UNIVERSITAS Tarumanagara (Untar) menghadirkan pertunjukan wayang, Jumat (7/10) malam di Kampus Untar II, Jakarta. Pertunjukkan ini menjadi rangkaian Dies Natalis ke-63 Universitas Tarumanegara.
"Wayang memiliki pelajaran pendidikan yang terkait kebaikan dan kejahatan. Di akhir sesi nanti, kejahatan pasti kalah oleh kebaikan. Happy ending," terang Rektor Untar, Agustinus Purna Irawan
Pertunjukan wayang ini diisi Elisa Orcarus Allaso, seorang dalang perempuan yang meneruskan mendiang dalang ternama, Ki Seno. Elisha, menurut Agustinus, memiliki banyak kekhasan yang bisa menginspirasi mahasiswa Untar.
Elisha merupakan dalang milenial yang berasal dari luar Pulau Jawa, dan memiliki darah campuran Sulawesi Tengah, Minang, Venezuela dan Prancis. Padahal, dalang selama ini identik dengan Jawa.
"Pesannya, ternyata profesi itu bisa beragam tidak hanya oleh laki atau perempuan, semua punya kompetensi untuk sama sama maju, tidak ada diskriminasi profesi," ujar Agustinus.
Cerita wayang kali ini mengambil judul `Semar Bangun Kayangan`, Agustinus menyebut ini menjadi simbol komitmen Untar untuk hadir sebagai perguruan tinggi yang menjunjung harmoni, semangat, dan rasa saling menghargai untuk mencapai kebersamaan dan kemakmuran.
"Semar itu adalah dewa, dewa yang hebat, tapi kemudian dia melihat situasi di kayangan dan dunia. Dia ditugaskan untuk mendampingi di dunia, agar dunia seperti kayangan. Pas dia pergi, dia juga melihat kayangan berantakan. Akhirnya dia membangun kayangan, membangun kehidupan masyarakat yang harmoni, tidak ada kekerasan, pertentangan, saling menghormati, menghargai," jelasnya.
Agustinus menambahkan, penanaman nilai-nilai budaya nasional di Universitas Tarumanagara membuat mahasiswa tidak asing dengan kegiatan kebudayaan. Saat ini ada 26 UKM yang di antaranya merupakan UKM tentang budaya, baik nasional maupun luar negeri.
Demikian pula ketika penyelenggaraan kegiatan akbar seperti wisuda. Agustinus mengatakan, pihaknya selalu mengusung tema budaya salah satu kebudayaan lokal di setiap sesi wisuda.
Dalam kesempatan sama, Ketua Yayasan Untar Dr. Ariawan Gunardi mengatakan pementasan wayang guna menjaga kelestarian budaya Indonesia di ¡usantara dan internasional. Apalagi wayang telah diakui menjadi warisan budaya dunia oleh badan PBB, Unesco
"Tentu kita sebagai warga Indonesia mesti turut menjaga kelestarianjya., karena wayang adalah warisan budaya Indonesia dan diakui badan dunia Unesco," kata Ariawan.
Ia berharap, Dies Natalis ke 63 Untar menjadi bagian kontribusi Untae melalui wayang kulit ini. "Wayang kulit juga dijadikan alat untuk pembelajaran. Kita yang hadir semua ini semoga dapat memetik pesan yagn disampaikan dalam pagelaran wayang ini," pungkasnya. (OL-8)