REKTOR Universitas Terbuka (UT), Prof. Ojat Darojat mengungkapkan bahwa sekitar 60% dari mahasiswa UT berada pada usia produktif.
Hal itu merupakan potensi besar untuk mendorong pengembangan kewirausahaan dan ekonomi kreatif yang bisa mendukung pembangunan nasional.
"Dengan jumlah mahasiswa usia produktif yang besar dan tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri kami memegang tanggung jawab dalam mengembangkan potensi mahasiswa kami terutama di bidang kewirausahaan dan ekonomi kreatif," jelasnya.
"Sehingga dapat berpartisipasi dalam program pembangunan ekonomi nasional," ujarnya dalam acara Stadium Generale III dengan tema Peran UMKM delam Menghadapi Persaingan Global Pasca Pandemi, Minggu (27/11).
Dijelaskannya, saat ini mahasiswa UT berjumlah 420.000 orang yang aktif dan tersebar di 515 kab/kota serta di 50 negara. Jumlah mahasiswa tersebut merupakan yang paling besar dibandingkan dengan PTN dan PTS lain di negeri ini.
Baca juga: Universitas Terbuka (UT) Siap Bertransformasi Jadi Digital Learning Ecosystem
Saat ini pun status UT telah resmi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Sejak 20 Oktober lalu, UT telah menjadi PTN yang lebih mandiri.
"Peningkatan status UT sebagai PTN BH diharapkan dapat semakin optimal dalam memberikan akses dan layanan pendidikan tinggi bagi masyarakat Indonesia," imbuhnya.
Lebih lanjut, Prof. Ojat menyampaikan bahwa kegiatan Stadium Generale merupakan serangkaian upaya UT untuk meningkatkan kompetensi akademik dan non-akademik mahasiswa.
Dengan demikian, para mahasiswa bisa memiliki daya saing di masyarakat, khususnya memberikan pengetahuan, inspirasi serta praktik baik di bidang kewirausahaan pada skala mikro kecil menengah (UMKM).
"Selain itu stadium ini diharapkan dapat mendorong dan memotivasi para pelaku UMKM untuk terus tumbuh dan berkembang agar mampu bersaing di era global pasca pandemi," tambahnya.
Menurutnya, pengembangan UMKM dengan meningkatkan kompetensi generasi muda dalam berkrasi dan inovasi sangat penting saat ini. Di tengah ancaman krisis atau resesi ekonomi, UMKM menjadi tulang punggung bangsa Indonesia.
Hasil survei dari BPS, Bappenas dan World Bank menunjukkan bahwa pandemi menyebabkan banyak UMKM terkendala baik permodalan, bahan baku dan biaya operasional serta gaji karyawan, sehingga harus melakukan pemutusan hubungan kerja.
Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat sejatinya UMKM memiliki kontribusi besar terhadap PDB yaitu sebesar 61,97% dari total PDB nasional atau setara dengan 8.500 triliun pada tahun 2020.
"UMKM juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar yaitu 97% dan daya serap dunia usaha pada tahun 2020," kata dia.
Keberadaan UMKM sangat berdampak pada kemajuan sebuah negara. Pasalnya, kemandirian suatu bangsa salah satunya ditandai dengan banyaknya wirausahawan dengan skala kecil menengah yang mampu memberikan sumbangsih dalam ekonomi negara.
Apalagi di tengah sentimen positif bahwa kondisi ekonomi tahun ini akan membaik, membuat sektor UMKM harus bisa memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi saat ini untuk pulih kembali.
Prof. Ojat mengatakan bahwa perubahan perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis sebagai akibat dari covid-19 membuat konsumen lebih banyak melakukan aktivitas di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Data di Kadin menunjukkan sebanyak 12,5% UMKM Indonesia yang sudah menerapkan strategi jualan online pada saat pandemi covid-19 di tahun 2020-2021, seluruhnya tidak terkena dampak ekonomi, bahkan sebesar 27,6% diantaranya menunjukkan peningkatan penjualan.
"Beragam media sosial dapat dimanfaatkan para pelaku untuk memasarkan produk-produk UMKM -nya seperti IG FB dll.
Usaha inovatif ini perlu dukungan pemerintah melalui berbagai pelatihan tentang pemanfaatan pengetahuan dan teknologi informasi untuk pengelolaan UMKM di tanah air," ucap Prof. Ojat.
Sementara itu, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa menjadi wirausahawan itu gampang-gampang sulit. Semuanya tergantung pada kemauan dan tekad dari setiap orang, khususnya para generasi muda saat ini.
"Bicara UMKM bicara dunia usaha sebenarnya ini susah-susah gampang . Susah karena kita selalu diterjang keraguan dan malas. Gampang karena semua ruang terbuka untuk usaha. Apalagi era modern, era digitalisasi seperti ini sangat mudah untuk menjadi pengusaha," jelasnya.
Dia pun mengajak mahasiswa untuk menjadi wirausahawan atau pelaku ekonomi kreatif.
Dengan dukungan teknologi informasi dan digitalisasi yang sudah berkembang pesat, menjadi wirausahawan saat ini tidak perlu membutuhkan modal yang besar.
"Jadi wirausaha bukan pekerjaan sulit yang penting ada kemauan, tekad karena semua kebijakan pemerintah membuka ruang bagi saudara, kemajuan teknologi dan digitalisasi juga membuka peluang mempermudah usaha," tandasnya. (Van/OL-09)