinta Tuhan yang sempurna tiada batas 

5 Januari 2023 


Kenangan 

Kuucapkan doa-doa yang diajarkan ayah 
dahulu, ketika kaki masih lemah berlari 
menjemput hari-hari yang abstrak 
kanak-kanak menjadikan kita terbuai 
tak peduli gentingnya masa yang akan datang 
menyapa tanpa mengenali siapa kita 
waktu bergulir begitu saja tanpa ampun 
memakan usiamu, melalap mimpimu 
di bawah mentari pun, engkau terlupa 
bahwa hari ini, di jam dinding yang sama di rumahmu 
angka-angka dan jarum jam itu selalu menggetarkan nadi 
sekiranya, pagi ini hujan berdera-derai 
lalu, engkau lari menghambur ke halaman 
dipenuhi sukacita, melompat riang di hamparan rerumputan 
pada kecipak genangan air hujan: Januari! 
tetapi, hembus bayu senja ini, kau tersadar 
bahwasanya aku harus terus melangkah; 
sampai tak bisa mengalahkan diriku sendiri 
bersama doa-doa yang diajarkan ayah 
juga senandung cinta dari ibu 
aku merajut asa bahwa hari ini 
tidak pernah akan sama dengan kemarin; 
ketika kanak-kanak kita bermandi hujan 
bermain petak umpet hingga digigit semut 
ini hari adalah sejarah dari tahun kanak-kanak kita 

1 Januri 2023 


Tuhan Selalu Ada 

Untukmu,
melati yang berjuang menanti cahaya 
Tuhan tidak pernah memejam mata 
meninggalkanmu dalam kekalutan 
engkau hanya perlu taat dengan jujur 
sebab kelak saat catatan amalmu 
berbicara dari hatimu yang putih 
tentang sebuah lukisan tak berwarna 
tentang lazuardi yang merindu 
mengharu biru dengan doa-doa makbul 

Madiun, 31 Desember 2022 


Drama Senja 

Sebuah drama telah tertuang apik
pada jiwa-jiwa yang letih 
mereguk manis dan pahit kehidupan 
sutradara telah menunjukkan bahwa kisah ini
hanyalah sebuah awal perjalanan
kepelikan dalam drama ini
bukanlah datang dari struktur kosa-kata
tetapi, ketika jiwa-jiwa bertabur pekat
maka, lembaran pagi hanyalah kejenuhan
mengusik dawai kecapi di setiap prolog 
panggung drama itu telah digelar
pada sebuah pelataran yang megah
tetapi, sayang beribu sayang 
drama indah dan hebat itu 
harus berhenti di penghujung senja 
pada lorong jiwa-jiwa yang keluh 
peluh melukis malam purnama 

2022 


Engkau bangunkan kami dengan butir-butir hujan, yang membekas di antara kaca jendela, dan berkarat lantaran debu kemarau. 


Di dalam Catatan Cahaya 

Aku ingin menemukan diriku 
di antara hangat cinta surya dan rembulan 
kalau hanya bertanya; 
ke mana perginya para penyair 
aku pasti temukan 
mereka bernyanyi tulus dalam catatanku 
kita manusia tak mesti membuat salah 
sebab cahaya matahari cukup merona 
bintang-bintang menjadi inspirasi 
lagu kenangan bagi anak-anak cucu kita 
demikianlah, 
kepada alam aku berseru 
temukan diriku di peluk bulan 
dingin sepanjang usia 
tetapi mentari menyelimutiku 
hingga sadarlah aku 
manusia harus cerdas berbudi 

Gunung Kidul, 29 Desember 2022 


Senandung Kemarau 

Dedaunan telah basah 
oleh deras hujan pagi ini 
sebelumnya angin selatan bertiup kencang 
sampai aku takut menatap ke langit 
layang-layang para remaja melambai 
terbang meliuk mencari harapan hidup
musim kemarau di desa selalu menyisa cerita 
akan kekhawatiran dan kecemasan 
galau yang menderas melebihi hujan 
bila saja sumur kering tak berair
bagaimana bisa membasah bibir yang pasi
sungai tak menyisakan mata air
hanya air mata yang membanjir dari perumahan 
mungkinkah karena dosa-dosa 
bumi menjadi pelit
sayur-mayur tak bernutrisi
ikan-ikan lenyap dari kolamnya
telah berlalu hari demi hari
dalam penantian akan deras hujan
Ya Allah, pemilik kebun-kebun dunia
penguasa sungai dan lautan
pencipta segala makhluk
pagi ini Engkau bangunkan kami
dengan butir-butir hujan yang membekas
di antara kaca jendela yang berkarat 
lantaran debu kemarau 

DIY, 26 Desember 2022 


Prosa Sepotong Senja 

Sudah adakah yang dapat kau temukan dari sepotong senja tahun ini 
dari dulu hingga sekarang setiap saat keningmu selalu melamur untuknya 
dan tiba-tiba saja hatiku jadi pelangi 
sepotong senja yang berwarna jingga
aku tahu, sebenarnya ia indah menawan 
seperti jarum jam yang bunyinya berdetak-detak 
seperti hatiku ketika merindu melihat rupanya di balik sepotong senja 
ah…, sepotong senja. 
Aku tahu! Dia juga seperti hatiku yang merindui bertemu 
di bawah potong serpihmu 
yang dari dulu hingga sekarang 
setiap saat menunggu kata cintamu 
di bawah duli pantai senja 
inikah prosa senja untukmu 
yang hanya bisa kutulis; hatiku sedang gundah
ketika rumput tiba-tiba mati
ketika telingaku 
tak lagi menangkap nurani bulan 
ah, suaraku memenggal waktumu
dan jangan sampai kau tenggelam
di pantai senja yang sebentar lagi meraihmu
dari dulu hingga sekarang setiap saat
kutabung perasaanku
ruah di balik putus asanya kertasku 
dia tak mau
kadang-kadang saja mendengarkanku
aku tak kecewa 
sebab dari dulu hingga sekarang
setiap saat aku selalu melukis sepotong senja di dalam hati 
bukan senja yang jelek yang wajahnya sangar menakutkanku 
dan mengeluarkan air mataku 
tapi, senja yang kulukis 
adalah senja yang tampan
yang kusuka darinya karena cahayanya
berpendar dekati aku
kucinta karena budinya yang menawan
kusenang karena mengenalnya
ah, prosa sepotong senjaku 
aku tak ingin mengakhirimu 
sebab dari dulu hingga sekarang 
setiap kupunya banyak prosa cinta 
kususun dan kuhias dengan tinta emasnya 

Manado, 17 Agustus 2021 


Belajar Tersenyum 

Bibirku menggigit senyuman 
sembari mata mengair di pekat malam 
dalam desah pengakuan atas segala dosa 
aku sudah bisa tersenyum 
kutuliskan narasi tentang cinta 
tentu saja, aku tersenyum lagi 
karena jiwa telah dilimpahi cinta suci 
sekian lama kerontang, haus ditelan waktu 
ketika detak waktu berbicara ke dalam jiwaku 
bahwa dahulu; pertama kali hadir di dunia ini 
aku menangis... huwa… huwa 
merapal nama-Mu dalam ketiadaanku 

Minahasa Utara, medio Juni 2021 


Baca juga: Sajak-sajak Stevie Alexandra 
Baca juga: Sajak-sajak Fanny Poyk
Baca juga: Sajak-sajak Saras Dewi

 

 

 

 

 


Hasrianti Silondae, penulis, lahir di Ranoeya, Konawe, Sulawesi Tenggara, 1 Oktober 1982. Bukunya Hidup Itu Mudah dan Senikmat Makan Roti. Pada 2002 diundang mengikuti Pesta Millad Forum Lingkar Pena yang ke-5 di Jakarta. Karya-karya, baik puisi maupun prosa telah dipublis di sejumlah media massa dan buku antologi. Kini, sedang menjalani pendidikan di Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nashar, pelukis Indonesia (3 Oktober 1928 – 13 April 1994), Renungan Malam (1978), cat minyak pada kanvas, 137 x 137 cm, koleksi Galeri Nasional Indonesia. (SK-1) 

BERITA TERKAIT