SETELAH diterbitkan pertama kali oleh Princeton University Press pada 2017, buku Evidence for Hope: Making Human Rights Work in the 21st Century karya Kathryn Sikkink akhirnya kini terbit dalam versi terjemahan bahasa Indonesia. Kehadiran buku yang dalam bahasa Indonesia berjudul Membuktikan Harapan: Efektivitas Perjuangan HAM di Abad Ke-21 itu disebut sebagai angin segar yang dapat menyulut semangat para aktivis pejuang hak asasi manusia (HAM) di dalam negeri.
"Saya sangat senang buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Ini buku pertama saya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Saya senang mengingat Indonesia adalah salah satu negara terbesar yang ada di dunia serta memiliki sejarah panjang perjuangan penegakan HAM dan keadilan," kata Sikkink dalam dialog virtual, Jumat (9/12).
Sebagai guru besar kebijakan HAM di Harvard Kennedy School, Sikkink mengaku menghabiskan beberapa dekade terakhir hidupnya untuk mendalami isu HAM di berbagai negara. Perjalanan tersebut mengantarkannya pada banyak pertemuan serta dialog dengan aktivis HAM berbagai negara. Dari sana ia tahu banyak aktivis HAM yang merasa perjuangan mereka di negara masing-masing terasa sia-sia dan tak menghadirkan perubahan bagi bangsa mereka.
"Saya menulis buku ini karena saya berdiskusi dengan beberapa aktivis di Mesir, Venezuela, dan banyak negara lain yang kadang merasa putus asa dalam memperjuangkan HAM. Mereka merasa hal yang mereka perjuangkan selalu berakhir sia-sia," ujar Sikkink.
Setelah melihat kondisi tersebut, Sikkink mencari cara untuk mengatakan kepada para aktivis tersebut bahwa apa yang mereka perjuangkan berdampak esensial dan konkret. Namun, ia merasa hal itu tak akan cukup jika hanya disampaikan dengan sekadar kata-kata penyemangat.
"Saya tak berusaha mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Yang saya tekankan bahwa memang itu sangat berat di beberapa negara, tapi itu tidak sia-sia. Jadi, saya menunjukkan beberapa contoh, dengan menggunakan data dan angka-angka dari banyak tempat di dunia, tempat perubahan HAM terjadi," tutur Sikkink.
Dijelaskan Sikkink, secara garis besar, buku tersebut terbagi atas dua tema. Pada bagian pertama banyak dibahas hal-hal dasar terkait dengan HAM. Mulai refleksi asal-usul HAM, hukum, dan norma-norma HAM. Lewat data dan pemikirannya, Sikkink menyampaikan, asal-usul hukum dan norma HAM sebenarnya jauh lebih beragam daripada yang selama ini sering dipahami banyak orang bahwa mayoritas gagasannya bersumber dari negara-negara Barat.
"Saya berargumen negara-negara, berbagai gerakan, dan orang-prang di belahan dunia bagian selatan selalu terlibat dalam pembentukan hukum dan norma-norma HAM," tutur Sikkink.
Bagian kedua buku banyak berbicara tentang efektivitas hukum dan kebijakan HAM. Di bagian tersebut Sikkink banyak menghadirkan data yang ia kumpulkan, baik dari hasil penelitiannya sendiri maupun penelitian ilmuwan lain yang ia rangkum. Dari data-data tersebut Sikkink membuktikan secara empiris hukum dan gerakan HAM di berbagai negara telah berjalan lebih efektif daripada yang diperkirakan para aktivis dan masyarakat kebanyakan.
"Untuk menunjukkannya, saya menghadirkan pembahasan tentang berbagai isu dalam periode jangka panjang. Hukum dan gerakan HAM telah memberi sumbangan berarti bagi peningkatan aktual HAM di dunia," kata Sikkink.
Pada bab 4 buku tersebut, Sikkink juga menghadirkan pembahasan tentang bagaimana Konferensi Asia-Afrika yang digelar di Bandung pada 1955 telah memicu perubahan signifikan dalam perwujudan HAM di negara-negara pesertanya. Seperti diketahui, pada konferensi tersebut, mayoritas negara pesertanya belum lama meraih kemerdekaan. Mereka masih berjuang menyuarakan pentingnya dekolonialisasi, mengupayakan untuk menentukan nasib sendiri sebagai sebuah bangsa, serta mewujudkan tercapainya HAM yang adil.
Sikkink mengatakan ia tahu Indonesia merupakan salah satu negara yang punya sejarah panjang dalam mengupayakan terwujudnya HAM dengan adil dan ideal. Ia juga memahami bahwa perjuangan tersebut masih terus berjalan dan penuh dengan dinamika. Karena itu, keyakinan dan kesadaran atas adanya kontribusi dari setiap upaya memperjuangkan HAM harus terus terjaga.
"Perjuangan HAM bukan hal yang mudah. Ada banyak kesulitan dan ganjalan dalam perjalanannya yang panjang, tapi banyak bukti dari berbagai belahan dunia bahwa perjuangan itu bisa mengakibatkan perubahan positif. Apa yang terjadi memang kebanyakan tidak seperti yang kita dambakan, tetapi kita harus terus mengupayakannya karena ini ialah proyek yang tidak pernah selesai," ujar Sikkink.
Ketua Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRSC) UGM Zainal Abidin mengatakan sejauh ini belum banyak hasil penelitian dan buku dalam bahasa Indonesia yang memuat pembahasan soal HAM secara luas. Karena itu, kehadiran buku karya Sikkink tersebut menjadi sangat penting bagi bidang HAM di Indonesia baik untuk para peneliti, aktivis, maupun masyarakat secara umum.
"Maksud saya, penelitian yang membahas konteks sosial politiknya secara lebih luas, melihat dari sisi sosiologis, antropologis, dan lain-lain. Kekosongan itu yang kami coba penuhi dengan menerbitkan buku, termasuk buku terjemahan ini," ujar Zainal.
Dikatakan Zainal, buku tersebut menjawab persoalan besar yang kerap hadir dalam ranah perjuangan perwujudan HAM, yaitu skeptisisme. Di Indonesia, skeptisisme terhadap perwujudan HAM yang adil dan berpihak pada masyarakat juga menjadi hal yang terus bermunculan, khususnya pascapengesahan KUHP baru.
"Banyak orang yang makin skeptis dan merasa justru terus mundur. Skeptisisme semacam itu tidak pernah berhenti dan tentu itu wajar, tapi menurut saya penting juga untuk mengajak melihat bahwa pekerjaan ini bukan pekerjaan yang sia-sia," ujar Zainal.
Sikkink dan Zainal sama-sama berpendapat, perjuangan HAM bukan hal mudah dan instan. Itu sebuah perjuangan dan gerakan jangka panjang yang tak akan bisa tercapai tanpa keyakinan dan harapan. Karena itu, Membuktikan Harapan: Efektivitas Perjuangan HAM di Abad Ke-21 menjadi sangat penting bagi para pejuang HAM agar tak menyerah dan berhenti berjuang.
Buku tersebut membuka mata para aktivis HAM yang mungkin telah terpengaruh oleh skeptisisme untuk kembali sadar bahwa apa yang mereka perjuangkan tetap berdampak positif. Mereka telah melangkah di jalan yang benar dan tak boleh memilih untuk berheti berjuang. (Pro/M-2)
Judul: Membuktikan Harapan: Efektivitas Perjuangan HAM di Abad Ke-21
Penulis: Kathryn Sikkink
Penerjemah: Raditya Darningtyas & Irsyad Rafsadie
Penerbit : Pusat Studi Agama dan Demokrasi (Pusad) Yayasan Wakaf Paramadina (Cetakan I: 2022)
ISBN: 978-623-88282-0-3