Ilustrasi: Tatiana Abramova
Aku Punya Semua
Aku punya roti,
pendingin ruangan,
telepon keluaran terbaru,
kulkas dua pintu, komputer
berteknologi tinggi, air minum
dalam kemasan, makanan kaleng,
kompor dengan tungku pemanggang
Semuanya
berupa kardus.
2022
Utopia
Pada piring pecah aku meminta
hidangan surgawi para rasul,
Pada cawan retak aku meminta
anggur paling nikmat yang
pernah Tuhan buat,
Pada gubuk reyot aku meminta
dipan singgasana seorang raja,
Pada dinding kusam aku
meminta hangat sebab semalam
kaki dan tubuhnya menggigil
sebelum aku mendekapnya
dalam-dalam.
2022
Badai
Di musim penghujan
kereta bergerak menuju badai
sedang, tangis kekasihmu di ujung
telepon makin samar terdengar
Sementara badai menumpahi
bumi kau berjalan kesulitan menemukan
kursimu sementara seorang telah
tertidur di sana
Teleponmu berdering lagi,
kekasihmu mengabarkan sesuatu
yang kau alami dan yang bakal
Tentang langit putih yang menyiangi
kepalamu dengan hal-hal yang
tidak pernah kau tangkap sebelumnya
yang akan menghinggapimu selamanya.
2022
Jarak
Pada akhirnya memang mesti begitu
hujan terburu-buru menangisi jemuran ibu,
bapak gelagapan atas mobilnya yang baru dicuci
Di halaman belakang, keduanya berbagi tempat
dengan, barangkali ular atau apapun di bawah rumputnya,
sedang kebun bapak lebih sempat dirawat hujan
Semoga kursi meja makan masih kuat menopang
kalender tahun lahir menyelimuti dinding kedinginan
sedang bapak, juga ibu lupa
tahun berapa kau berangkat?
apakah baju di lemari itu milikmu?
dan lupa bahwa ia telah lupa
Kamar mulai berdebu, beberapa sudut langit-langit
menghitam, entah air hujan atau sawang yang
berusaha memeluknya
Anak tangga rumah, masih menjaga beberapa
kenangan terakhir, termasuk ketika terakhir
kali kau turun dari kamar di lantai atas sebelum
rumah itu harus menunggumu pulang, lagi.
2022
Halte Sepulang Kerja
Kau tahu, langit utara menyembunyikan
sesuatu di baliknya,
ia tak sadar telah meletakkan
awan terlalu rendah hingga dapat kupetik
Belum, belum lagi tersingkap rahasianya
kau akan mati kekenyangan menelan
gumpalan awan putih manis itu,
atau membeku lebih dulu
Ada baiknya kau datang menjelang malam
pada musim dingin beku yang mematikan,
kata orang: itu senja, tapi kau akan tahu
hal-hal yang lebih indah darinya di hadapan
kekasihmu, kelak
Lalu jangan lupa buka sedikit jendela kamarmu
pagi sebelum berangkat kerja agar awan
dapat mengantarkan secuil kisah, manisan
dan dingin pada meja belajar juga kasur kesepianmu
Dan tunggulah bus terakhir sejenak sebelum
mentari padam karena kau tak pernah tahu
apa yang terjadi esok hari.
2021
Aku menyaksikan diriku yang lain melalui sebuah cermin buram.
Mata-Mata
Petir menatap ceruk-ceruk dinding jurang masa lalu
yang dengannya berusaha menggapaiku ini hari
Ia menyambar sekali, dua kali, tangannya menyambut
muka sebuah oase di bawahnya, aku menyaksikan
diriku yang lain melalui sebuah cermin buram
berpenghuni, ibu bilang seribu anak kecil, di baliknya
Kata ibu aku dibesarkan di kamar ini semenjak
ia kecil, ya, ibu telah memimpikan seorang lelaki
bermata tajam lahir dari rahimnya
Aku menatap ibu, sebuah gunung yang tidak pernah
mampu kudaki seribu tahun pun kupersiapkan
ibu masih sama, menyimpan masa lalu yang begitu dalam
sedang matanya telah jauh seribu tahun ke depan.
2021
Obituari
Daun-daun musim gugur berjalan di bawah telapak
kakiku yang palsu akan tujuannya,
Mataku mencari tupai yang bergelantungan
di pohon besar di muka
Orang-orang berlalu, sesekali menjenguk, menggenggam
segelas vodka dan masa lalu bersampul biru
Angin musim dingin beranjak dari utara mengabarkan
berita tentang kematian seorang yang kau cintai
Kabar itu sampai di telingamu sesegera setelah
aku menggali liang kubur dan menjaga jenazahku
ratusan tahun ke depan tanpa perlu kau kunjungi.
2021
Ular
Ular raksasa membelit lehermu
membisiki kata-kata yang tak pernah
terpahami manusia sejak zaman purba
Mungkin Tuhan terlalu cinta padamu, sebab
ke mana lagi manusia akan diturunkan dari bumi?
2021
Murai
Suatu sore murai berekor–hilang
bersama mimpinya dan mimpi masa kanak-kanaknya
ia selalu membayangkan berselancar di ekornya
Malam tiba, ia tak kunjung pulang,
dipanggilnya petugas keamanan;
"Tolong bantu saya cari murai emas itu!"
"Siap pak!"
Jam sembilan, belum pulang
semua orang diperingatkan
"Tolong bantu saya cari murai emas itu!"
Warga membawa senter, jaring, bahkan senapan
Tengah malam ia belum juga pulang
"Halo petugas pemadam kebakaran,
tolong bantu saya cari murai emas!"
Sebuah mobil pemadam meraung-raung
Hampir subuh, belum juga pulang
"Tidak ketemu, pak!"
Semua orang diperingatkan, lagi
"Sejak matahari terbit hingga dua hari ke depan
adalah hari berkabung bagi kita semua!"
Kalian harus mengibar bendera setengah tiang!
"Siap pak!"
Itu burung belum juga pulang.
2021
Tukang Sol Sepatu
Selepas menambal di rumah
anggota dewan terhormat,
tukang sol sepatu pulang–
memang benar masih ada pejabat
repot-repot menambalnya…
alih-alih beli sepatu baru?
"Sol sepatu…!" ujarnya
"Sol sepatu…!" sambungnya lagi
"Sol sepatu…!" ia cari pelanggan
Tukang sol sepatu masih khusyuk
mengayuh dua pedalnya, maaf satu saja–
satunya sudah lepas tinggal batang besinya
Di tengah jalan yang melalui ilalang
ban sepedanya bocor,
Tukang sol sepatu lupa, ia tak
bisa menambal ban sepeda jengkinya.
2021
Baca juga: Sajak-sajak Ted Rusiyanto
Baca juga: Sajak-sajak Shabrina Adliah
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
YB Anugerah, nama pena dari Inamul Hasan, lahir di Kediri, Jawa Timur, 14 Agustus 2000. Pernah meraih anugerah lima penyair muda terbaik Dewan Kesenian Sidoarjo 2021. Beraktivitas di Sidosinau, sebuah kelompok belajar menulis. Puisi-puisinya termaktub dalam antologi puisi Doa Tanah Air: Suara pelajar dari negeri Pushkin kurator Iwan Jaconiah (Pentas Grafika, Jakarta, 2022). Kini sedang menempuh studi S1 Arsitektur di Southern Federal Universiy, Rostov on Don, Rusia. (SK-1)