29 January 2023, 10:50 WIB

Netanyahu Kutuk Serangan oleh Warga Palestina yang Tewaskan 7 Warga Israel


Cahya Mulyana | Internasional

AFP/RONEN ZVULUN
 AFP/RONEN ZVULUN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu 

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjanjikan tanggapan yang kuat, cepat, dan tepat atas peningkatan kekerasan di Tepi Barat dan Jerusalem Timur yang diduduki pasukannya. Pernyataan itu ia sampaikan saat memimpin sidang kabinet soal keamanan, Sabtu (28/1).

Netanyahu mengungkapkan tanggapan tersebut terkait serangan paling mematikan yang dilakukan oleh seorang Palestina di Jerusalem Timur yang menewaskan tujuh orang pada Jumat (27/1). Israel mempersiapkan tanggapan atas serangan itu.

"Ada dua cabang utama dari apa yang kemungkinan akan disahkan oleh kabinet Netanyahu soal keamanan. Yang pertama menyangkut keluarga dan teman dari mereka yang diduga melakukan serangan baru-baru ini,” kata Aljazeera dalam laporan mereka.

Baca juga: Presiden Palestina Umumkan Berkabung Nasional Atas Peristiwa di Kamp Jenin

Netanyahu berpotensi melacak keluarga pelaku serangan di sebuah sinagoga itu. Dia berencana menyita dan menyegel rumah para kerabatnya.

Pilihan lain yang dapat dilakukan Netanyahu dengan mempercepat otorisasi izin senjata untuk warga Israel. 

“Polisi Israel sudah mendorong mereka yang sudah memiliki izin senjata untuk benar-benar mulai membawa senjata,” tambah laporan itu.

Israel telah memutuskan mengerahkan ribuan pasukan khusus di Jerusalem Timur dan Barat setelah negara itu ditempatkan pada keadaan siaga tertinggi setelah serangan tersebut. 

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir telah menyerukan kepemilikan senjata bagi warga Israel.

Serangan oleh warga Palestina terjadi di daerah yang dianeksasi Israel setelah perang 1967, meskipun aneksasi tersebut belum diakui secara internasional.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak menyalahkan Israel atas peningkatan kekerasan. Otoritas Palestina yang memiliki kekuasaan terbatas di Tepi Barat menangguhkan pengaturan kerja sama keamanan dengan Israel setelah serangan mematikan di Jenin beberapa bulan lalu.

Pada Sabtu (28/1), kepolisian Israel mengatakan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun warga Palestina di Jerusalem Timur menembaki sekelompok orang yang lewat. Aksinya melukai dua orang, sebelum dia ditembak dan dilukai oleh salah satu dari korban.

Keluarganya membantahnya dan sebaliknya menyatakan putranya sengaja ditembak warga Israel di sekitar Silwan, yang terletak di bawah tembok Kota Tua. Serangan itu disebut Israel sebagai peningkatan kekerasan setelah berbulan-bulan serangan negara itu hampir setiap hari di Tepi Barat.

Hampir 30 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel bulan ini. Tahun lalu, setidaknya 200 warga Palestina, pejuang maupun warga sipil dibunuh oleh pasukan Israel.

Basem Naim dari Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka siap menanggapi serangan Israel lebih lanjut. Dia mengatakan kelompok itu berkomitmen untuk membela rakyat dan keluarganya, serta Jerusalem dan Masjid al-Aqsa.

“Kami tidak merencanakan atau memulai eskalasi atau kampanye kekerasan apa pun. Kami juga siap, pada saat yang sama, untuk menanggapi (serangan) seperti biasa,” kata Naim.

Naim mengatakan Hamas akan mengupayakan kebebasan rakyat Palestina dengan segala cara yang tersedia, termasuk cara diplomatik, politik, dan bersenjata. Para pemimpin dunia mengutuk kekerasan yang meningkat di Israel dan wilayah Palestina, dengan Gedung Putih menyerukan de-eskalasi.

Kekerasan telah menunda kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke wilayah tersebut. Sebelumnya, Blinken dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Palestina, serta Netanyahu dari Israel.

Ini akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama pemimpin Israel dengan seorang pejabat AS dengan Netanyahu. Itu sejak dia kembali berkuasa bulan lalu sebagai kepala pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel. (OL-1)

BERITA TERKAIT