11 August 2022, 21:11 WIB

Literasi Digital Dapat Tangkal Hoaks di Internet


Mediaindonesia.com | Teknologi

Ilustrasi
 Ilustrasi
Ilustrasi hoaks

BERITA hoaks turut mengincar pengguna internet seiring dengan ramainya penggunaan media sosial. Perlunya upaya dan langkah yang bijak dalam menyebarkan informasi di dunia maya. Oleh karena itu, tidak boleh lupa untuk selalu mengecek kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya. 

Hal itu menjadi perbincangan dalam webinar bertema “Bijak dan Cakap Menghadapi Informasi Hoaks”, Selasa di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. 

Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan, platform Facebook memegang persentase tertinggi terkait tempat beredarnya hoaks selama 2021, yakni sebesar 49,4% lalu disusul oleh Whatsapp dan Twitter. Untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut, maka perlu mengenali tempat untuk mencari fakta, seperti situs web ataupun chatbot Whatsapp.

“Tools verifikasi foto ada beberapa macam. Pertama, Google, mesin pencari terbesar di dunia. Kedua, mesin pencari dari Rusia, namanya Yandex. Ini sangat powerful. Ketiga, ada Bing dari Microsoft,” ujar Eko.

Jurnalis Freelance sekaligus Relawan Edukasi Anti Hoaks Indonesia Irmawati Puan Mawar menekankan untuk selalu mengecek kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya. 

Menurut Irma, apabila tidak memiliki waktu untuk mengeceknya, maka lebih baik tidak usah disebarkan. Irma turut menyampaikan beberapa alasan mengapa media sosial sangat populer walaupun menjadi sarana menyebarnya hoaks, diantaranya yaitu setiap pengguna dapat terlibat secara langsung, bersifat terbuka, dapat memiliki beberapa akun, dan waktunya nyata (realtime).

“Jejak digital memang dapat membentuk citra diri seseorang namun hal tersebut dapat dicari, di lihat, disalin, dicuri, dipublikasikan, dan diikuti oleh orang lain sehingga kita perlu berhati-hati,” katanya.

Baca juga : Mekari: Solusi Digital Tingkatkan Resiliensi UMKM Hadapi Gejolak Ekonomi

CEO PT Mahakarya Berkah Sejahtera dan Dosen Komunikasi IAI Dalwa Pasuruan Muhajir Sulthonul Aziz menegaskan pentingnya meningkatkan edukasi terkait digital itu sendiri sebelum menggunakan teknologi, dimana hal ini dikarenakan tidak diketahuinya siapa di belakang layar, apa maksudnya, dan apa tendensinya orang tersebut menyebarkan suatu informasi media sosial. 

Kemudian, ia turut menyampaikan kategori penerima hoaks, diantaranya yaitu kurangnya literasi digital, emosional kurang stabil, dan tergesa-gesa dalam menerima info.

“Ingat, etika itu ada karena kita manusia. Jadi kawan-kawan, terkait hoaks juga itu harus kita jaga dari kita. Jangan sampai jari kita kebablasan. Jadilah orang-orang yang mengedukasi kawan dan lingkungan kita. Jadilah duta anti hoaks di Indonesia, minimal buat keluarga dan lingkungan kita," ujarnya.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. 

Kegiatan itu khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. (RO/OL-7) 

BERITA TERKAIT