Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, ditunjuk sebagai Perdana Menteri Kerajaan. Keputusan itu diterbitkan Raja Salman melalui dekrit reshuffle kabinet.
Mohammed sudah menjadi penguasa de facto di sektor pengekspor minyak terbesar di dunia. Penunjukan itu meresmikan perannya sebagai pemimpin pemerintahan kerajaan.
Putra mahkota, yang dikenal dengan inisial MBS, sebelumnya menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan. Posisinya sebelumnya digantikan adiknya, Khalid bin Salman, yang merupakan Wakil Menteri Pertahanan.
Reshuffle juga menimpa menteri senior lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Keuangan Mohammed al-Jadaan dan Menteri Investasi Khalid al-Falih. Dengan menunjuk MBS sebagai Perdana Menteri yang biasanya dirangkap oleh Raja menujukkan transfer kekuasaan yang lambat namun stabil.
Dekrit kerajaan yang ditandatangani Raja Salman pada Selasa (27/9) itu tidak menyertakan alasannya. Namun kantor berita yang dikelola Arab Saudi, SPA mengatakan bahwa Raja Salman yang tetap menjadi kepala negara akan terus memimpin.
Pada bulan Mei, Raja Salman dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan dan perawatan medis. MBS yang berusia 37 tahun itu sudah bertanggung jawab atas banyak portofolio utama kerajaan, termasuk ekonomi, pertahanan, minyak, dan keamanan internal.
Visi 2030
Pada April 2016, MBS memperkenalkan Visi 2030. Visi masa depan Arab Saudi yang bertujuan menjadikan kerajaan sebagai jantung dunia Arab dan Islam, pusat investasi, dan pusat yang menghubungkan tiga benua.
Inisiatif ini berusaha untuk mendiversifikasi dan memprivatisasi ekonomi, dan membuatnya kurang bergantung pada minyak. Pada 2030, inisiatif ini juga bertujuan untuk membangun sistem e-government.
MBS menjadi pewaris takhta pada 2017, setelah sebelumnya menjabat menteri pertahanan. Langkahnya yang paling menonjol sebagai Menteri Pertahanan adalah memimpin Operation Decisive Storm, koalisi pimpinan Saudi di Yaman melawan pemberontak Houthi, yang diluncurkan pada Maret 2015.
Dia juga telah mendorong kebijakan luar negeri yang lebih agresif untuk melawan pengaruh Iran. MBS telah mengubah Arab Saudi secara radikal sejak ia naik ke tampuk kekuasaan saat ia memimpin upaya untuk mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada minyak, memungkinkan perempuan untuk mengemudi dan mengekang kekuasaan ulama atas masyarakat.
Reformasinya telah dilakukan dengan tindakan keras dan besar-besaran terhadap perbedaan pendapat, dengan aktivis, bangsawan, aktivis hak-hak perempuan dan pengusaha dipenjara.
Pada November 2017, empat menteri, 11 pangeran dan beberapa pengusaha terkenal ditahan atas perintah MBS dengan dalih anti-korupsi. Namun, tindakan tersebut menargetkan banyak kompetitornya dalam perebutan kekuasaan.
MBS telah menjamu Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk membangun kembali hubungan bilateral yang kacau dengan Washington atas pembunuhan kolumnis Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul pada 2018 oleh agen-agen Saudi. (Aljazeera/OL-12)