13 February 2023, 15:18 WIB

Panen Jagung Pupuk Organik di Gorontalo, Gobel: Hasilnya 2-5 Kali Lipat


Mediaindonesia.com | Nusantara

Dok Ist
 Dok Ist
Panen jagung pupuk organik di Gorontalo

Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mengaku bersyukur serta berterima kasih kepada para petani dan tim pendamping yang berhasil melakukan implementasi pemupukan terpadu dengan pupuk organik untuk tanaman jagung. “Hasilnya dua hingga lima kali lipat dibandingkan dengan pupuk kimia biasa. Ini akan menyemangati petani, membuat petani lebih sejahtera, dan juga sangat mendukung kedaulatan pangan bagi Indonesia,” katanya, Senin (13/2).

Apresiasi itu ia sampaikan karena sehari sebelumnya ia mendapat laporan tentang keberhasilan pertanian jagung di lahan demplot di Kelurahan Biyonga, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Rachmat Gobel tak bisa hadir karena ada acara di Jakarta.

Sutarjo Abdullah, ketua Kelompok Tani Biyonga, mengatakan, “Panen terakhir di desa ini hanya menghasilkan dua ton per hektare. Pernah suatu waktu bisa menghasilkan lima ton per hektare Tapi kali ini hasilnya jauh meningkat.”

Berdasarkan hasil penimbangan, panen kemarin menghasilkan 8,75 ton per hektar untuk metode Baris Ganda (BG) Kembar. Sedangkan dengan metode biasa menghasilkan 10,125 ton per hektare. “Mestinya metode BG Kembar menghasilkan lebih banyak. Tapi sebagian tanaman jagung terendam banjir sehingga banyak yang mati,” kata Agus Mukhlison, dari PT Seruniandal. Metode biasa adalah menanam jagung dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antarlajur juga 25 cm. Sedangkan metode BG Kembar adalah jarak tanam 10 cm namun jarak antarlajur 30 cm. “Jadi pada metode BG Kembar ada lebih banyak batang pohon jagung per hektarnya dibandingkan dengan metode biasa. Karena itu mestinya hasilnya lebih banyak, namun itu tadi, kena banjir,” kata  Agus.

Agus juga menjelaskan faktor penyebab hasil panen jagung dengan pupuk yang mereka produksi menjadi lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia biasa. Pertama, per batang pohon menghasilkan dua tongkol jagung. Sedangkan dengan pupuk biasa umumnya hanya menghasilkan satu tongkol jagung. Kedua, dua tongkol jagung dari satu batang pohon itu sama besarnya dan sama kualitasnya. Sedangkan jika dengan pupuk biasa jika pun menghasilkan dua tongkol jagung maka tongkol kedua akan lebih kecil. Ketiga, biji jagungnya lebih padat dan lebih rapat daripada biji jagung dengan pupuk biasa. “Tiga faktor ini yang membuat hasilnya menjadi berlipat-lipat,” katanya.

Gobel mengatakan, ia telah dan akan terus melakukan berbagai inovasi di sektor pertanian di Gorontalo. “Ini tidak lain agar petani Gorontalo lebih maju dan lebih sejahtera. Selain itu agar Indonesia bisa berdaulat di bidang pangan. Ini bagian dari perwujudkan cinta dan bakti saya pada tanah leluhur, bagi masyarakat Gorontalo, dan bagi bangsa dan negara Indonesia. Salah satu faktor generasi muda tak mau menjadi petani karena bertani identik dengan kemiskinan. Ini karena produktivitasnya rendah. Jadi kita harus terus berinovasi untuk menghasilkan produk berkualitas dan dengan produktivitas yang tinggi. Masyarakat kita sangat rasional,” katanya.

Selain itu, kata Gobel, Gorontalo adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia, yaitu urutan keenam. Sedangkan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan. “Dengan membangun sektor pertanian dan perikanan maka masalah kemiskinan akan bisa diatasi. Namun ke depan, harus ada industri berbasis pertanian dan perikanan di Gorontalo. Ini yang sedang saya coba lakukan dengan membangun Kawasan Ekonomi Khusus Pangan Halal di Gorontalo. Pembangunan industri ini agar serapan terhadap produk pertanian dan perikanan tinggi dengan nilai tambah yang tinggi pula. Kita harus membangun optimisme masyarakat dengan langkah konkret, bukan cuma berkata-kata,” katanya.

Dalam sambutannya, Rustam Akili mengatakan, “Kenapa Pak Rachmat Gobel sangat getol membangun Gorontalo? Karena keterpanggilan jiwa dan batinnya untuk Gorontalo.” (RO/OL-12)

BERITA TERKAIT