24 October 2022, 15:42 WIB

Bahlil: Pertumbuhan Investasi Asing pada Kuartal III 2022 Cetak Sejarah


Insi Nantika Jelita | Ekonomi

Antara
 Antara
Pekerja melintas di proyek pembangunan transportasi publik di Jakarta.

MENTERI Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada kuartal III 2022 mencetak sejarah dengan pertumbuhan terbesar.

Nilai PMA mencapai Rp168,9 triliun atau 54,9% dari total jumlah investasi kuartal III 2022 Rp307,8 triliun. Jumlah PMA meningkat secara tahunan sebesar 63,6% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya dan tumbuh 3,5% dibanding kuartal sebelumnya.

"Ketika FDI (Foreign Direct Investment) negara-negara lain turun, tapi alhamdulillah PMA Indonesia capai Rp168,9 triliun. Ini terbesar sepanjang sejarah, luar biasa sekali tumbuh 63,6%," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Senin (24/10).

Adapun Singapura menempati urutan pertama sebagai negara asal PMA terbesar di kuartal III 2022, dengan realisasi investasi sebesar US$3,8 miliar. Capain itu berkisar 32,5% dari total investasi PMA pada kuartal tersebut.

Baca juga: Presiden Ingin Swasta Segera Investasi di IKN Nusantara

Berikutnya, Tiongkok dengan realisasi investasi mencapai US$1,6 miliar, atau 13,3% dari total PMA di kuartal III 2022. Lalu, Jepang dengan US$1 miliar, Hong Kong dengan US$1 miliar dan Malaysia dengan investasi sebesar US$900 juta.

"Ada beberapa investasi dari Korea, masuknya ke Malaysia, karena mereka mengakuisisi perusahaan di sana. Contoh Lotte, bukan sepenuhnya uang Malaysia," imbuh Bahlil.

Baca juga: BI: Aliran Modal Asing Keluar Rp650 Miliar dalam Sepekan

Hampir semua negara yang melakukan investasi di Indonesia memiliki tipe berbeda. Indonesia diunggulkan dengan kekayaan sumber daya alam dan bahan mentah, yang bisa memperbaiki ekosistem logistik di tengah pelambatan ekonomi global, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.

"Penataan terhadap aturan regulasi dan insentif pun semakin hari semakin baik. Terakhir adalah stabilitas politik dan kondisi kenyamanan mereka di Indonesia," jelasnya.

Menurutnya, Indonesia tetap akan menjadi pilihan di sektor investasi, khususnya terkait hilirisaisi. "Dengan Tiongkok lagi dorong hilirisasinya. Jadi, sekalipun di sana itu slow down, tapi investasi kita akan baik-baik saja," tutupnya.(OL-11)
 

BERITA TERKAIT