02 February 2023, 09:01 WIB

Sebagian Bahan untuk Proses Pembalseman Mumi Ternyata Berasal dari Asia Tenggara


Adiyanto | Weekend

  Khaled DESOUKI / AFP
  Khaled DESOUKI / AFP
 Sebagian artefak yang ditemukan di Saqqara, Mesir.

Para arkelolog belum lama ini menemukan lusinan gelas dan mangkuk di area mumifikasi (tempat pembalseman mayat di era Mesir kuno).  Menurut hasil penelitian yang dirilis Rabu (1/2), penemuan sejumlah artefak ini telah membantu mengungkap bagaimana orang Mesir kuno mengawetkan mayat  di era itu. Yang mengejutkan, beberapa bahannya diimpor dari Asia Tenggara.

Para peneliti juga mendeteksi resin pohon dari Asia, minyak cedar dari Lebanon, dan bitumen dari Laut Mati. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan global telah membantu proses pembalsem di Mesir untuk  mendapatkan bahan-bahan terbaik dari seluruh dunia.

Orang Mesir kuno mengembangkan proses yang sangat maju untuk membalsem mayat. Mereka percaya bahwa jika mayat tetap utuh, dia akan mencapai alam baka.

Prosesnya memakan waktu hingga 70 hari. Termasuk untuk pengeringan tubuh jenazah dengan garam natron, dan mengeluarkan isi perutnya  seperti paru-paru, usus, dan hati.  Kemudian para pembalsem, didampingi para pendeta/dukun, membasuh jenazah dan menggunakan berbagai zat untuk mencegahnya membusuk. Tapi,  bagaimana persisnya hal ini dilakukan sebagian besar tetap misteri.

Kini, tim peneliti dari Universitas Tuebingen dan Munich Jerman bekerja sama dengan Pusat Riset Nasional di Kairo, telah menemukan beberapa jawaban dengan menganalisis residu di 31 bejana keramik yang ditemukan di tempat mumifikasi Saqqara.

Dengan membandingkan residu dengan wadah yang ditemukan di kuburan yang berdekatan, mereka dapat mengidentifikasi bahan kimia apa yang digunakan.

Menjaga aroma

“Zat tersebut memiliki sifat antijamur dan antibakteri sehingga membantu melestarikan jaringan manusia dan mengurangi bau tidak sedap,” kata penulis penelitian, Maxime Rageot, pada konferensi pers.

Dalam proses pembalseman itu bagian kepala mayat mendapat perawatan paling banyak dengan tiga ramuan berbeda. "Kami telah mengetahui nama dari banyak bahan pembalseman ini sejak tulisan Mesir kuno diuraikan," kata Egyptologist Susanne Beck dalam sebuah pernyataan dari Tuebingen University.

"Tapi sampai sekarang, kami hanya bisa menebak zat apa yang ada di balik setiap nama itu,” imbuhnya.

Label yang tertera pada sejumlah bejana yang ditemukan itu juga membantu ahli Mesir Kuno mengatasi kebingungan tentang nama beberapa zat tersebut.

“Sedikit detail yang kami ketahui tentang proses mumifikasi sebagian besar berasal dari papirus kuno.

Dengan mengidentifikasi residu dalam mangkuk/bejana itu, para peneliti menemukan bahwa kata antiu, yang telah lama diterjemahkan sebagai mur atau kemenyan, sebenarnya bisa jadi merupakan campuran dari berbagai bahan.

Di Saqqara, mangkuk berlabel antiu adalah campuran minyak cedar, minyak juniper atau cemara dan lemak hewani.

Mendorong 'globalisasi'

“Penemuan ini menunjukkan bahwa orang Mesir kuno telah membangun pengetahuan luar biasa yang terakumulasi selama berabad-abad proses pengawetan mayat," kata Philipp Stockhammer, Geoantropologidari Institut Max Planck, Jerman.

“Misalnya, mereka tahu bahwa jika garam natron diambil dari tubuh, akan segera dikolonisasi oleh mikroba yang akan memakan kulit," katanya.

Stockhammer mengatakan salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah adanya resin, seperti damar dan elemi, yang kemungkinan besar berasal dari hutan tropis di Asia Tenggara, serta pistacia, juniper, cemara, dan pohon zaitun dari Mediterania.

“Keragaman zat ini menunjukkan kepada kita bahwa industri pembalseman mendorong momentum untuk "globalisasi," kata Stockhammer.

Proses pembalseman diyakini telah mengambil keuntungan dari jalur perdagangan yang datang ke Mesir melalui Indonesia saat ini, India, Teluk Persia, dan Laut Merah sekitar tahun 2000 SM.

Penggalian yang dilakukan di Saqqara dipimpin oleh Ramadan Hussein, seorang arkeolog Universitas Tuebingen, yang meninggal tahun lalu sebelum penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu (1/2) lalu. (AFP/M-3)

 

BERITA TERKAIT