DENGAN mengembangkan konsep penambangan modern, Media Djaya Bersama (MDB) Group melalui anak perusahaan PT Mifa Bersaudara (MIFA) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) hadir di 'Bumi Serambi Mekah' dengan infrastruktur lengkap.
Direktur Utama PT Mifa Bersaudara dan BEL Ricky Nelson menyebutkan perusahaan mengadopsi kemajuan sektor pertambangan saat ini serta teknologi yang sedang dikembangkan.
Dalam pengelolaan lingkungan, MDB mengontrol berbagai aspek seperti udara, kebisingan, dan pengaruh dari aliran air. "Sebelum aliran air ini mengalir keluar dari tambang, harus kita kondisikan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah," jelasnya.
Di dunia tambang, kata Ricky, hal ini disebut good mining practice. Artinya, saat pembukaan lahan, tanah subur atau top soil dikumpulkan di satu tempat. Kesesuaian atau volume tanah tersebut dijaga, dioptimalkan sehingga tidak banyak yang terbuang.
Setelah penambangan selesai dan ditanam ulang, material top soil itu dikembalikan ke tempat asal. Hal itu akan mempercepat tumbuh hijaunya lagi atau kembalinya kondisi sehat dari kondisi tanah itu sendiri.
Di dalam teknologi yang lain, MDB Group juga memanfaatkan teknologi informasi. Misalnya, sistem kontrol dari sekian banyak truk atau unit-unit operasi bisa dimonitor dari stasiun kontrol, baik di tambang, di jalan howling, maupun di jeti.
"Kita terus mencoba mengadopsi teknologi-teknologi apa yang membuat tambang kita lebih optimal dan lebih aman karena dengan area yang cukup luas, bantuan tools teknologi informasi itu akan membuat operasi kita jauh lebih aman," jelas Ricky.
Artificial intelligence
Tak hanya itu, artificial intelligence (AI) digunakan dalam operasional pertambangan. Antara lain untuk membuat analisis-analisis, misalnya, untuk kondisi laut.
"Kapan kondisi laut tidak aman atau kembali aman, itu kita menggunakan AI sehingga data-data historical itu bisa menjadi forecasting untuk ke depan, termasuk pola penambangan dan segala macam," jelasnya.
Secara terpisah, Kepala Teknik Tambang MIFA Hadi Firmansyah menjelaskan perusahaan melakukan beberapa inovasi untuk mencapai target produksi yang lebih tinggi. Antara lain dengan mengefisienkan energi yang digunakan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Dari 2018 kita sudah melakukan beberapa inovasi. Di antaranya pengalihan, yang awalnya menggunakan genset, kita berubah ke PLN. Kita juga sudah memasang beberapa lampu solar cell untuk menurunkan efek gas rumah kaca," kata Hadi.
Ke depan, lanjutnya, perusahaan sedang menginisiasi untuk memasang solar cell di area perkantoran dan mes.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin mengatakan inovasi teknologi pemanfaatan batu bara dapat mendukung pencapaian transisi energi.
Menurut dia, transisi energi tidak harus meniadakan batu bara. Dengan inovasi teknologi, emisi dari batu bara bisa ditekan sehingga target net zero emission (NZE) pada 2060 tetap bisa dicapai.
"Mari kita berpikir dengan cara lain. Kata kuncinya transisi energi berkelanjutan. Net zero emission pada 2060 itu yang menjadi skenario besar yang harus kita rumuskan dengan langkah tidak biasa-biasa saja. Kuncinya adalah inovasi," ujarnya. (Ifa/Ant/S3-25)