PRESIDEN Joko Widodo mengungkapkan dirinya boleh cawe-cawe dalam politik demi kepentingan bangsa dan negara. Pakar komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga menilai pernyataan Jokowi terkait cawe-cawe pada Pemilu 2024 layak diapresiasi.
“Klaim Jokowi tentu layak diapresiasi karena cawe-cawe yang dimaksudnya bernada positif. Jokowi ingin menjaga demokrasi dan agar pemilu berlangsung jujur dan adil (jurdil),” ungkapnya.
Karena itu, menurutnya, Jokowi ke depan diharapkan akan memperlakukan sama kepada semua bakal capres dan caleg. Jokowi juga diharapkan akan menjaga jarak yang sama kepada semua koalisi yang akan mengusung pasangan capres-cawapres.
Baca juga: Jokowi Cawe-cawe Pemilu 2024, Lain di Mulut Lain di Aksi
Kendati demikian, Jamiluddin juga menyoal soal panggung depan dan panggung belakang yang lazim berlaku dalam kancah politik.
“Namun itu tentu idealnya. Sebab, dalam politik kerap berlaku teori dramaturgi. Dalam teori ini, politisi dimaknai seperti drama dalam teater. Namanya drama tentu ada panggung belakang dan panggung depan di mana politisi akan tampil,” lanjutnya.
Baca juga: Klarifikasi Istana Soal Kepentingan Jokowi di Pilpres 2024
Menurutnya, panggung belakang menjadi bagian tersembunyi dari pertunjukan sang politisi. Pada ranah ini, politisi tampil seutuhnya sesuai identitas aslinya. Sedangkan, pada panggung depan, politisi membangun dan menunjukan sosok ideal dari identitas yang akan ditunjukkan kepada publik. Di sisi ini, politisi tampil sesuai lakon yang diinginkan.
“Jadi, lakon politisi di panggung belakang dan panggung depan pada umumnya berbeda. Karena itu, apa yang ditampilkan politisi di panggung depan tidak harus ditelan begitu saja,” sambungnya.
Oleh sebab itu, Jamiluddin mengemukakan cawe-cawe Jokowi demi kepentingan bangsa dan negara bisa saja hanya lakon di panggung depan. Sedangkan di panggung belakang, lakon Jokowi bisa jadi berbeda.
“Bisa saja lakon Jokowi justru untuk capres dan Koalisi tertentu,” tegasnya.
Menurutnya, proses waktu akan menguji sama tidaknya lakon Jokowi di panggung belakang dan panggung depan. Harapannya tentu lakon Jokowi di panggung belakang dan panggung depan sama.
“Kalau lakon itu yang dilakukan Jokowi, maka lakonnya memang konsisten di panggung belakang dan panggung depan. Karena itu, Jokowi memang sudah memerankan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara,” tandasnya.
Jamiluddin juga menerangkan, konsistensi politisi di dua panggung jarang dijumpai di dunia politik.
“Namun dalam dunia politik, hal itu jarang terjadi. Lakon di panggung belakang dan panggung depan umumnya berbeda,” pungkas mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu. (Z-7)