FILM yang juga masuk lima besar Eagle Awards Documentary Competition (EADC) 2022 berjudul Tanpa Terkecuali. Film karya Raka Mahandhika (Raka) dan M Tritaufan Saputra (Putra) ini mengangkat tema teknologi untuk tunanetra.
“Semua kemajuan teknologi dan kemajuan negara itu harus semua orang yang merasakan tanpa terkecuali,” kata Raka saat mengungkapkan pesan utama fi lm itu. Ia hadir sebagai bintang tamu dalam Kick Andy bertajuk Ekspresi di Dunia Maya, yang tayang hari ini.
Dalam film itu tokoh utama ialah pemuda berusia 28 tahun yang merupakan penyandang low vision sejak lahir. Fakhry Muhammad Rosa, demikian nama sang pemuda, tetap mampu memanfaatkan teknologi dengan baik dan menjadi Youtuber.
Fakhry memiliki dua adik dengan adik bungsunya yang juga tunanetra. Lahir dari keluarga sederhana, Fakhry sudah mandiri sejak kecil. Ia hanya bersekolah di SLB sampai kelas 4 SD, selebihnya ia sekolah di sekolah umum (bukan inklusi) hingga lulus SMA. Bahkan Fakhry menamatkan kuliah sastra Jerman di Universitas Indonesia.
Saat ini Fakhry mengajar komputer atau TIK (teknologi informasi dan komunikasi) lepas untuk anak tunanetra. Fakhry juga aktif sebagai Youtuber yang saat ini memiliki ribuan subscribers.
Dalam kanal Youtube Fakhry Muhammad Rosa, ia mengulas aplikasi-aplikasi yang belum ramah disabilitas tunanetra. “Kalau saya lebih ke handphone. Jadi lebih ke menceritakan pengalaman memakai handphone (umum) itu dari sudut pandang saya,” ujar Fakhry yang mahir bermain alat musik, seperti drum, bas, dan juga gitar.
Selama syuting untuk dokumenter Tanpa Terkecuali ini, Raka dan Putra mengaku tidak mengalami suatu kendala yang berarti. Begitu pula dengan Fakhry, ia melakukan kegiatannya sebagaimana biasanya. Fakhry mengajar komputer untuk anak-anak tunanetra, bermain musik bersama dengan band-nya, nongkrong seperti anak-anak muda lainnya, membuat konten YouTube, bermain gim, bahkan traveling.
“Kita malah merasa dimudahkan. Kalau menurut saya, secara teknis secara produksi, kita taruh kamera di depan mas Fakhry gak jadi masalah apa-apa buat dia,” ungkap Putra. “Saya gak tau malah ada kamera,” ujar Fakhry menyambung dengan tertawa, dalam kesempatan yang sama.
Pribadi Fakhry yang humoris menjadi daya tarik lain. Semangat dan kepercayaan dirinya tidak berbeda dengan pemuda lainnya. Fakhry pun mengaku paling tidak suka dengan stigma iba yang kerap diberikan pada penyandang disabiltas. Ia paling tidak ingin merasa dikasihani. “Dikasih nasi boleh,” ujar Fakhry sambil tertawa. Dengan ia memiliki beragam aktivitas, ia ingin membuktikan bahwa dirinya mampu untuk mandiri dan bergaul dengan khalayak luas. (Nas/M-1)