PROYEKSI pertumbuhan sektor pertanian pada 2023 yang sebelumnya diperkirakan mencapai 4% sampai dengan 4,2% diturunkan menjadi 3,7%. Penurunan proyeksi pertumbuhan ini dilakukan setelah menghitung dampak La Nina.
Guru Besar IPB University Dwi Andreas Santosa mengatakan fenomena La Nina memang tidak bisa disepelekan. Karena itu sudah sepatutnya, pemerintah mengantisipasinya.
"Penyumbang terbesar sektor pertanian itu di perkebunan dan tanaman pangan. Pemerintah harus berhati-hati, kalau fenomena La Nina terjadi produksi dari kedua sektor ini akan terganggu," ungkapnya kepada Media Indonesia.
Untuk meminimalisir dampaknya, Andreas pun menyarankan perbaikan berbagai infrastruktur pertanian untuk memitigasi ancaman fenomena La Nina. Beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya ialah membangun embung, memperbaiki irigasi, dan memperbaiki waduk yang dangkal untuk menampung air hujan ketika memasuki musim penghujuan.
Dia juga mengomentasi terkait rencana pengembangan komoditas untuk substitusi impor seperti gandum yang akan diganti dengan sorgum, sagu dan lainnya.
"Substitusi ini tidak bisa sembarangan. Harus menggunakan teknologi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat. Gandum misalnya diganti sorgum itu sulit lih. Butuh anggaran yang besar dan ini juga harus jangka panjang. Harus serius, kalau tidak nanti petani yang jadi korban," pungkasnya. (H-2)