22 September 2022, 21:34 WIB

Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Pertanda Risiko Demensia


Nike Amelia Sari | Weekend

123RF
 123RF
Frekuensi mimpi buruk bisa jadi pertanda risiko demensia di masa mendatang. 

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet, eClinicalMedicine, menunjukkan bahwa mimpi buruk dapat menjadi lazim beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade sebelum memori karakteristik dan masalah berpikir dari demensia terjadi.

Orang yang sering mengalami mimpi buruk di usia paruh baya lebih mungkin  didiagnosis dengan demensia di kemudian hari, menurut penelitian di University of Birmingham.

Dr Abidemi Otaiku, dari Pusat Kesehatan Otak Manusia Universitas Birmingham, mengatakan bahwa ia dan timnya telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa mimpi buruk dapat dikaitkan dengan risiko demensia dan penurunan kognitif di antara orang dewasa yang sehat di populasi umum.

"Ini penting karena hanya ada sedikit indikator risiko demensia yang dapat diidentifikasi sejak usia paruh baya. Sementara lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengonfirmasi hubungan ini, kami percaya mimpi buruk bisa menjadi cara yang berguna untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi mengembangkan demensia, dan menerapkan strategi untuk memperlambat timbulnya penyakit," ujarnya, dikutip dari sciencedaily.com, Rabu (21/9).

Dalam studi tersebut, Dr Otaiku memeriksa data dari tiga kohort berbasis komunitas di AS.  Ini termasuk lebih dari 600 pria dan wanita dewasa berusia antara 35 dan 64 tahun, dan 2.600 orang dewasa berusia 79 tahun ke atas.  Semua peserta bebas demensia pada awal penelitian dan ditindaklanjuti selama rata-rata sembilan tahun untuk kelompok yang lebih muda dan lima tahun untuk peserta yang lebih tua.

Studi ini mulai mengumpulkan data antara tahun 2002 dan 2012. Peserta menyelesaikan berbagai kuesioner, termasuk Pittsburgh Sleep Quality Index, yang mencakup pertanyaan tentang seberapa sering individu mengalami mimpi buruk.

Data ini dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik untuk mengetahui apakah peserta dengan frekuensi mimpi buruk yang lebih tinggi lebih mungkin mengalami penurunan kognitif dan didiagnosis menderita demensia.

Penelitian menunjukkan bahwa orang paruh baya yang mengalami mimpi buruk empat kali atau lebih dalam sepekan mungkin mengalami penurunan kognitif selama dekade berikutnya, sementara orang yang lebih tua dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita demensia.

Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa asosiasi itu jauh lebih kuat untuk pria daripada wanita.  Misalnya, pria yang lebih tua yang mengalami mimpi buruk setiap minggu lima kali lebih mungkin mengembangkan demensia daripada pria yang lebih tua yang tidak mengalami mimpi buruk.  Namun, pada wanita, peningkatan risikonya hanya 41 persen.

Langkah selanjutnya untuk penelitian ini akan mencakup penyelidikan apakah mimpi buruk di kalangan anak muda dapat dikaitkan dengan risiko demensia di masa depan, dan apakah karakteristik mimpi lainnya, seperti seberapa sering kita mengingat mimpi dan seberapa jelas mimpi itu, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko demensia.  Menggunakan electroencephalography (EEG) dan magnetic resonance imaging (MRI), para peneliti juga berencana untuk menyelidiki dasar biologis dari mimpi buruk pada orang sehat dan penderita demensia. (M-2) 

BERITA TERKAIT