DUNIA dikejutkan keputusan OPEC+ yang memangkas produksi 2 juta barel minyak per hari (BOPD), namun SKK Migas menilai ada peluang baik yang bisa didapatkan untuk Indonesia. Terutama, dari aspek investasi hulu di sektor minyak dan gas (migas).
"Kalau buat Indonesia, khususnya di hulu migas akan bagus. Sebab, motivasi orang (investor) untuk berinvestasi akan lebih baik, karena keekonomiannya lebih bagus," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers, Senin (17/10)
Dengan adanya ketegangan hubungan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, atau negara lain seperti Rusia, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan hal tersebut untuk menarik investor di sektor hulu migas. Ekspor minyak Rusia diperkirakan berkurang 1-3 juta BOPD.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Kembali Turun Selama Tiga Hari Berturut-turut
"Untuk Indonesia akan bagus, karena kita teman kedua-duanya, ke Amerika atau ke Arab Saudi. Kami tidak berada dalam konflik, jadi seharusnya jadi alternatif investasi berbagai pihak," jelasnya.
Demi menarik investasi hulu migas, pemerintah telah mengubah terms and condition penawaran wilayah kerja migas. Untuk wilayah kerja migas dengan risiko sangat rendah (very low risk), pemerintah menawarkan bagi hasil migas 80% untuk negara dan 20% untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Baca juga: Industri Migas Didorong Optimalkan Produksi Produk Turunan
Sementara itu, untuk gas komposisinya ialah 75% bagian pemerintah dan 25% untuk KKKS. "Tantangannya, bagaimana kami berupaya meningkatkan transformasi. Sehingga, bisa memperbaiki iklim investasi di Indonesia," imbuh Dwi.
Namun, pemangkasan produksi 2 juta BOPD oleh OPEC+ akan berdampak pada beban subsidi BBM di dalam negeri. Pasalya, Indonesia merupakan net importir minyak. Harga minyak dunia diketahui berada di level US$80-90 per barel, yang seharusnya turun di bawah US$80 per barel.(OL-11)