SKK Migas melaporkan bahwa penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai US$13,95 miliar atau setara Rp202 triliun hingga September atau triwulan III 2022.
Angka tersebut lebih tinggi dari pencapaian penerimaan negara di sektor hulu migas sepanjang 2021, yang berkisar US$13,8 miliar.
"Penerimaan negara sebanyak US$13,95 miliar itu sekitar 140% dari target APBN 2022 dan sekitar 83% dari target APBN-P 2022," ungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers, Senin (17/10).
Untuk realisasi investasi migas pada triwulan III 2022 tercatat US$7,7 miliar dari target US$ 13,2 miliar. Pihaknya optimistis dengan didorongnya kegiatan pengeboran sumur pengembangan, maka terdapat penambahan investasi 30% hingga akhir tahun.
Baca juga: Menkeu: Pemerintah Berusaha Maksimal Tekan Kemiskinan
Lalu, kegiatan pengeboran sumur pengembangan hingga triwulan III 2022 mencapai 545 sumur, atau sudah sekitar 171% jika dibandingkan capaian pada triwulan III 2021. Untuk kegiatan workover sudah mencapai 495 sumur atau sekitar 87% dari target tahun ini.
Sedangkan, kegiatan well service sudah mencapai 22.511 sumur, atau sekitar 134% dibandingkan triwulan III 2021 dan sekitar 99% dari target 2022. Adapun kinerja utama hulu migas pada aspek reverse replacement ratio (RRR) sudah melampaui 100%.
Hal itu disebabkan adanya tambahan persetujuan plan of development (POD) pada awal Oktober. Pihaknya memperkirakan hingga akhir 2022, capaian RRR akan mencapai sekitar 186% dari target.
Baca juga: OPEC Pangkas Produksi Minyak, SKK Migas: Ada Peluang Emas
"Untuk investasi migas dalam jangka panjang, Indonesia barangkali mesti berani ambil drilling di tempat lebih berisiko, seperti laut lebih dalam," pungkas Dwi.
Hingga triwulan III 2022, produksi minyak mencapai 613 ribu barel minyak perhari (BOPD) dan lifting minyak mencapai 610 BOPD.
Kemudian, salur gas sebesar 5.353 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Adapun total lifting migas mencapai 1,562 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), atau sekitar 89,8% dari target 2022.(OL-11)