ANGGOTA DPR RI dari Komisi VI Muhammad Sarmuji mendukung langkah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengawal kerja sama dengan Inggris yang akan menanamkan investasi jumbo sebesar Rp135 triliun di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan untuk membangun pabrik baterai.
Hal itu juga sudah sesuai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) supaya sektor tersebut dalam dilakukan percepatan pembangunan.
“Bagus, harus dikawal, kita sudah punya pengalaman juga ‘Janji-janji Joni’ dari negara lain atau perusahaan besar. Jadi, pemerintah harus betul-betul memastikan wacana itu betul-betul bisa dieksekusi bukan sesuatu yang memberi madu di depan itu,” ujar Sarmuji, Kamis (1/6).
Baca juga: Bahlil: Pemberian Golden Visa untuk Menarik Investasi ke Indonesia
Politisi dari Partai Golkar itu menyampaikan, jika benar serius ingin berinvestasi, pemerintah harus memberikan sejumlah insentif yang menarik bagi investor agar proyek tersebut dapat terwujud.
“Masuk atau tidak terus seberapa serius calon investornya kalaupun mereka serius fasilitas apa yang bisa kita berikan sehingga mereka betul-betul mau menginvestasikan uang yang begitu besar ke Indonesia di Bantaeng khususnya,” urainya.
“Karena uang sebesar itu pasti mereka memerlukan syarat-syarat biasanya ada syarat infrastruktur atau kemudahan-kemudahan yang lain dalam bentuk tax holiday atau apa itu dipastikan saja, diclearkan sejak awal supaya nanti investasi sebesar itu betul-betul terealisasi,” sambung Sarmuji.
Baca juga: BKPM: Perpanjangan Kontrak Freeport Sudah Hampir Pasti
Lebih lanjut, Sarmuji mengatakan upaya pemerintah membangun ekosistem kendaraan listrik sudah tepat, pasalnya tren penggunaan kendaraan listrik akan semakin meningkat ke depan.
Sarmuji berharap pemerintah dapat konsisten menerapkan kebijakan tersebut agar memberikan kepastian kepada investor bahwa Indonesia adalah negara yang berpotensi sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.
“Sebenarnya langkah pemerintah sudah bagus untuk menciptakan ekosistem vehicle berbasis baterai misalkan dengan cara membangun smelter di Indonesia, industri-industri pelengkap untuk terjadinya vehicle itu mulai sudah mulai dilengkapi termasuk industri turunannya sudah dimulai dibangun di Indonesia,” ucapnya.
“Tapi itu perlu kebijakan yang konsisten kalau kebijakan itu nanti on off timbul tenggelam pasti ekosistem itu tidak akan tercipta,” sambung Sarmuji.
Untuk mewujudkan ekosistem baterai kendaraan listrik ini, Sarmuji mengatakan butuh kerja keras yang luar biasa, karena sektor tersebut merupakan industri strategis maka perlu diperkuat dan didukung oleh semua pihak.
“Industri yang memang harus diperkuat oleh pemerintah kenapa diperkuat? karena kita punya sisi jangka panjang bahwa industri ini adalah industri strategis yang berdasarkan Kompetitifnes dari Indonesia, jadi harus diperkua,” tukas Sarmuji.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia telah melaporkan kepada Presiden Jokowi bahwa Inggris berminat berinvestasi di Indonesia dengan membangun proyek industri baterai listrik dengan nilai investasi sebesar Rp135 triliun.
"Baru kami melakukan rapat dengan bapak Presiden beserta beberapa anggota kabinet, Menteri, dan Direktur Utama Antam membahas tentang investasi Inggris yang ada di Indonesia terkait percepatan dalam membangun ekosistem baterai mobil," ujar Bahlil.
Bahlil mengungkapkan investasi Inggris akan membangun pabrik baterry cell dengan kapasitas 20 gigawatt di Bantaeng.
Pembangunan pabrik dilakukan oleh perusahaan Inggris EVision, perusahaan Swiss Glencore, perusahaan Belgia Umicore, dan PT Antam dari Indonesia. Total investasinya kurang lebih sekitar US$9 miliar atau sekitar Rp135 triliun (kurs Rp 15.000).
Bahlil menjelaskan pabrik baterai yang akan dikebut di Bantaeng itu akan dibangun pada kawasan industri dengan sumber energi bersih, tepatnya dengan energi tenaga angin.
"Investasi ini akan dibangun dalam kawasan industri yang green energy, yang akan memakai tenaga angin di Sulawesi di Bantaeng. Ini segera akan kita lakukan, kemudian ada tambang nikelnya dari Papua dan prosesnya sekarang lagi berjalan," papar Bahlil.
"Kalau bisa kita percepat kita lakukan ini investasi pembangunan baterai mobil merambah sampai baterry cell," pungkas Bahlil. (RO/Z-1)