27 October 2022, 14:00 WIB

Gareth Southgate Tecambuk Keberhasilan Timnas Putri Inggris


Dhika Kusuma Winata | Sepak Bola

AFP/Paul ELLIS
 AFP/Paul ELLIS
Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate

DI bagian resepsionis markas timnas Inggris, di St George's Park, ada foto yang meneror Gareth Southgate. Foto itu tidak lain ialah keberhasilan timnas putri Inggris menjadi kampiun Piala Eropa, Juli 2022 lalu.

Pelatih lain mungkin saja merasa terejek atau tersiksa batin oleh foto-foto perayaan juara seperti itu. Namun, Southgate menyebut terinspirasi dan merasa makin termotivasi untuk membawa kejayaan serupa di timnas senior putra. Dia yakin Inggris sejak di bawah asuhannya semakin dekat kepada momen itu.

"Dengan tim nasional ini, ekspektasinya selalu tinggi, dan pada akhirnya Anda dinilai berdasarkan hasil. Reputasi dan bagaimana kami membangun adalah satu hal, tetapi jika Anda tidak menang, itu menentukan suasana hati," kata Southgate.

Baca juga: Timnas Inggris Hadapi Ekspektasi Tinggi di Piala Dunia 2022

Southgate dipromosikan menangani timnas senior setelah tiga tahun memoles tim U-21. 

Ketika dia mengambil alih tim utama itu, Inggris sedang surut-surutnya. The Three Lions tersingkir dari babak penyisihan grup di Piala Dunia 2014. Dua tahun berikutnya, Inggris menderita kekalahan memalukan di babak 16 besar Piala Eropa setelah takluk dari Islandia.

Sejak itu, the Three Lions membuang label sebagai tim yang selalu tampil buruk pada turnamen besar dengan mencapai semifinal Piala Dunia pertama mereka dalam 28 tahun di Rusia 2018 kemudian final Piala Eropa pertama dalam sejarah mereka, tahun lalu.

Southgate yakin Inggris bisa berprogres menapaki tangga yang lebih tinggi di Qatar. Pasalnya, tim lain yang juara selama bertahun-tahun juga cenderung mencapai semifinal dan final terlebih dahulu.

"Ini salah satu target kami dari level junior sampai senior, untuk secara konsisten mencapai semifinal. Karena saat Anda mencapai tahap akhir turnamen, Anda mulai belajar bagaimana memenangi pertandingan besar itu," jelasnya.

Southgate sempat tidak dianggap sebagai pilihan yang bisa membawa kebangkitan Inggris. Namun, lambat laun dengan caranya yang terukur dan bersahaja, dia mulai menumbuhkan harapan pada tugas berat yang diembannya.

Pemain-pemain muda berani dimainkannya dan sistem pun diubah. Yang tidak kalah pentingnya, Southgate mengubah suasana permusuhan yang mengakar di dalam skuat. Itu menjadi pekerjaan berat yang bahkan pelatih terdahulu sekaliber Fabio Capello tak berhasil mengatasinya.

"Saya menyadari (tekanan) itu sebagai manajer dan penting bagi saya untuk mengangkat tekanan dari para pemain, karena kami ingin mereka merasa bebas ketika bermain untuk Inggris," imbuhnya.

Southgate juga membuktikan dirinya sebagai ahli taktik yang mudah beradaptasi. Dari formasi 3-5-2, Southgate menerapkan 3-4-3 dan terakhir 4-3-3 serta 4-2-3-1 untuk memberi tempat kepada talenta-talenta muda. 

Namun, dengan empat bek mereka justru dicukur Hongaria di ajang Liga Negara UEFA 2022 lalu. Southgate pun diprediksi bakal mengganti formulanya untuk di Qatar. (FIFA/OL-1)

BERITA TERKAIT