15 March 2023, 08:00 WIB

Dirikan Sekolah Mimpi, Devirisal Djabumir Majukan Pendidikan dan Lingkungan


Mediaindonesia.com | Nusantara

Dokumentasi pribadi.
 Dokumentasi pribadi.
Devirisal Djabumir.

DEVIRISAL Djabumir--akrab disapa Dave--ialah pria yang berasal dari Kepulauan Aru, Maluku. Pria kelahiran 15 Desember 1992 ini merantau ke Kota Ambon untuk menuntut ilmu di Universitas Pattimura dengan program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Setelah lulus, Dave bekerja di salah satu perusahaan listrik Turki Karadeniz. 

Namun, berkarier di Ambon tidak membuat dirinya puas. Ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu lingkungan sekitarnya di kampung dapat menimba ilmu dengan baik. Keputusannya ingin berhenti dari perusahaan tersebut ditentang orangtua dan keluarganya karena khawatir kariernya akan mati jika pulang ke kampung halamannya. Pulang ke kampung halaman, Dave melihat kondisi yang sangat memprihatinkan. Mulai dari isu pendidikan, banyak anak yang putus sekolah bahkan ada yang bersekolah tetapi tidak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas. Alasannya mulia, Dave tidak ingin anak-anak di kampung halamannya termarginalisasi dan bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang layak bagi mereka. 

Selain itu, Dave melihat lingkungan, khususnya sampah plastik, menjadi salah satu pencemar laut dan lingkungan terbesar di Kepulauan Aru. Hal ini disebabkan kurang kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan ditambah minimnya infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah. Hal tersebut berdampak terhadap berkelanjutan laut di Aru yang juga dirasakan oleh masyarakat setempat karena mayoritas mereka bergantung hidup pada laut dan sebagai jalur lalu lintas penghubung antara satu pulau dengan pulau yang lain. 

Baca juga: Amalia Rezeki, Perempuan Penyelamat Bekantan asal Banjarmasin

Berangkat dari permasalahan tersebut, dengan penuh semangat Dave mendirikan Sekolah Mimpi pada April 2018. Sekolah ini menggunakan sistem yang terintegrasi dengan alam. Bernuansa outdoor, anak-anak dididik dengan baik oleh Dave dan relawan lain. Tentu para relawan tidak datang begitu saja saat awal Dave mendirikan sekolah ini. Saat awal berdiri, merupakan satu-satunya pengajar di sekolah tersebut dengan jumlah siswa berkisar enam anak. Bukan hanya mengentaskan ketimpangan pendidikan, sekolah ini juga dimanfaatkan sebagai sarana mengurangi volume sampah plastik di daerah sekitar. Upaya itulah yang mendorongnya masuk nominasi Kick Andy Heroes 2023.

Pria 30 tahun tersebut mengajak anak-anak yang ingin menimba ilmu dengan syarat membayar biaya sekolah dengan sampah. Sampah-sampah yang dikumpulkan tersebut sebagian dibuat kerajinan dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan setempat. Tujuannya mengurangi volume sampah yang bermuara ke laut serta membangun kesadaran lingkungan. Guna meningkatkan kesadaran dan mengedukasi anak-anak tentang pentingnya melestarikan lingkungan, sekolah ini menggunakan sistem pendidikan inklusif dengan pelajaran seperti bahasa Inggris, kewirausahaan, public speaking, kelas inspirasi, dan ragam pelajaran terkait lingkungan. Mereka melakukan program-program lingkungan seperti capacity-building, festival, dan pelatihan. Anak-anak yang dididik di sini menunjukkan semangat dan kemauan untuk terus menempuh pendidikan. (RO/Z-2)

BERITA TERKAIT